Chereads / perempuan dari tanah senja / Chapter 3 - rumah

Chapter 3 - rumah

Dan bisa di pastikan tak ada satupun dari mereka yang bersetatus mahasiswa sepertinya.

Bagi dara, Berpcaran dengan mahasiswa adalah sebuah pantangan terbesar dalam hidup nya.

Karena Ia tidak pernah suka dengan laki-laki yang menurutnya masih mengemis hidup pada orang tua mereka. Apa apa masih minta orang tua, semua fasilitas dari orang tua dan mereka bangga akan hal itu, meski ia kaya sekalipun dan akan memberikan semua yang dara minta, ia akan tetap mencoret nya dari daftar orang yang mungkin bisa menjadi kekasih nya.

Menurut dara Jika untuk hidupnya saja ia masih mengemis pada orang tuanya, bagaimana caranya ia bisa memuaskan kebutuhan materi dara yang tidak sedikit, mereka mungkin akan memberi pada awal nya namun pada akhirnya. Ini akan hanya menjadi masalah karena orang tua nya cepat atau lambat akan tau dan akan mengitimidasi dara.

Meski ia pendiam dan berdandan sekenanya, dara terbilang wanita yang gemar memoroti pasangan nya.

Bisa di lihat dari Semua baju yang ada di lemari nya, walau kebanyakan hanya baju baju casual biasa, tak ada yang tak bermerek.

Jam tangan , hand phone bahkan motornya saja BMW yang harganya hampir mendekati super car yang sedang marak di perbincangkan kalangan atas.

Meski motor kesayangan nya ini ia dapat dari memoroti ayah nya. Namun tak ada barang yang biasa saja yang ada di dalam kamar nya.

"Bibir kamu kenapa?" Ujar arka sambil memegang bibir dara yang sedikit memar.

"Sariawan" ujar dara sekenanya.

Arka tersenyum dan mendekati bibir nya kearah bibir dara. Tentu saja ia tak tahan melihat bibir kekasih nya itu dan memegang nya membuat ia ingin mencium nya.

"Ah. Sakit tau. Kan gw dah bilang gw sariawan" ujar dara sambil mendorong arka ke kursinya dengan nada kesal

"Haha sorry, gw ga tahan kalo liat bibir loe" ujar arka sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Mesum" dara tampak kesal.

Sebenarnya badan nya sangat letih. Namun ia tak bisa diam saja di kamar kos nya, ketika hatinya sedang panas seperti ini.

Dan pada akhirnya Ia pun hanya bisa menelpon arka untuk meminta nya mengantarnya ke rumah Jessica yang berlokasi aga jauh dari kosan nya.

Tentu hanya jalan ini yang terpikir oleh nya kini Karena saat ini dia merasa tak mungkin untuk mengendarai motornya yang besar itu dengan keadaan letih dan berantakan seperti ini.

Selain itu ia pun tak ingin menggunakan kendaraan umum seperti angkot atau taxi. Ketika keadaan nya seperti hari ini ia bahkan tak bisa menghubungi kekasih nya yang lain selain arka yang kebanyakan dari pekerjaan nya ia kerjakan semaunya dan mengandalkan anak buah ini.

Ketika sampai di rumah sahabatnya itu.

Jessica sudah menunggunya di depan pintu. Memandang beberapa kali keluar bertanya tanya apakah suara mobil yang mendekat adalah dara.

"Kamu gausah turun" ujar dara ketus.

"Lah aku nganter doang?" Arka tampak tak terima diperlakukan seperti supir seperti ini.

"Trus mau ngapain lagi?" Ujar dara acuh tak perduli dengan protes yang sedang arka lakukan ini.

Namun Arka tau jika suasana hati dara sedang tidak baik seperti ini akan lebih baik untuk nya untuk mengalah.

Dari pada dara minta putus seperti tempo hari hanya karena arka yang menurutnya terlalu cerewet dan kekanak kanakan.

Dara pun turun dari mobil tanpa berkata apa apa. Meninggalkan arka tanpa menoleh, dan membuat arka semakin kesal dan menancap gas mobilnya sekencang mungkin.

"Kenapa dia?" Tanya Jessica ketika dara sudah di depannya.

Yang di balas dengan mengangkat kedua bahu oleh dara dengan wajah tak perduli.

"Sial,loe bisa babak belur juga." Ujar Jessica kemudian setelah ia akhirnya bisa memperhatikan wajah dara yang memar di bibir.

"Siapa yang ga babak belur lawan 5 babi" ujar dara kesal.

Membuat jessica sama sekali tidak merasa kasihan melainkan tertawa terpingkal.

Setelah puas menertawai wajah sahabat nya itu, akhirnya Merekapun beranjak ke kamar Jessica di kamar atas setelah sebelum nya menyapa keluarga Jessica yang sedang asik nonton tv d ruang keluarga. Terlihat sangat harmonis dan hangat

"Jadi tuh bangsat ngejadiin loe simpenan nya. Ha ha ha ha parah emang" Ujar Jessica yang selesai mendengar apa yang terjadi pada dara hari ini.

Kembali terpingkal menerima kenyataan sahabatnya yang suka mainin hati cowok akhir nya dimainin balik sama cowok yang ntah cowok nya yang nomor berapa.

Namun ini bukan hal pertama buat dara. Jadi sebenarnya bukan hal baru juga.

"Lagian bukan nya dulu loe tau dia punya cewe?" Ujar jessica yang tak mengerti dengan jalan pikiran sahabat nya.

"Sabodo. Yang penting dia mau bayarin perawatan siputih setiap bulan" ujar dara ringan.

Lalu ia menarik selimut Jessica. memejamkan mata lalu terlelap setelah puas melepaskan unek-unek pada sahabatnya itu.

Jessica adalah sahabatnya dari sekolah menengah pertama. sempat terpisah karena ia pindah ke kota ini lebih dulu dengan keluarganya,

lalu bertemu lagi setelah dara memilih kuliah di universitas yang sama dengan nya, Dan masuk ke jurusan yang sama.

Semenjak saat itu mereka ibarat dua sandal yang tak pernah terpisah kan mereka berbeda tapi tetap seirama.

Jessica yang periang Jessica yang modis. Jessica yang ramah dan yang paling membuat dara merasa kecil adalah Jessica yang dari keluarga baik baik saja, hangat dan harmonis.

Sering kali Ia merasa kecil namun tak merasa iri. Mungkin karena keluarga Jessica mengenal dara dari kecil.

Mereka mengenal dara jauh sebelum petaka dalam keluarga itu menggema di seantero kota.

Jadi yang mereka tau tentang dara adalah gadis catik yang ramah. Gadis cantik yang pintar dan sopan,

Saat pertama dara datang ke rumah ini tak tergambar betapa bahagianya daddy dan mommy Jessica menyambut kedatangan nya.

Mereka menyambut nya Seperti menyambut anak nya yang telah lama pergi merantau. Seperti anak hilang yang akhirnya pulang.

Ada perasaan hangat dan haru yang dara rasakan saat itu. Ia bahkan menangis di kamar Jessica sejadi jadinya sambil berujar 'apakah pantas gadis sepertinya mendapat sambutan seperti itu'.

Meski mereka mengenal dara yang dulu bukan berarti mereka tak mengetauhui tentang dara yang sekarang, karena separuh keluarga Jessica masih tinggal di kota kelahirannya mereka pasti tau semua yang terjadi pada dara akhir akhir ini.

Namun alih - alih memandang rendah atau kasihan. Mereka lebih memilih menyambutnya dengan suka cita. Membuat dara yang sudah lama merasa tak punya rumah akhirnya merasakan perasaan pulang untuk pertama kali nya.