Doyoung menghembuskan napasnya, dia mengusap wajahnya dengan kasar. Saat dia sadar kalau sekarang dia berada di dalam kafe dan bisa saja menjadi bahan tontonan orang lain, dia langsung menarik tangan Sejeong dan membawa Sejeong ke tempat yang sepi.
"Mas lepasin..." Sejeong berusaha menahan genggaman tangan Doyoung.
"Jangan menghindar dari aku Se." Ucap Doyoung tiba-tiba, dia menatap istrinya itu. Air matanya bahkan tidak bisa diajak untuk bekerja sama, jatuh tanpa seizin dirinya.
"Gak gini mas, gak gini... Kamu harusnya marah sama aku, kamu harusnya bentak aku, kamu harusnya benci sama aku... Gak giniii, aku mohon..." Sejeong menunduk, terisak dalam tangisannya.
Doyoung semakin mendekati Sejeong, kembali membawa Sejeong ke dalam pelukannya. Dia mengusap rambut Sejeong lembut, menenangkan istri yang selama ini dia rindukan.
"Kenapa? Kenapa aku harus marah? Kenapa aku harus benci sama istri aku sendiri?" Tanya Doyoung pelan dalam pelukannya.