Mata kedua anak itu penuh pemujaan kepada Song Tianchen. Ini membuat Song Tianchen sedikit bangga pada dirinya. Yan Mao tanpa sadar menoleh kearah wajah Song Tianchen yang sedikit sombong.
Dia menggunakan tangannya untuk menutupi tawanya. Song Tianchen mendengar suara tawa istrinya. Dia tanpa sadar merasa sedikit malu. Ayah dan Daddy Yan melihat keduanya, Ayah Yan tidak bisa menahan diri untuk terkejut.
Mereka baru saja memotong seekor babi gemuk, sekarang Song Tianchen membawa babi hutan yang gemuk juga. Apakah mereka sangat beruntung hari ini?
Babi hutan itu sangat enak, harga pasarannya sangat mahal dibandingkan dengan babi peliharaan. Dia tidak tahu babi hutan ini akan olah.
Yan Mao dan Daddy Yan segera membantu membersihkan perut babi. Ayah Yan dan Song Tianchen beserta anak-anak membersihkan bulu babi hutan. Anak-anak suka hal-hal baru, mereka membantu membersihkan bulu babi.
Song Tianchen dan Daddy Yan sama sekali tidak merasa terganggu. Kadang-kadang mereka akan bercanda sambil membersihkan bulu babi, dan memisahkan antara tulang dan daging babi.
Daddy Yan menatap kearah Yan Mao. "Mao Er, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"
"Daddy, aku ingin membuat membuat daging asap."
"Daging asap?"
Yan Mao menganggukkan kepalanya. "Kebetulan aku menemukan beberapa pohon dan aku akan menggunakan daunnya untuk membuat wangi pada daging asap."
Daddy Yan bahkan tidak tahu apa itu daging asap. Karena mereka adalah orang miskin, bahkan jika mereka memakan daging babi. Itu pasti hanya tahun baru atas festival musim semi. Bahkan mereka hanya mampu membeli paling banyak 2 kati. Itu hanya akan di masak dengan satu kali.
Daddy Yan menatapnya. "Kita punya dua babi, bagaimana kita akan membuat daging asap semuanya? Bukankah itu melelahkan?"
Yan Mao menatap Daddy Yan. "Aku berencana memberikan 1 kati masing-masing para pekerja. Aku akan memberikan daging babi yang aku beli. Lalu kita akan mengelolah sisanya. Ada banyak cara mengawetkan daging babi. Daddy tidak perlu khawatir."
Daddy Yan menganggukkan kepalanya. Daging segar memang enak, tapi Yan Mao juga juga bacon babi dan daging asap babi. Semuanya enak. Terutama bagian hati babi. Namun Yan Mao ingin memasaknya hari ini.
Mereka berempat akhirnya berkerja sama. Ayah Yan dan Song Tianchen paling bisa diandalnya. Mereka mencincang daging seperti yang di katakan oleh Yan Mao. Meskipun dia tidak menginginkan yang terlalu halus.
Yan Mao meminta Song Tianchen membuatkan sebuah alat yang terbuat dari bambu. Itu adalah alat yang sangat sederhana. Song Tianchen membuatnya dan Yan Mao menggunakannya untuk memasukkan daging babi ke usus babi.
Dia juga memutarkan perut babi membuat batasan antar daging. Ini akan membuat lebih mudah menggambilnya ketika ingin memasaknya. Kedua perut babi terisi penuh. Yan Mao juga mengiris tipis daging babi dan melumurinya dengan banyak garam.
Garam itu mahal, namun Yan Mao sama sekali tidak mempermasalahkannya. Agar daging lebih awet, Yan Mao akan menggunakan banyak garam.
Setelah semuanya dikerjakan. Yan Mao pergi dengan keranjang bambu. Dia mengambil sabit dan pergi keluar. Awalnya Song Tianchen ingin membantunya. Namun dia ingin Ayah dan Song Tianchen membuat tempat untuk mengasapi daging.
Yan Mao mengarahkan semuanya, akhirnya Song Tianchen dan Ayah Yan selesai melakukannya. Yan Mao kembali dengan dedaunan dan juga jeruk bali yang ada di halamannya. Dia segera mengupas kulit jeruk bali dan meletakkannya diatas dedaunan.
Yan Mao membakar daun-daun hijau itu. Dia juga menutupnya dengan beberapa daun diatasnya.
Ketika para pekerja akan kembali. Yan Mao dan Song Tianchen membungkus semua daging dan menyerahkannya pada para pekerja. Semua pekerja itu langsung merasa bersyukur dan senang. Song Tianchen dan Yan Mao sudah membayar mahal untuk mereka dan juga memberi mereka daging babi.
Setelah membagikan daging babi, Yan Mao dan Song Tianchen mengambil daging yang sudah diasapkan. Ada sosis asap, daging asap, bacon babi. Semuanya di gantung di dinding dapur. Yan Mao sangat puas, dia juga membuat banyak makanan.
Setelah mereka selesai, mereka sekeluarga makan malam dengan gembira. Beberapa Ger yang melihat suaminya membawa daging, mereka segera bertanya darimana datangnya daging babi.
"Di mana datangnya daging babi ini?"
"Ger Mao dan Saudara Song memberikan kami masing-masing daging babi."
Ger itu penuh emosional, "Sungguh, Ger Mao dan Saudara Song sangat baik. Baiklah, aku akan memasak babi ini."
"Oke." Suaminya menjawab dengan senang. Dua anak-anak datang mendekati Daddy mereka begitu mereka mencium aroma daging. Mereka berlari ke dapur, "Daddy, apakah kita akan makan daging?"
Ger itu mengusap kepalanya. "Ya, sebentar lagi dagingnya matang. Ayo siap-siap, kita akan segera makan."
Kedua anak itu sangat senang, keduanya segera duduk di meja makan. Ayah keduanya tersenyum. Mereka berempat makan daging dengan bahagia. Daging hanya bisa mereka makan setahun sekali. Sangat beruntung jika mereka memakan dua kali setahun.
_____
Keesokkan harinya, baik Yan Mao dan Song Tianchen menjadi pembincangan hangat bagi para penduduk. Terutama Ger-Ger yang melihat Suami mereka mendapatkan daging dari rumah Yan Mao dan Song Tianchen.
Mereka sangat berterima kasih, mereka juga menyanjung Yan Mao dan Song Tianchen. Beberapa Ger yang sama dengan mereka sangat iri pada mereka yang mendapatkan daging dari rumah Yan Mao.
Mereka juga sangat ingin mengirim Suami mereka bekerja, namun sayang, Song Tianchen hanya ingin memperkerjakan 15 orang. Itu termasuk sudah banyak hanya untuk membangun sebuah rumah.
_____
Daddy Song yang mendengar berita tentang Yan Mao dan Song Tianchen memberikan daging gratis pada pekerja rumahnya. Dia sangat marah, "Kedua bintang sialan itu, dia sangat murah hati pada para pekerja dan mereka melupakan orang tuanya."
Ger Daddy Song, Song Mei. Dia juga membenci Song Tianchen, bagaimana saudaranya lebih memilih memberikan daging kepada orang lain daripada keluarganya. "Daddy, mereka benar-benar bajingan, bagaimana kita tidak mendapatkan sedikitpun tentang daging itu."
Daddy dan Ger itu benar-benar satu pemikiran. Seperti Daddy seperti Ger. Sangat mirip, bahkan penduduk desa tidak menyukai keduanya. Song Mei, adalah Ger yang sombong, pada saat ini dia baru berusia 13 tahun.
Dia belum menerima tunangan dari manapun, bukan dia tidak menerima namun Daddynya sangat pemilih. Dia menginginkan orang kaya untuk menikah dengan Gernya. Song Mei termasuk Ger yang cantik, dia mirip dengan Daddy-nya ketika dia Muda.
Tidak sulit baginya untuk menerima lamaran dari penduduk desa, beberapa penduduk desa ingin melamarnya. Namun mereka sangat ketakutan karena hadiah pertunangannya adalah diatas 20 tael perak.
Beberapa orang tua mendengus ketika mendengarnya. Mereka sama sekali tidak ingin mengeluarkan uang yang banyak hanya untuk menikahi seorang Ger yang malas. Bahkan jika mereka mau, mereka tidak bisa mendapatkan mahar sebanyak itu.
Para pemuda hanya bisa menyerah, mereka tidak mampu melakukannya. Daddy Song menatap kearah gernya. "Mei, kenapa tidak ada yang datang melamarmu lagi?"
Wajah Song Mei memerah. "Ibu, kamu tahu, hadiah pertunanganmu sangat tinggi. Bagaimana mereka berani melakukannya."
Daddy Song mendengus, "Bagaimana itu mahal? Itu sangat murah, lagipula penduduk desa sangat miskin dan mereka berharap untuk menikahi Gerku yang cantik dengan harga murah. Mereka berharap."
Song Mei juga mendengus, "Ya, Daddy benar."