"Kenapa Tuhan tidak mengambil Rey saja? Kenapa harus orang-orang yang Rey sayang? Tuhan benci Rey, ya, karena tak pernah jemput Rey. Rey kan ingin mati, tapi Tuhan tidak pernah menjemput Rey. Tuhan selalu membuat Rey tetap hidup. Padahal Rey tidak ingin hidup."
"Kalau kamu pergi bagaimana dengan Papa, Rey?" Chandra mengelus kepala Reynar, anaknya jika sudah mengingat kenangannya akan selalu berbicara melantur tanpa dipikirkan. "Rey dengerin Papa, Tuhan selalu punya rencana, Tuhan selalu mempunyai takdir untuk Hambanya, dan kematian setiap makhluk hidup itu berbeda karena sudah tertulis oleh tangan Tuhan."
Tak ada sahutan dari Reynar, kedua bola mata anak itu perlahan mulai terpejam ketika kepalanya terasa pusing.
"Rey lelah"
Ucapan itu terucap lirih sebelum kegelapan benar-benar menjemputnya.
"Istirahat kalau Rey lelah, Papa akan temani Rey."