Ye Qingge juga tak bisa bicara apa-apa pada pertemuan ini.
Tak perlu orang lain mengatakan kekuatan Li Ximing, Ye Qingge saat ini sudah mengalaminya langsung.
Seorang ayah pasti harus punya putra. Wajah Li Beichen langsung muncul di benak Ye Qingge.
Kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan adalah kata-kata sakti mandraguna.
"Kau mau pilih yang mana?" Melihat Ye Qingge yang ketakutan, Li Ximing bertanya lagi dan mendesaknya.
"Li Lao, bisakah memberiku waktu untuk mengenal mereka dan memberitahu Anda?"
Ye Qingge tahu bahwa tak peduli bagaimanapun dia menolak hari ini, dia tak akan bisa melakukannya.
"Tentu saja. Kau bisa pulang dan berkemas, lalu kembali ke tempat ini pada malam hari. Kau masih harus mengurus Nancheng!"
Secercah kilatan cahaya melintas di mata Li Ximing. Setelah cukup kenyang memiliki pengalaman selama bertahun-tahun, apakah dia masih tidak tahu bagaimana menundanya?
Gadis itu beradu mulut dengannya, tapi masih terlihat lembut.
"Jika ada sesuatu yang harus dibereskan, tetap diam di sini dan tunggu aku!"
Li Nancheng merasa perlu mengawasi Ye Qingge sepanjang waktu.
"Ini tidak … " Sebelum menyelesaikan kalimatnya, perkataan Ye Qingge terputus.
"Hei, jangan bilang padaku kalau ini jelek! Ini tidak boleh! Beraninya kau main-main denganku! Kau masih muda!"
Sambil bersandar pada tongkatnya, Li Ximing memelototi Ye Qingge, lalu berjalan menuju ke ruang kerja.
"Kau tahu apa itu jahe atau cabai, kan!"
Li Nancheng melihat tatapan Ye Qingge yang enggan dan tak berdaya, terlihat sangat dingin.
Ye Qingge mengabaikan Li Nancheng. Dia bangkit dan meninggalkannya.
"Ye Qingge, cepatlah pulang!"
Lagi-lagi Li Nancheng diabaikan dan tak ada seorang pun yang mempedulikan raungannya.
Karakter Li Lao memang tidak kenal kompromi. Dia khawatir Ye Qingge tidak ingin tinggal dan masuk ke keluarga Li.
Selain itu, Ye Qingge sekarang benar-benar tak punya tempat tinggal. Saat turun dari pesawat, Dong Wenqian mengancamnya untuk tinggal di rumah sakit dan dia tak punya tempat tinggal lagi sekarang.
Ye Qingge juga harus merawat Li Nancheng. Dalam melakukan sesuatu, dia harus punya awal dan akhir.
Ye Qingge tak terbiasa merepotkan dan membuat masalah bagi orang lain. Dia menolak mobil yang dikirimkan padanya oleh pengurus rumah tangga.
Ye Qingge butuh waktu cukup lama untuk keluar dari pintu gerbang rumah keluarga Li. Orang kaya memang sungguh berbeda. Mereka menempati area yang sangat luas dan dekorasinya sangat mewah, seolah memamerkan suasananya.
Di luar pintu gerbang rumah keluarga Li, ada beberapa mobil yang terparkir rapi. Barisannya sangat mendominasi jalanan, tapi sangat rapi.
Sebuah mobil Rolls-Royce Phantom yang sudah dimodifikasi ada di tengah, terlihat sederhana dan mewah.
Saat jendela mobil diturunkan, Li Beichen menatap Ye Qingge dengan dingin.
"Naik!" Suara yang serak dan dalam itu terdengar penuh kebencian.
Li Beichen sudah setengah jam menunggu Ye Qingge. Ini adalah pertama kalinya dia menunggu seseorang dan yang ditunggunya adalah seorang wanita.
Ye Qingge pura-pura tak mendengar. Dia tak ingin terlalu bersinggungan dengan Li Beichen, karena dia tahu bahwa pria ini sangat berbahaya.
Napas maskulin dan terengah-engah yang terhembus dari hidungnya membuat orang gemetar.
Mengetahui Ye Qingge yang tidak tahu, Li Beichen merasa sangat kesal karena dia telah menunggu gadis itu selama setengah jam.
"Apa kau ingin aku menggunakan kekuatan?"
Ye Qingge mendadak berhenti dan masuk ke mobil. Saat melihat ke samping arah Li Beichen, sinar matanya yang jernih berbinar-binar.
"Ada urusan apa Direktur Li?" Suaranya terdengar memesona, tapi seolah ada jarak.
Bukan karena Ye Qingge tidak kuat, melainkan karena gadis itu percaya bahwa Li Beichen akan melakukan sesuatu yang berdampak kuat. Oleh karena itulah namanya Li Beichen.
Melihat bibir Ye Qingge yang halus, kecil, dan berwarna merah cerah dengan kilau lembab, senyum tipis yang terukir di wajah Li Beichen membuat seolah dia hendak melakukan kejahatan.
"Kau pilih siapa?"
Jari-jari Li Beichen yang bersih dan ramping mencubit dagu Ye Qingge. Ibu jarinya yang kasar menempel di bibir halus gadis itu.
Tubuh mereka berdua menjadi begitu dekat. Napas pria itu seolah menampar wajah Ye Qingge.
Ye Qingge memalingkan wajahnya. Detak jantungnya berdegup semakin cepat tanpa bisa dijelaskan secara logika. Sensasi kesemutan begitu terasa di bibirnya. Ciuman yang muncul di benaknya adalah ciuman yang semalam dialaminya.