Reynar meringis kala kuku tajam dari jemari ibunya menusuk pipi ketika wanita itu mencengkram dagunya begitu kuat.
"Dengar, kamu seharusnya tidak pernah hadir ke dunia. Seharusnya saya melenyapkanmu sejak kau masih berupa janin. Karena melihat wajahmu membuat tubuh saya jijik. Mengingat bagaimana kamu hadir dan membuat hidup saya hancur."
Kini pipinya kembali di hempaskan. Wanita itu berbalik ketika sosok pria yang menjadi tujuan utamanya datang tak ia temui.
"Kenapa Mama berbicara seperti itu? Reynar anak kandung Mama."
Ucapan Reynar membuat langkah wanita itu terhenti. Tubuhnya diam namun kedua tangannya mengepal.
"Tak bisa kah Mama menyayangi Reynar seperti ibu-ibu lain pada anaknya?"
Reynar memandang sendu pada wanita yang ingin sekali saja ia rengkuh, merasakan bagaimana kedua tangan ibunya mendekap tubuhnya. Mencurahkan segala kasih sayang seorang ibu kepada anaknya.
"Sedikit saja, tolong... sayangi Reynar, Mah."