"Ngapain Ken?" tanya Senna.
"Nggak, tadi gue disuruh Bass nyari lo. Orang-orang pada nyariin soalnya" Jawab Keanu gugup.
"Oh, oke deh. Ayok ke mereka" ajak Senna mendahului Keanu.
"Senna" Keanu menahan langkah Senna dengan meraih lengannya.
"Apa?"
"Lo nangis?"
"Iya, aku terharu gitu" jawab Senna cepat kemudian meneruskan langkah.
Keanu menatap langkah Senna dari belakang dengan gusar. Keanu mengacak rambutnya kasar frustasi. Dirinya menyesal tidak jujur kalau dia yang mengkhawatirkan keadaan Senna. Keanu berdecak pelan. Sementara Senna sudah pergi menemui Silvi.
"Lo kapan ke Surabaya kak?" tanya Yuko, gadis blasteran Jepang itu bertanya sambil menyenderkan tubuhnya ke dinding.
"Tiket pesawatnya sih besok" jawab Senna yang baru masuk ke dalam ruangan.
"Buset cepet amat kak?" Bass ikut nimbrung dalam obrolan.
"Iya, karena sudah terlanjur dipesenin besok" Senna menjawab cepat sambil mencari tempat duduk ternyaman di sebelah Bass.
"Yah, harusnya syukuran dulu Sen. Makan-makan kek" kata Silvi.
"Besok?"
"Emang lo ambil penerbangan yang jam berapa kak? Soalnya besok gue ada janji sama klien sampe jam 3 sore nih" tanya Vika.
"Ambil malem kok. Soalnya ibuku mau ke rumah tante dulu" Jelas Senna.
Keanu yang dari toilet ikut masuk kedalam ruangan. Tubuhnya yang tinggi terlihat kikuk diantara teman Silvi dan Senna. Keramaian nampaknya tidak cocok dengan dirinya.
"Em, Sen. Riko sama Demar udah nungguin dibawah" ucap Keanu gugup.
"Sebentar ya, aku masih pengin ngobrol disini. Mereka sabar dulu ya" ucap Senna sambil tersenyum lembut.
Keanu hanya mengangguk singkat sebelum tubuh tingginya pergi dari dalam ruangan.
"Gila bo. Gue dapet rezeki anak Soleh banget! Adik lo si Riko cakep banget! Temen-temen nya juga cakep-cakep amat. Si Keanu kan barusan itu? Alamong nggak kuku nggak nana mata gue kinclong pasti nih" Bass berseru senang.
"Rikoo sudah punyaa gebetan"
"Sudah-sudah pusing gue denger kalian bertengkar. Kalian berdua mirip anak PAUD" Vika menengahi kedua temennya.
"Gue juga pusing dengernya. Gue balik duluan ya, gue pengin minum aspirin dirumah" ucap Silvi sambil bersiap-siap dengan tasnya.
"Iya bu bos hati-hati ya. Lo demam ya? Dari tadi gue ngeliat lo pilek dan batuk" Bass beranjak dari duduknya dan memeluk Silvi. Tubuh mungil Silvi tenggelam di dalam tubuh besar laki-laki itu.
"Iya makasih. Lo juga jangan tengkar mulu sama Yuko. Kalau Yuko sampai marah betul, bodyguardnya serem tau" ucap Silvi sambil menepuk pelan lengan Bass. Dirinya kemudian bergerak ke arah pintu dan melambaikan tangannya.
"We love you bunda geng!" teriak Yuko sambil tersenyum. Vika hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah kekanakan Yuko.
"Sen, lo masih lama ngobrolnya? Mama sudah nanyain nih" Riko tiba-tiba muncul dari arah pintu.
"Aku pamit dulu deh. Gengs, aku balik dulu ya. Makasih banyak acaranya sukses besar. Besok kita makan-makan dimana diobrolin di grup ya" pamit Senna. Yuko, Vika, dan Bass kemudian memeluk Senna bergantian.
Senna sambil menenteng tas beratnya berjalan beriringan dengan Riko. Riko yang melihat tas berat Senna kemudian mengambil alih. Senna tersenyum melihat tingkah adik sepupunya itu.
"Mamamu pasti menangis haru lihat kamu peduli sama kakakmu ini" ucap Senna menggoda.
"Really? Gue selalu peduli sama keluarga gue. Jadi mama nggak akan kaget dan menangis haru. Lo nggak usah kebanyakan drama" Riko menatap sebal.
"Tuhan terima kasih Engkau memberikanku kesabaran untuk nggak mencuci dan mengucek kakakku ini" Ucap Riko keras. Suaranya terdengar sangat marah.
***
Sepanjang perjalanan pulang, Senna diam didalam mobil. Tanpa membuka pembicaraan apapun. Fisiknya lelah, tetapi pikirannya lebih lelah lagi. Senna mematung tanpa memikirkan apapun. Jalan pikirannya buntu. Keanu yang memang pendiam, hanya bisa duduk disebelah Senna tanpa suara apapun.
"Halo? Iya ma ada apa? Nyetir nih bahaya. Ngomong sama Senna aja ya mah" Riko yang menjawab telepon tiba-tiba memberikan Smartphone nya kepada Demar yang duduk di kursi penumpang disebelahnya. Demar kemudian menyalurkannya pada Senna yang kebingungan.
"H-haloo?"
"Senna? Halo? Ini tante" Tante Sri membuka percakapan.
"Ada apa ya?"
"Senna, ini Langit ada di rumah. Dia bilang sebenernya harus landing 3 jam yang lalu. Tapi ternyata pesawatnya delay. Dia kesini karena ibumu bilang sebelum acara jumpa fans, kamu dijemput Riko dan bakal balik ke rumah tante dulu"
"Tante nggak bercanda kan?" tangan Senna tiba-tiba dingin. Dirinya belum siap untuk bertemu Langit.
"Lah tante ngapain bercanda. Langit bilang telepon kamu dimatiin. Kata dia waktu sampai di bandara langsung telepon kamu. Tapi nggak tahu sampai rumah tante kok linglung gini. Nggak ngerti deh tante" Tante Sri panjang lebar membahas Langit.
"Iya ini perjalanan"
"Oh gitu, yaudah tante tunggu ya. Tante kira kamu masih kumpul sama temen-temen mu"
"Yasudah, hati-hati nduk. Bilang Riko nggak usah ngebut" Ucap Tante Sri sebelum menutup teleponnya.
Senna masih termenung setelah tante Sri selesai meneleponnya. Keanu yang duduk disebelahnya terlihat bingung.
"Ada apa Sen? Lo nggak papa?" tanya Keanu bingung.
"Oh, oh nggak papa kok" Senna menjawab dengan gugup.
"Ada apa sih Sen? Mama ngapain nelpon?" Riko bertanya dari balik kemudi.
"Cuman ngasih info"
"Info? Nggak jelas banget. Ngapain kudu nanya lo dimana si mamak itu?" tanya Riko bingung.
"Oh ya Demar, ini handphone si Riko" Senna kemudian memberikan Smartphone milik Riko kepada Demar. Demar mengambilnya kemudian meletakan diatas dashboard dan kembali asik dengan game di Smartphonenya.
Di sepanjang perjalanan, hati Senna terasa bimbang. Ia bingung harus bagaimana nantinya jika harus bertemu Langit lagi. Senna menatap kaca mobil yang di penuhi lalu lalang kendaraan dan juga banyak orang yang berjualan di pinggir jalan.
Tak terasa, Senna hanya melihat ke arah luar tiba-tiba sudah sampai ke dalam garasi, "Ini beneran sudah sampai?" batinnya yang belum siap.
Ketika mobil yang dikendarai Riko memasuki garasi, jantung Senna berdebar dua kali lebih cepat. Senna merasa belum siap bertemu dengan Langit. Senna masih ingat saat dirinya emosional didalam toilet setelah fan meeting nya berakhir. Dirinya marah-marah tanpa tahu Langit sudah berada di bandara. Ugh, Senna membenci situasi seperti ini.
"Heh! Lo nggak mau turun? Gue kebelet pipis. Buru, mau gue kunci mobilnya" Ucapan Riko menyentak lamunan Senna.
"Eh? Sabar lah Rik, ini masih pewe" jawab Senna sekenanya. Kemudian dengan gerakan perlahan Senna keluar dari mobil.
Saat berjalan menuju pintu depan, Riko, Demar dan Keanu mendahuluinya. Senna masih berjalan seperti siput karena benar-benar gugup. Setelah ketiga lelaki itu masuk kedalam rumah, Senna mengikuti dengan tergesa. Saat masuk kedalam ruang tamu, Langit sudah menunggunya dengan bersedekap dan menyenderkan badannya di bantalan sofa. Wajahnya terlihat lelah, tetapi tetap tampan. Senna membenci hatinya yang berhianat dan merindukan Langit.