Airen sangat terkejut ketika punggung tangannya itu tiba-tiba dicium oleh Gir. sambil membungkukkan badannya. Airen melotot keheranan. Dia segera menarik tangannya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Airen.
"Kenapa? Di Planetku semua akan berkenalan dengan cara ini, seorang gadis akan dicium tangannya oleh kami, para pria sebagai bentuk penghormatan bagi para perempuan yang belum menikah, itu sudah menjadi hal yang lumrah, bahkan itu sebuah aturan." Penjelasan Gir yang membuat Airen keheranan. Airen menjadi gugup seketika.
"Ooh, ya aku lihat pada film-film latar masa lalu juga seperti itu, maaf ... hanya saja aku kaget, jaman sudah berubah dan disini tidak ada cara seperti itu. Kau hanya cukup bersalaman saja," jawab Airen.
Airen menyudahi perbincangan ringan tadi dan meminta Gir untuk melanjutkan latihannya, ia ingin segera tahu apa yang akan Gir tunjukkan untuk melakukan serangan diam-diam kepada Negara musuh.
Airen duduk di tanah sembari terus memandangi Gir. Sesekali ia mengedipkan mata juga menguap karena sudah mulai mengantuk, tapi niatnya kuat untuk melihat apa yang dikatakan Gir tadi kepadanya.
Gir berkomat kamit lalu segera menancapkan sebuah tongkat di tanah, dia seperti melakukan kuda-kuda dan gerakan yang cukup rumit untuk ditirukan, dia melompat ke udara setinggi-tingginya, lalu menghentakkan tangan dan kakinya ke bumi, anehnya Airen merasakan bumi sedikit berguncang seperti gempa tahap ringan telah melanda. Tanah dan kerikil mulai berhamburan dan terangkat ke udara, disusul dengan gemuruhnya angin yang tiba-tiba datang entah dari mana, menyebabkan mata Airen menjadi kelilipan. Ia kucek matanya dan ingin segera membuka mata karena tak mau sedetikpun tertinggal adegan yang luar biasa tak masuk logika baginya.
Gir mengangkat kedua tangannya mengarahkan ke langit. Sungguh seperti angin puting beliung membentuk bulatan yang berputar-putar bak membentuk pusaran diikuti batu dan kerikil yang turut serta berputar-putar searah angin itu.
"HIYAAA ..... AAAAAK!!!" teriaknya keras seakan dia mendorong sekuat tenaga pusaran angin itu ke arah kawasan musuh yang mungkin sedang terlelap dan sebagian ada pula penjagaan ketat oleh pasukan militernya. Gir berlari sambil mengambil pedangnya semakin mengejar angin. Seperti terus mendorog angin itu agar segera sampai ke tempat yang ia tuju. Aneh suara seberisik ini seperti tak ada yang terbangun seperti dirinya. Dia berdiri untuk lebih melihat detail dari kejauhan apa yang terjadi disana?.
Seketika ia melihat dari kejauhan tenda-tenda Base camp musuh berhamburan semua terangkat ke atas, peralatan lain dan benda-benda yang entah apa saja juga ikut berputaran di udara, semakin tinggi terangkat, pepohonan pun banyak yang tumbang dan beberapa ikut pula mluncur ke arah langit. Semua terlihat porak poranda. Teriakan ketakutan mereka juga sampai di telinga Airen. Mungkin mereka mengira itu badai yang tiba-tiba menyerang kawasan mereka.
Orang-orang dan prajurit disana tampak berhamburan berlari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri masing-masing tanpa sempat membantu dan menyelamatkan yang lain. Beberapa orang tampak juga ikut beterbangan. Waaaow!!! sungguh luar biasa. Apa Tuhan mengirim malaikat untuk membantu Negara ini? karena sudah cukup penderitaan kami selama ini. Bukan, dia manusia yang bisa aku sentuh ... bisa aku ajak bercanda .. dan dia juga bisa jengkel dan kesal sama seperti manusia yang lain. Kalau dia malaikat tentu akan sempurna dan sifatnya tak akan sama dengan manusia.
Ungkapnya lirih.
Airen Terpana ...
Airen berdecak kagum ...
Airen terpesona ...
Airen menitikkan air mata, karena hanya orang itu yang ingin melawan penindasan ini, dia tak kenal dengan Airen dan Negara ini, tapi rasa cinta kepada negaranya sungguh melebihi kami yang penduduk asli Negeri.
Dari kejauhan lama kelamaan semakin dekat sesosok pria yang dia panggil Gir itu. Airen tersenyum bahagia dengan pemandangan yang ia lihat. Ia tak percaya dan seperti mimpi. Semua ini terjadi.
Airen berlari menghampiri lelaki itu saking senangnya. Ingin segera menanyakan sesuatu.
"Apa itu tadi kekuatanmu? siapa yang membantumu? apa kau punya jin?" Cecar Airen terheran-heran.
"Apa itu jin? ini kelebihanku dari kecil, tapi jujur saja, aku belum pernah mengeluarkan sedahsyat ini," Gir pun juga agak kaget dengan kekuatannya hingga mengeluarkan pusaran angin yang setinggi itu, ia merasa selama ini tak pernah berupa seperti tadi, dia menceritakan kepada Airen bahwa selama ini negerinya sangat aman dan damai jadi kekuatan itu tidak pernah ia gunakan.
Kecuali hanya latihan-latihan kecil, tapi ia teringat pamannya pernah mengatakan jika kekuatan yang keluar besar maka tubuh seseorang itu akan segera melemah dan membutuhkan waktu tidur minimal sepuluh jam, tergantung seberapa besar kekuatan itu keluar.
"Airen, apa ada bahan makanan didalam? aku sangat lapar," tanyanya itu.
"Ada, sepertinya ada," balas Airen.
"Aku mau makan dulu sebelum aku tertidur sepuluh jam,"
"tidur sepuluh jam?"
"Iya, kekuatan terkuras dan aku akan tertidur sepuluh jam untuk memulihkannya. Itupun beberapa hari kemudian aku tak bisa menggunakannya lagi. Aku harus menunggu beberapa hari, harus meditasi juga,"
"Waaah begitu berat ya tebusannya. Maafkan kami tak bisa membalas apa-apa, keadaan kami sedang kekurangan," ucap Airen sedih.
"Itu masih tahap wajar, pamanku bilang kalau kekuatan paling besar yang kita punya telah keluar, maka butuh tidur sepuluh hari, sepuluh minggu atau sepuluh bulan, tergantung kekuatan itu, bahkan bisa tertidur sampai sepuluh tahun,"
"Apa?! tertidur sepuluh tahun?"
"iya, Maksimal sepuluh tahun."
Airen makin keheranan mendengar hal yang paling tak masuk akal ini.
Gir menjelaskan lagi bahwa di zamannya berbeda dengan yang lain, orang tak akan bertambah tua setelah ia berumur dua puluh tahun, maka dari itu umur segitu harus menikah agar umur bisa bertambah dengan kelahiran anak, kelahiran anak satu akan menambah umur menjadi sepuluh tahun, memiliki anak ke-dua akan bertambah sepuluh tahun lagi. Airen nampak bingung dan sulit mencerna kata-kata penjelasan Gir itu.
Akhirnya ia memberi contoh, bahwa Ayah dan Ibunya menikah juga pada usia dua puluh tahun, ketika memiliki anak yaitu dirinya, orang tua Gir menjadi berusia tiga puluh tahun, lalu lahirlah adik lelakinya maka akan berumur empat puluh tahun. Yang lebih mengejutkan lagi, selir-selir Ayahnya yang memang dilarang memiliki anak, tetap akan berada pada usia dua puluh tahun sama seperti saat mereka dinikahi Ayah, karena tidak ada pertambahan umur dan tidak ada kelahiran dari rahim mereka.
"Itu, artinya Ibumu harus dimadu dengan gadis-gadis muda yang seusiaku? Sedangkan dirinya semakin menua karena melahirkan kalian? Sungguh hebat Ibundamu itu, beliau bersaing dengan gadis-gadis muda selir Ayahmu yang tampaknya muda meskipun harusnya sudah seusianya. Ibundamu harus rela menua demi melahirkan anak yang dicintainya itu. Sedih mendengar semua itu.