Ibumu rela menua demi melahirkanmu dan saudaramu?" Airen lagi-lagi menitikkan air mata, terharu dan sedih memikirkan perasaan Sang Ibundanya, meskipun berbeda zaman, pasti perasaan seorang perempuan akan sama tak beda jauh, ada rasa cemburu dan sedih.
"Iya, maka dari itu kami semua sangat menyayangi Ibu. Kami semua rela mengorbankan diri hanya untuk kebahagiaannya."
Gir mengusap air mata Airen, dia tak ingin membuatnya menangis dengan kisah Ibundanya. Gir meletakkan kedua tangannya di bahu Airen, keduanya saling bertatapan mata, entah sinyal apa yang berusaha mereka sampaikan kepada satu sama lain. Hening sejenak hanya hati yang saling menyelami hati.
"Airen ... Aku ... Aku sudah sangat lapar, bisa kamu ambilkan aku makanan?" ucapnya sambil tersenyum.
"Eh ... em ... Maafkan aku. Aku hanya terharu dengan pengorbanan Ibumu.
Dia pasti wanita yang luar biasa, maafkan kami tak bisa membalasmu apa-apa," ucap Airen.
"Tak apa, aku juga lihat sendiri keadaan Negaramu, yang penting aku harus makan sekarang sebelum mataku ini tak bisa melek lagi. Hahaha." Gir tertawa.
"Oke, aku segera kembali." Airen segera berlari ke dalam untuk mencari bahan makanan yang ada, dia teringat madu dari Narez tadi, ada juga roti kebetulan kiriman dari Pemerintah, Serta membawa minum untuknya juga. Ia segera keluar sambil berlari. Ia takut terlambat menolong Gir. Ia serahkan semuanya untuk lelaki itu. Mereka berdua duduk-duduk di tanah sambil menikmati hidangan yang ada.
"Waah ada roti?"
"Iya, pemerintah tumben bisa kirim ke kami, bantuan dari negara Asia katanya."
"Andai aku tahu cara kembali, akan kukerahkan seluruh penghuniku untuk hadir disini membantu kita, aku bahkan bisa ajak Ayahku, dengan kekuatan diatasku dan Pamanku juga sangat hebat. Dia seorang kesayangan Ayah, Paman sendiri mampu mengendalikan pasir dan tanah. Jadi kalau digabungkan kita bertiga. Peperangan ini pasti berakhir, lalu aku bisa kirim makanan dan bantuan yang melimpah untuk Negara ini."
"Kalau kau tak tahu cara kembali ke Negerimu, kau akan tersesat disini? Bagaimana kalau kamu tak bisa kembali pulang lagi? Kau akan tinggal jadi rakyat disini?"
"Aku juga tak tahu, ya kita lihat saja nanti."
"Gir ... terima kasih ya? Sejak kamu disini, semuanya menjadi lebih baik, bahkan kamu menyerang mereka demi kami,"
"Aku hanya merasa harus melakukan yang bisa aku lakukan, aku tak suka penindasan." balasannya.
Selama ini aku tak pernah melihat air mata penindasan di Negeriku. Aku sangat sedih ketika melihatmu pertama kali menangis, kamu menangis bukan untuk dirimu tetapi menangisi orang lain yang terluka parah itu. Sama sepertimu, kamu juga melakukan apa yang bisa kamu lakukan kan?"
"Nanti akan aku ceritakan semua kepada yang lain, agar mereka ikut bahagia," balas Airen.
"Aku suka melihat kamu bisa tersenyum, juga yang lainnya,"
"Terima kasih, Gir."
"Untuk apa lagi?"
"Banyak membuat aku tersenyum,"
"Tidak, akulah yang harus berterima kasih padamu,"
"Hah?! untuk apa?"
"Kamu juga membuat aku banyak tersenyum,"
Tak selang berapa lama tampak Gir mulai menguap dan mengusap-usap matanya. Sepertinya ia mulai dilanda rasa lelah dan keadaan yang paling rendah. Seperti yang ia jelaskan tadi, ia akan tidur untuk memulihkan tenaganya.
"Aku harus masuk dan beristirahat, kamu jangan kaget kalau tak dapat membangunkan aku. Aku nanti seperti orang mati yang bernafas, kalau tenagaku sudah pulih, aku akan bangun sendiri," pamit Gir kepadanya sambil meraih tangan Airen dan mengajak gadis itu masuk ke camp, karena waktu sudah akan fajar menunggu. Hati Airen menjadi berbunga-bunga seketika merasakan sentuhan Gir di jemarinya, dia digandeng lelaki itu memasuki camp. Dia merasa jantungnya bergetaran tak beraturan, hingga telinganya mendengar sendiri detakan dari jantungnya itu saking kencangnya. Lelaki itu berbaring dengan perlahan sambil mengatakan.
"Selamat tidur Airen, sampai bertemu lagi setelah sepuluh jam ya?" ucapnya tersenyum. Airen pun membalasnya dengan senyuman dan ia juga segera memejamkan mata untuk menyusul Gir tidur.
Airen terbangun tidak ada satu jam dari tidurnya, dia langsung membuktikan kata Gir tadi, apa iya dia tidur bagai orang mati? Diam-diam dia berjalan mendekat ke arah Gir yang tertidur pulas itu. Dia mencoba memegang lengan pria itu dan dia goyang-goyangkan untuk mencoba membangunkan. lalu ia ganti memegang kakinya pun berusaha membangunkan. Benar saja! ia tak bergeming, masih saja pulas. Airen berinisiatif untuk meminta bantuan perawat memberikan cairan infus dengan harapan agar bisa menambah stamina Pria luar biasa ini.
"Benar-benar pingsan ini namanya, bukan tidur. masak aku tusukkan jarum pada tangannya dia sama sekali enggak terasa?" kata perawat yang memasangkan infus.
"Kenapa dia Suster, kenapa dia Airen?" Kapten Darren tiba-tiba berdiri dibelakang dia. Membuat Airen lumayan kaget.
"Eh, Kapten ... Dia pingsan. Dia sejak semalam berlatih dan menjelang pagi dia menggunakan kekuatannya untuk mengirim angin ke Camp musuh, sekarang dia melemah," sahut Airen.
"Apa benar yang kamu katakan? karena itu terdengar konyol," cerocos kapten Darren sambil tertawa-tawa tengil. Airen langsung berbalik arah dan berhadapan dengannya. Seakan mau marah kepadanya..
"Kapten, jangan bicara begitu, kapten enggak tahu bagaiman beratnya dia menyelamatkan negara kita sendirian. Aku melihat sendiri sampai selesai. Dia langsung lemah setelah menggunakan kekuatannya demi kita." Airen tak terima kalau hal yang sangat berharga yang dilakukan oleh Gir itu di remehkan orang lain. Apalagi berhubungan dengan negaranya.
"Kalau Kapten tidak percaya. Sekarang coba kapten hubungi siapa yang biasa pengiriman logistic, bahan pangan dan alat kebutuhan medis hari ini juga untuk dilakukan besar-besaran. Penjagaan tidak ketat karena mereka sibuk membenahi camp mereka dan mungkin mengobati beberapa juga yang luka untuk orang-orang mereka. Camp musuh sedang porak poranda hari ini. Ayo! Telefon sekarang juga di hadapanku. buat stok beberapa hari ke depan, enggak ada waktu lagi." Tantang Airen kepada Kapten Darren.
"Oke, aku akan coba hubungi pusat, apa iya benar informasi yang kamu dapat itu,"
"Benar Kapten, aku menyaksikan sendiri" ia terus meyakinkan pria itu.
.
Saat menelefon pihak-pihak yang terkait didepan Airen, Kapten Darren awalnya menunjukkan ekspresi biasa dan tak percaya, tapi dalam hitungan detik, ekspresi itu berubah drastis, dia seperti orang yang terkaget dengan balasan orang yang ia hubungi itu. Entah apa yang dikatakan dari sana, tapi ekspresi keheranan itu ada di wajah Kapten. Dia mendekat kepada Airen setelah berhasil tersambung dengan beberapa orang.
"Airen, kamu benar, semua bantuan logistic kita telah diloloskan hari ini, penjagaan sedang kosong, dan biasanya semua kiriman itu mereka tahan bahkan disita sampai busuk daripada dikirim buat kita, apa yang dilakukan pria itu?" pertanyaan penuh tanda tanya ia lontarkan.