"Master, katanya hari ini turun salju ya?"
22 Desember 2088.
"Dingin, tapi Haru suka ini, Haru ingin segera merasakan bagaimana rasanya dihujani salju, pertama kali dalam hidup Haru." Usia Haru sudah menginjak 2 bulan, semenjak hari pertama nya membuka mata, Haru sudah belajar banyak hal. Bahkan dia sudah pandai memasak sehingga Akiyama sudah sering memuji masakan nya.
Dia terus mengoceh ketika ia dan majikan nya berjalan di pinggir jalanan yang cukup ramai itu. Pukul 10 pagi, Akiyama dan Haru baru saja selesai berbelanja tempat pembelanjaan, saat ini mereka berdua tengah berjalan menuju rumah Akiyama yang jaraknya tak terlalu jauh dari tempat sebelum nya. Tempat bernama Tokyu Hands itu benar benar menyiapkan berbagai keperluan rumahan mereka, seperti keperluan untuk mandi dan keperluan lainnya.
Setiba nya mereka di depan rumah, Haru tiba tiba menghentikan langkah kaki nya dan menunduk perlahan.Pria itu menoleh, karena sadar kalau gadis nya tak lagi berbicara dan malah berdiam diri dengan senyuman menyedihkan. Lantas Akiyama segera bertanya padanya, "Ada apa?" Tanya nya dengan lembut seraya membuka kunci rumah yang mana rumah itu menggunakan kunci modern, sidik jari yang mana keamanan nya memiliki keamanan tingkat tinggi.
Haru masih terdiam, terlarut dalam pikiran buatan nya. Ketika pintu terbuka, mulai lah Haru berbicara dengan nada lembut, dia menempelkan tubuhnya pada punggung Akiyama yang sedang berdiri membelakanginya. "Haru hanya berpikir, jika hidup Haru berakhir, maka jiwa tiruan ini, akan kemana, apa yang akan terjadi pada Haru selanjutnya, apakah Haru akan melupakan semuanya, melupakan Master yang sudah mengajari Haru berbagai hal, Usia Haru sudah 3 bulan, apakah Haru akan berakhir begitu saja, membayangkannya saja sudah membuat Haru takut." Ujarnya, Akiyama tak tau apa yang harus ia katakan untuk membalas ucapan Haru.
Haru tak salah, jika hidupnya berakhir, maka tidak ada tempat kembali untuknya, dia tak ada bedanya dengan sebuah komputer yang suatu saat akan rusak dan mati, juga akan kehilangan semua data nya. "Kita tak tau apa apa, Haru, namun jika memang itu terjadi.. Aku, aku takkan melupakan mu, lalu aku berjanji, kamu takkan mati sebelum aku benar benar sudah masuk kedalam tanah dan tak bernafas lagi." Dengan mudahnya Akiyama berbalik dan memeluk Haru yang di tangan buatannya terdapat kantung plastik berisi mainan anak anak.
Sebenarnya Haru tak meminta Akiyama untuk membeli mainan seperti ini karena mau bagaimanapun dia memiliki wujud seperti gadis berusia 17 tahunan, namun menurut ayah dari Akiyama, Haru tetaplah seorang bayi yang membutuhkan kebahagiaan. Maka kesimpulan yang ditarik oleh Akiyama adalah memberikan perlakuan seperti seorang kakak pada adik kecilnya. Yang mana seorang kakak akan memberikan mainan pada adiknya meskipun adiknya yang masih berusia beberapa bulan atau beberapa tahun itu tak meminta nya.
"Master, apakah Master takkan melupakan Haru? Ketika Haru kehilangan masa hidup, apakah Master akan membuang tubuh ini?" Wajah Haru terlihat ketakutan. Dengan penuh percaya diri, Akiyama berkata, "Jika memang itu terjadi, aku akan menggunakan 1000 cara untuk mengembalikan mu dan takkan membuatmu melupakan diriku." Ia melepaskan pelukan nya. 'Terimakasih, Master.' Suara itu hanya bisa didengar oleh Haru sendiri, dia tak bisa berkata apa apa lagi selain tersenyum pada majikan nya yang selalu berada di sisi nya. Berada di sisi nya kapan pun, terkecuali ketika berada di toilet dan kamar mandi. Dia mengikuti sosok masternya itu yang melangkahkan kaki nya kedalam bangunan sederhana namun mewah.
***
Di lain tempat, hanya beberapa orang yang mengetahui keberadaan suatu organisasi anti AI atau yang biasa disingkat menjadi A.A Organization, mereka adalah organisasi yang selalu mencoba menghancurkan AI dengan segala hal. Tak ada yang tau tentang alasan pasti nya, namun beberapa rumor mengatakan kalau organisasi itu kini sudah berbuat hal yang lebih gila. Organisasi itu menciptakan senjata biologis yang bisa mengendalikan kekuatan alam, seperti air, angin, bumi dan petir.
Sejauh ini, A.A Organization adalah organisasi yang dicap menjadi organisasi paling berbahaya. Karena selain ingin menghancurkan penelitian tentag AI, mereka juga menginginkan kekuasaan.Senjata Biologi yang diciptakan mereka memiliki nama, Pengendali air diberi nama "Aqua."
Senjata biologis paling berbahaya di sini adalah pengendali waktu yang memiliki nama "Tempus."
Organisasi yang berbahaya ini kerap menjadi biang masalah, misalnya kasus peretasan beberapa minggu yang lalu, menurut data yang didapatkan, kemungkinan besar orang yang meretas para AI rumahan itu adalah orang orang dari AA Organization. Bisa dibuktikan dari rekaman akhir AI pengintai yang selalu berada di dalam komputer, AI itu sempat mengambil gambar dari sang peretas yang mana di tangan peretas itu terdapat sebuah tato A.A yang menandakan kalau dia adalah anggota dari AA Organization.
"Menyedihkan sekali." Seorang wanita bersurai merah mendekati AI yang mereka sekap. Wajahnya menunjukan kebencian yang mendalam. Dari tangan wanita itu keluarlah aliran listrik yang menyambar kesana kemari. AI wanita itu tak berdaya dengan tubuh yang rusak sebagian. "Kalian hanyalah rongsokan yang hanya bisa membunuh, Kalian semua pantas mendapatkan ini." AI wanita itu tak mengerti apa yang ia katakan. Seingatnya dia hanyalah AI rumahan yang menjsdi babysitter yang baik. Namun mengapa dia memanggilnya sebagai pembunuh?
Aliran listrik itu menghilang. Wanita bersurai merah itu tersenyum dan memegang pipi AI yang tak berdosa itu. "Selamat tinggal."
BRRZZZZZ
"AAAAAAKKKHH!!!" Rasa sakit yang AI itu rasakan benar benar membuatnya menjerit. Dalam jeritan nya ia berulang kali meneriakan nama master dengan air mata buatan yang terus berjatuhan.
'Asuka, Jaga putri kami, kami percaya padamu.'
'Dimengerti, Master, tuan muda akan selalu berada dipelukan Asuka.' Kenangan itu mulai terbakar dan menghilang sebelum akhirnya tubuh AI itu meledak. "Selanjutnya." Dia berjalan mendekati AI yang lain. "Seperti biasa, Kak Fulgur dengan petirnya benar benar kejam." Ujar seorang pemuda dengan api yang ia mainkan di tangan nya.
***
"Masakan mu selalu enak, Haru, aku tak menyesal mengajari mu memasak." Akiyama menyuapkan sumpit pada bibirnya sendiri seraya memuji asisten nya. "Ehehe.. Terimakasih master, Haru sangat senang bisa memasak makanan yang layak untuk master."
Mereka memandang ke jendela, terlihat butiran butiran putih turun dari langit. Wajah Haru semakin terlihat manis ketika ekspresi senang nya terlihat. Ini adalah kali pertama nya dia melihat salju dengan mata kepala nya sendiri. "Master! Main!"
"Besok.. Sekarang tidur dulu." Malam hari ini Haru terlihat semangat karena dia sangat menantikan momen ini, dia sangat ingin menginjakan kaki nya di salju pertama ini.
Bersambung