"Adek dengerin kakak, kakak dan yang lainnya nutupin ini untuk kesembuhan kamu dek."
Auriga menatap Ivan tajam, sorotan pada matanya sangat berbeda.
"Kesembuhan aku? Memang dengan aku gak tau ini semua, aku bakalan sembuh kak? Kalau aku tau belakangan gak apa-apa gitu? Memang gak akan ada yang terjadi kalau aku taunya belakangan? Apa yang kalian takuti kalau aku taunya sekarang? Aku bakalan gila? Aku bakalan nyalahin diri aku sendiri?"
Ivan jadi kelabakan sendiri kalau sudah berdebat dengan adiknya ini.
"Adek harus percaya sama siapa sekarang kak??"
Auriga memegangi kepalanya yang berdenyut hebat. Dia memejamkan matanya erat-erat.
"Kenapa dek?"
"Dek," panggil Ivan memegang bahu adiknya itu.
"Argh..." Auriga merintih kesakitan. Ivan langsung memanggil dokter, menekan tombol panggilan agar tenaga medis segera datang ke ruangan Auriga.
"Tahan bentar ya dek, dokter sebentar lagi datang."
Dokter segera masuk dan langsung memberikan tindakan kepada Auriga.