"Adoh!" Andra meringis dan menarik tangan Bima dengan kuat lalu menghempasnya.
"Gue nebeng duduk, ya." Angga langsung duduk di bangku seberang, tepat di hadapan Luna.
Bima duduk di samping Angga, sementara Laras tak langsung duduk. Ia berdiri dan tiba-tiba merasa malu hanya untuk bertemu dengan Andra. Mungkin karena ledekan Bima tadi sewaktu di kelas, sehingga ia merasa tak sanggup jika harus berada di sekitar Bima juga Andra di waktu yang sama. Seolah ada perasaan takut kalau Bima meledeknya tepat di hadapan Andra sendiri.
Anak laki-laki berkulit putih semula tak melihat Laras, namun usai tampakkan wajah geram pada sang kakak, ia langsung mendadak tersenyum ceria saat menyadari Laras yang berdiri di samping mejanya.
"Loh, Kak Laras?" sapa Andra, mendadak sangat lembut dan penuh aura ceria.
'Anjirlah ni anak. Ketemu gebetannya langsung kek malaikat,' batin Luna merasa heran sekaligus kesal dengan sikap Andra yang terkesan selalu tak ramah padanya.
