Zahra kini duduk di samping Reyhan dan juga Abahnya. Sedari tadi, entah sudah berapa kali, ia menanyakan keberadaan uminya, tapi mereka hanya diam dan terlihat sendu.
Sedangkan Zahra, sudah merasa tidak enak sedari tadi, karena biasanya, Uminyalah yang akan dengan antusias memeluk dirinya, tapi ini, ia bahkan tak melihat batang hidungnya sama sekali.
Terlebih selama seminggu ini, ia selalu mimpi Uminya terus menerus setiap malam. Uminya yang memakai baju warna putih polosan dari atas sampai bawah, bahkan aura Uminya yang bersinar dan wajahnya yang terlihat teduh. Bahkan Uminya terlihat begitu canti, dan ia juga bisa melihat aura kebahagian yang terlihat jelas di wajah Uminya.
Namun, ia tak mau berfikiran buruk, ia percaya uminya baik-baik saja. Setiap kali ada fikiran buruk, ia selalu berusaha untuk menghempaskan fikiran negative jauh-jauh dari fikirannya.