Reyhan pulang dengan keadaan yang sangat kacau, ia diberi pilihan yang teramat sulit. Sungguh ia sangat membenci Anna, tapi saat ini ia lebih khawatir dengan keadaan Zahra. "Apa yang harus aku lakukan?" tanya Reyhan dalam hati.
Reyhan merenung di apartemennya, hingga ia mendengar suara bell apartemen berbunyi. Sebenarnya ia tak ingin diganggu, namun ia juga tak mungkin membiarkan orang lain terus menyembunyikan bell hingga membuatnya semakin tambah emosi
Saat ia membuka pintunya, ternyata di depan pintu ada Papanya, ia pun meminta sang papa masuk lalu ia mengunci pintu apartemennya kembali.
"Kamu kenapa?" tanya Pratama melihat wajah putranya yang sangat kusut sekali.
"Kacau, Pa," sahut Reyhan.
"Kamu mikir Zahra yang belum juga ditemukan?" tanya Pratama lagi.
"Iya, dan sekarang aku terjebak,"
"Terjebak gimana?" tanyanya. Kini mereka ngobrol santai di balkon sambil melihat pemandangan di luar sana.
