Luo Tiantian tiba-tiba mengangkat kepalanya dan melihat Xue Feimo sambil berpikir.
Sekarang Luo Tiantian sudah mengerti bahwa pria ini memang sengaja melakukannya.
Setelah mengetahui apa saja yang dilakukan oleh Luo Tiantian di vila, Xue Feimo malah memanjakannya hingga membuatnya berhutang puluhan miliar yuan.
"Mengapa kamu menjeratku?" tanya Luo Tiantian dengan kesal sambil menggertakkan giginya.
Xue Feimo melengkungkan bibirnya dan berkata, "Adik kecil, ayam yang kamu bunuh, bulu yang kamu tarik…"
Sambil menutupi wajahnya, Luo Tiantian segera menyela kata-kata Xue Feimo, "Sudah, jangan dibicarakan lagi. Aku kan sudah mengakuinya, apa masih belum cukup?"
"Adik kecil, kamu sangat penurut." Xue Feimo menganggukkan kepala dan menambahkan sebuah kalimat lagi, "Setengah meter."
"..." Raut wajah Luo Tiantian menjadi suram, dan dia naik ke tempat tidur dengan enggan.
Setelah menjaga jarak sekitar setengah meter dari Xue Feimo, Luo Tiantian membungkus dirinya dengan selimut hingga tampak seperti zongzi (rice dumpling).
Kemudian dia memunggungi Xue Feimo dan bergumam mengutuki pria itu, "Dasar pencari untung!"
Xue Feimo menaikkan alisnya. Karena sangat mengantuk, dia membaringkan tubuhnya dan segera tidur.
Pria itu sudah tidur nyenyak, tetapi Luo Tiantian malah berguling-guling di kasur karena tidak bisa tidur.
Sinar matahari di luar jendela sudah lama hilang, dan digantikan oleh pemandangan malam yang gelap.
Ketika sadar bahwa dirinya terjerat di dalam cerita buku, awalnya Luo Tiantian hanya ingin mengambil keuntungan, namun sekarang dia malah harus 'menjual diri' karena hutang yang besar.
Luo Tiantian ingin menangis saja rasanya.
Dia berbalik badan lagi dan mengepalkan tinjunya ke arah Xue Feimo, yang sedang tidur nyenyak.
Dia benar-benar ingin meninju wajah pria itu dengan sebuah pukulan sampai membuatnya tidak bisa berteriak lagi.
Tetapi, Luo Tiantian hanya bisa memikirkan hal itu di dalam hati.
Orang ini adalah penjahat super.
Dia adalah pengganggu yang tidak bisa dikalahkan oleh para tokoh utama dalam cerita ini, baik pria maupun perempuan.
Luo Tiantian hanyalah umpan meriam kecil yang bisa berubah menjadi sampah hanya dalam hitungan menit.
Akhirnya Luo Tiantian menarik kepalan tangan kecilnya, lalu berbaring terlentang.
Gadis itu menatap langit-langit ruangan yang gelap dan menghela napas.
"Mengapa aku begitu sial…"
Setelah Luo Tiantian berbalik badan dan berguling-guling untuk kesekian kalinya, sepasang tangan besar tiba-tiba terulur.
Kelopak mata Luo Tiantian berkedut.
Sebelum Luo Tiantian sempat bereaksi, wajah tampan Xue Feimo berangsur-angsur terlihat semakin jelas di depan matanya.
Sepasang matanya yang dalam menatap Luo Tiantian dengan aneh di bawah cahaya bulan yang redup.
Untuk sesaat, Xue Feimo berkata dengan suara yang serak dan rendah, "Mau?"
Luo Tiantian gelisah dan tak bisa berkata-kata.
Dia memandang Xue Feimo dengan ekspresi tercengang, mengira bahwa dia salah dengar, "Apa yang kamu katakan?"
Kata-kata macam apa ini?
Hal itukah yang sedang Luo Tiantian pikirkan?
Xue Feimo menjepit alisnya dengan kesal, "Jika kamu ingin menanggungnya, kamu masih kecil."
Setelah mengatakan ini, pria itu berbaring lagi.
Dia menyalakan lampu yang ada di samping tempat tidurnya, dan sepasang matanya tampak menyipit, seperti tidak senang karena mimpinya telah diganggu.
Xue Feimo mencubit alisnya seperti biasa, kemudian dia melihat arloji di pergelangan tangannya dan berdiri dengan rapi.
Luo Tiantian tercengang selama beberapa menit, "Ahhh… Kamu baru menginginkannya, dan seluruh keluargamu menginginkannya!"
Dia berbicara sambil melempar bantal ke arah Xue Feimo, yang sudah berjalan sampai di pintu.
Luo Tiantian hanya tidak bisa tidur, bagaimana bisa Xue Feimo bilang begitu? Menginginkan apanya?
Pria ini bukan hanya seorang pencari untung, tetapi juga bajingan.
Xue Feimo lolos dari 'serangan' dan menatap Luo Tiantian dengan heran, "Kamu tahu?"
"... Tahu apa?" Luo Tiantian memutar matanya dengan kesal.
"Tahu bahwa seluruh keluargaku menginginkannya?" Xue Feimo mengangkat alisnya dan berkata sambil tersenyum.
Luo Tiantian seperti disambar petir dan meraung marah, "Xue! Fei! Mo! Urusanku dan kamu belum selesai."
"Iya, urusan kita benar-benar belum selesai sebelum hutangmu lunas."
Kemudian dia pergi dari kamar, tampak sudah segar dan tidak mengantuk lagi.
Dia juga tidak peduli bagaimana gadis kecil yang ditinggalkannya di atas tempat tidur itu menggerutu kesal.
Begitu keluar dari rumah, Xue Feimo segera menutup mulutnya.
Dia berbisik, "Memiliki obat tidur seperti itu sepertinya cukup baik, bukan?"