Ada sepucuk surat di atas meja kerja ayahnya. Penasaran Sechan membuka penutup amplop. Dia menyapukan matanya kiri dan kanan. Berpikir kondisi aman dia membaca isi surat itu. Kurang lebih isinya seperti ini :
Sedari tadi aku mencoba buat lupakan
Apa yang sudah terjadi. Hmm, apa
Kamu sudah melupakan apa yang terjadi, mas.
Sebelum itu terjadi, kau pernah berjanji.
Aku sangat tertarik padamu, percayakah kamu.
Aku memang sengaja sembunyikan hal ini.
Namun, aku sadar aku nggak mungkin menahan lagi
Hasrat memiliki yang diam-diam sudah membuncah.
Aku sadar akan resiko yang akan kuhadapi.
Kau tak perlu khawatir, aku disampingmu, mas.
Aku sangat bahagia bila bisa melengkapi teka teki hidupmu.
Tulisan itu berakhir. Dan Sechanpun mulai bingung. Dia lantas buru-buru membenarkan posisi surat dan memasukkan kembali ke dalam amplop. Bagai petir disiang bolong, Mata Sechan menangkap sebuah foto yang tidak sengaja jatuh ke lantai. Itu sangat menyakitkan. Sechan yang awalnya sangat mengidolakan ayahnya menjadi berbalik memusuhi. Sejak membaca surat itu Sechan menjadi berapi-api, giginya gemertak, otot wajahnya mengeras. Ada kemarahan dalam raut wajah Sechan. Pukul 14.00 WIB, Sechan awalnya hanya berselancar dan berjualan di dunia maya, namun saat memandang foto itu, dia kembali mencari tahu siapa dan kenapa sosok itu mencari ayahnya. "Yogyakarta. Desa Magerjo." seusai mencari tahu alamat dan desa sosok perempuan itu, mata Sechan terbelalak saat ia menemukan petunjuk di sebuah blog. "Seorang Mahasiswi Ditemukan Tewas Mengenaskan Dengan Kondisi Setengah Telanjang." usai menemukan petunjuk tersebut, Sechan banyak membaca artikel terkait hal itu. 'Menurut Warga, Penemuan Mayat itu ditemukan sudah membusuk, wajahnya remuk separuh, tulang lengan berceceran, dan di dalam dompetnya polisi tidak menemukan surat-surat penting. Hanya sebuah sepucuk kertas.' Raut wajah Sechan berubah menjadi pucat. Sepucuk kertas itupun di buka saat press conference. Sechan tidak percaya pada tulisan yang ditunjukkan oleh pihak kepolisian.
Sebelumnya pihak kepolisian mengklaim bahwa korban sebelumnya melakukan hubungan badan karena diketemukan Luka sobek cukup lebar di kemaluan korban. Tidak hanya dibagian kemaluan, Dua hingga empat luka robek juga diketemukan polisi berada di sekujur tubuh bagian atas sementara luka sundut rokok cukup parah ada di bagian sekitar organ sensitif bagian belakang. Nah, ditengah Sechan sedang meneruskan membaca artikel. Ada sebuah bisikan. Itu terdengar lirih dan semakin lirih. "Nak, Sekarang kau sudah besar." Sechan tidak menggubris. Dan lanjut membaca. 'Dua orang dewasa untuk mengangkat tubuh perempuan yang saat itu masih dalam kondisi tubuh tertekuk.' Rasa takut bercampur penasaran semakin tidak terbendung.
Sechan yang memang memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal gaib, berniat memancing kehadiran bisikan itu. Dia mencari sepucuk surat dan membacanya dengan penuh penjiwaan.
Pemuda yang punya segudang prestasi dibidang sastra asing dan olahraga memanah ini pelan-pelan merasakan keganjilan. Sebuah penampakan yang cukup mengerikan, Sechan alami saat sudut matanya menatap ke arah kiri. Posisi duduk Sechan yang menghadap Timur, berarti itu berasal dari selatan. Nah, saat Sechan menoleh ke kiri, dia melihat dengan jelas sosok perempuan. Warna pakaiannya yang kontras dengan kondisi menjelang maghrib.
Perempuan itu berbisik kepada Sechan. Sembari berbisik sosok itu Meminta untuk membelai rambut Sechan. "Nak... Nak... Ini ibumu, nak." Sechan yang memang tidak dibekali ilmu agama oleh orang tuanya, memaki dan makian Sechan membuat sosok tersebut sedih. "Nak, Maafkan ibu, nak. Aku bahagia, kini kau sudah dewasa." Tangan sosok itu hendak menggapai ujung rambut Sechan. "Nak, aku paham. Kau pasti tidak mengenaliku." Sosok itu kembali menangis, sepanjang menangis, dia menunjukkan bahwa ada sejumlah bukti. Dan hanya dialah yang tahu asal usul Sechan. "Dulu saat aku mengandung dirimu, Fendy meminta diriku untuk mendatangi sebuah pondok. Pondok itu.." belum sempat Meneruskan, Sosok itu terdiam.
Matanya terbelalak seolah sedang menghadapi bahaya besar dihadapannya. "Bandul batu Mustika Sendang Sinatah." Sechan tampak kaget mendengar sosok didepannya mengetahui nama mustika yang ada di kalungnya. "Bandul keramat...Bandul Jahanam!" Rutuknya sambil ingin mendekati Sechan, memperingatkan.
Sosok itu meraih sesuatu di tengkuk belakang. "Percayalah.. Percayalah padaku, nak." Iba Sosok perempuan pada Sechan. Sewaktu Sechan sedang penasaran, Sosok perempuan bergigi Runcing dan mulut robek sampai telinga itu menunjukkan sesuatu yang diraih.
Ternyata sesuatu itu adalah bandul. Iya, bandul yang sama seperti punya Sechan. "Lihat... Lihat... Lihat baik-baik." Saat sesuatu itu sudah ditunjukkan, raut wajah Sechan berubah pucat, otot wajah mengeras, mata terbelalak. Namun pas, saat Sosok perempuan itu bicara, Sechan masih Syok. "Sewaktu aku diajak pertama kali ke pondok. Sosok sepuh dalam pondok berpesan padaku 'simpanlah kedua pasang bandul kalung ini.
Suatu saat jika barang ini hilang, bandul satunya akan menunjukkan keajaiban' di situ juga ada Anton, Suami sahku. Sedangkan Fendi adalah Sopir kami. " Mendengar keterangan dari sosok perempuan ini, Kepala Sechan menunduk dengan raut wajah sama dengan yang tadi.
"Noor Sechan...nama aslimu. Itu diberi oleh sosok suci di dalam mimpi. Dan perlu kau tahu, nak. Ada Beberapa hal penting perlu kau tahu, nak." melihat sosok perempuan duduk dekat di depannya, tidak membuat Sechan gentar. "Efek kalung itu... Saat ini sudah menjalar ke seluruh tubuh. Dan..." Belum sempat Sosok perempuan yang diam-diam sudah berada dekat dan kian dekat. Mulut Sechan komat kamit.
Entah apa yang sedang dibaca si Sechan saat itu, tiba-tiba tubuh perempuan yang tadi sempat meraih kepala Sechan mendadak teriak melengking." Hati-hati, nak. Aku harap engkau masih bisa memaafkan masa lalumu. Pesanku, jangan sampai kau bernasib sama denganku." setelah selesai merapal mantra, tubuh perempuan itu menyatu dengan bandul kalung tersebut.
Dan, kini bandul kalung di tangan Sechan itu bernyala memerah. Saat itu, suasana sudah gelap dan sangat gelap. Terus diam-diam Sechan hanya bisa terbelalak dan tertawa cekikikan. Semakin tertawa cekikikan, lama-lama tubuh Sechan yang tadinya bertinggi 178cm menyusut setinggi bocah umur 6 tahun. Sumpah! Disitu Sechan panik. Panik sepanik-paniknya saat itu dia sempat merasakan mulutnya seolah robek hingga telinga, mulutnya terbuka sewajah, bergigi Runcing, lidah bercabang lima--ujungnya ada cairan kuning berbau busuk. (bersambung)