Syallief sudah berbaring di ranjang UKS, Zidan juga lebih memilih menemani Syallief di UKS dari pada ikut pelajaran. Untung saja pelajaran Bahasa Indonesia, jadinya Syallief membiarkan Zidan menemaninya. Ya, walaupun pelajaran apapun juga gak masalah bagi Zidan. Karena otaknya sudah kelewat cerdas, ketinggalan satu hari pelajaran tidak akan merugikan Zidan.
"Lo kenapa bisa kayak gini?" tanya Zidan.
"Gue gak papa, cuman luka kecil doang lah." Zidan merasa kurang puas dengan jawaban yang Syallief berikan, ia merasa Syallief sedang menyembunyikan sesuatu. Saat melihat tangan Syallief terluka, serta bercak darah di baju Syallief membuat ia yakin jika Syallief sedang menyembunyikan masalahnya.
"Lo cerita aja sama gue, kita udah kayak keluarga Syal. Gue juga udah anggap lo ke Abang gue sendiri, jadi gak usah sungkan kalo mau cerita."