Suasana sekolah Astronesia School terlihat ramai mengingat hari ini para murid akan mengadakan kegiatan bebas seperti melaksanakan pertandingan olahraga antar kelas dan bebas melakukan kegiatan apapun karena kemarin mereka baru saja selesai melaksanakan ujian akhir semester dua untuk naik ke kela selanjuntya.
Andara sendiri saat ini hanya memakai pakaian olahraga dengan rambut yang di ikat seperti ekor kuda. Kaca mata bulat yang bertengger di hidungnya dan bola mata yang berwarna coklat tua. Andara sengaja hari ini memakai softlens untuk menutupi warna matanya yang berwarna hijau yang diturunkan ibunya karena selama ini Andara selalu berpenampilan seperti ini saat bersekolah, berbeda jauh pada saat dirinya berada di rumah atau di acara tertentu yang mengharuskan dirinya hadir.
Dengan buku tebal yang ada di tangannya, Andara menaiki tangga menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Pelan tapi pasti, Andara melangkah dengan hati – hati agar tidak terjatuh kebawah, namun naas, dirinya kehilangan keseimbangan saat salah satu murid menyenggol bahunya.
Dengan teriakan yang meluncur keluar, Andara seolah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. Andara refleks memejamkan matanya dan sudah siapa seandainya tubuhnya terguling kebawah. Akan tetapi kenapa Andara merasa ada yang menahan bobot tubuhnya, padahal Andara merasa saat berjalan tadi tidak ada seorang pun yang berjalan di belakangnya. Lalu siapa yang menahan tubuhnya saat ini?, Andara membatin.
"Sampai kapan kamu mau mejamkan mata..?" tiba – tiba suara bass terdengar jelas di telinga Andara hingga membuat gadis itu refleks melepas rangkulan tubuh yang di lakukan si penolong yang menahan tubuhnya agar tidak terjatuh kebawah.
Andara berbalik dan menemukan Arka Putra Brawijaya berdiri tegap tepat di hadapannya. Laki – laki tersebut berpenampilan seperti biasanya, namun yang berbeda pada hari ini adalah Arka memakai hoodie berwarna hitam dan tas yang di jinjing di tangannya, rambutnya juga terlihat seperti di semir berwarna coklat muda.
"Maaf, aku nggak bermaksud seperti itu. Nggak sengaja neginjek tali sepatu sendiri..", ucap Andara sambil menatap kebawah kakinya, menunjukkan kalau perkataannya bukan di buat – buat.
"Lain kali hati – hati.."
Setelah mengucapkan hal tersebut, Arka meninggalkannya dan kembali berjalan menaiki tangga akibat insiden yang mengharuskan dirinya berhenti sebentar. Andara hanya menatapnya tanpa mau menimpali perkataan yang di lontarkan Arka barusan. Akan tetapi, saat tinggal satu tangga lagi untuk mencapai keatas, tiba – tiba saja Arka berhenti dan menatap Andara dengan wajah datar namun terlihat cool di mata Andara.
"Jangan bicara lembut seperti tadi ke cowok lain karena aku nggak suka.."
Andara terdiam mendengar perkataan Arka. Ini pertama kali Andara dan Arka berbicara namun yang selama Andara dengar dari murid di sini, dan apa maksud dari perkataannya barusan? Berbicara lembut ke cowok lain? Bagaimana bisa? Bicara dengan teman sebangkunya saja bisa di hitung bagaimana ngomong ke cowok lain? Hal yang anh menurut Andara.
Tidak ingin ambil pusing, Andara memperbaiki tali sepatunya yang sempat terlepas sebelum kembali menaiki tangga untuk menuju kelasnya yang sempat tertunda. Namun entah kenapa jantungnya berdebar dengan cepat saat Arka berbicara seperti tadi kepadanya? Efek menaiki tangga, fikirnya.
>>>
Suasana kelas terdengar sangat riuh dan memekakkan telinga bagi siapapun yang berada di dalam kelas tersebut, termasuk Arka sendiri.
Dirinya memakai headset untuk menghilangkan suara yang bisa membuat telinganya tuli dengan mendengarkan music yang ada di dalam ponselnya. Namun kegiatan yang bisa membuat dirinya nyaman kini terusik akibat goyangan tubuhnya yang di lakukan oleh Oji Mahesa, teman baiknya.
"Apa sih yang lu denger di telinga loe sampe – sampe gue panggil dari tadi gak lu dengerin?" ujar Oji yang mengambil tempat duduk di sebelahnya.
"Lagi mengingat interaksinya dengan Andara tadi mungkin?" kini suara Mandala Abadi Putra terdengar.
"Bisa jadi .. bisa jadi.." suara maskulin seorang cowok bernama Elang Dirgantara kini terdengar. Cowok tersebut terlihat sedang menulis di bukunya. Selain Arka yang di kenal dengan kepintarannya, Elang Dirgantara juga termasuk jajaran murid pintar di Astronesia School.
"Biarin aja, kapan lagi kita liat Arka menung sendirian selain lagi ada masalah?" suara tegas dari seorang Zio Alexander menarik perhatian dari keempat orang tersebut untuk menghadapnya. Zio sendiri lebih pendiam dari Arka dan lebih jarang ngomong kalau tidak ada yang penting.
"Ribut banget sih kalian..", Arka menatap temannya satu per satu sambil menggelengkan kepalaya. Biasanya teman – temannya tidak pernah mau ikut campur urusannya, tapi kenapa sekarang mereka rebut masalah tadi pagi?. " Kenapa kalian pada rebut dengan kejadian tadi pagi?" tanya Arka balik. "Gue Cuma nolong dia, gak lebih…!!"
Terdengar sorakan keras dari teman – temannya saat Arka berkata barusan.
"Lu pikir kita nggak tau apa yang terjadi pagi tadi? Lu kira kita juga nggak denger apa yang lu bilang sama Andara? Kita slalu di mana – mana bro. kejadian langka kayak tadi pasti cepat sampe di telinga kita, secara mata – mata kita banyak. Ye…gak…?" imbuh Mandala yang terlihat menggebu – gebu saat berbicara. Seakan senang dengan pertunjukan yang di lakukan Arka tadi pagi.
"Tapi tunggu dulu. Kok lu bisa ngomong gitu sih ke Andara? Secara kan lu gak pernah mau tahu tentang pawa cewek di sekolah kita atau kenalan secara pribadi sama dia, tapi kenapa sekarang lu bisa berubah? Pasti ada sesuatu yang gak kita tau. Yang lu sembunyiin dari kita – kita, bener gak?" cerocos Oji yang sedari tadi mengamati Arka yang duduk di sampingnya, mencari tahu dari gerak – gerik Arka.
"Gak ada apa – apa sama dia, Cuma entah kenapa jantung gue tu deg – degan saat dekat ama tu cewek waktu gue nolongin dia tadi. Apa mungkin karena selama ini gue gak pernah dekat sama cewek satu sama lain kali ya makanya jantung gue detaknya cepat. Ampe sekarang pun belum ilang pas inget wajah dia…" jelas Arka lagi sambil mengamati ekspresi wajah teman- temannya satu per satu yang bisa terlihat kaget dan speechless.
"Gak nyangka gue..", ucap Elang tiba – tiba.
"Gak nyangka kenapa..", ucap Mandala. Arka dan yang lainnya juga menatap Elang yang tiba – tiba ngomong barusan.
"Gak nyangka kalau seorang Arka bisa suka sama cewek.."
Mendengar perkataan spontan Elang, Arka bergerak maju ke arah Elang,sedangkan Elang yang melihat gerakan spontan Arka yang terlihat kesal dengan perkataannya refleks langsung berlari untuk menghindari kejaran Arka.
"Tarik omongan loe sekarang sebelum gue piting pal aloe..!!" ucap Arka yang terlihat sedang membuka hoodie yang sedari tadi melekat di tubuhnya sambil menatap Elang dengan tatapan tajam.
"Wooiiii, totlongin gue wooii…" Elang meminta tolong sama yang lain. Namun bukannya nolongin, mereka malahan terlihat bahagia saat liat dirinya merana.
"Tega banget lu ya semua ama ague. Awas aja klu kalian minta tolong ama gue, ogah gue nolongin lu smua.." rengek Elang dengan posisi siap berlari saat melihat Arka yang berjalan pelan kearahnya. Arka yang mengerikan, ucap Elang dalam hati.
Saat melihat tanda – tanda Arka akan mengejarnya, Elang sudah bersiap dengan kuda – kudanya. Dengan cepat, Elang pergi berlari keluar kelas dan mencari tempat sembunyi untuk keselamatan dirinya dari ketua Geng MAZEO yang terlihat sangat ingin melahapnya bulat – bulat.
Sedangkan di dalam kelas, Mandala, Oji, dan Arka sendiri tertawa saat melihat tingkah Elang yang terlihat takut saat berhadapan dengan Arka.
"Siapa sih tu, lucu banget tu orang.." ucap Oji.
Mandala memukul kepala belakang Oji. "Cs lu itu..", jelas Mandala lagi. "Kalian kan mirip anak kembar, kemana- mana selalu berduaan, giliran kayak gini pura – pura lupa lu…", sungut Mandala saat liat Oji ketawa dengan ucapannya.
"Hahahah, emang kembaran gue itu. Udah ah, ayo cari Elang sekalian cuci mata. Mungkin aja bisa liat neng Andara lagi. Ye gak babang Arka yang tamvan…", ucap Oji sambil melihat Arka yang berjalan keluar kelas duluan. Melihat hal itu, Mandala. Oji dan Zio yang sedari tadi diam dan hanya melihat interaksi mereka ikut mngekori Arka dari belakang,
Namun tanpa Arka dan lainnya sadari saat ini Elang sedang bersama Andara di halaman belakang sekolah. Bukan karena hal lain, Elang tidak sengaja menabrak Andara saat berjalan sambil membawa buku di tangannya tepat di depan kelas gadis itu. Salah Elang karena tidak melihat saat berlari, makanya dirinya tidak sengaja menabrak Andara hingga membuat gadis itu jatuh terduduk dan semua bukunya jatuh ke lantai.
Dengan sigap, Elang membantu Andara yang meringis kesakitan sambil mengambil kembali bukunya yang jatuh akibat ulahnya. Saat menatap siapa yang di tabraknya, ide usil terlintas di kepalanya dan Elang langsung menarik Andara sebelum gadis itu menolak.
Di rasa suasana dan tempat yang mendukung, Elang mendudukkan Andara di kursi. Elang sendiri mengambil ponsel yang tersimpan di saku nya dan mengetikkan sesuatu di sana.
"Ajak bos ke sini, kita liat adegan live secara langsung…"
Elang tersenyum lebar saat melihat pesan yang barusan ia kirim bercentang biru. Sambil menyembunyikan senyumannya dari gadis yang sedari tadi bersamanya, Elang memasukkan kembali ponsel ke dalam saku celananya dan menghadap Andara yang keheranan melihat tingkahnya .
"Kamu duduk di sini dulu, aku mau beli minuman dulu. Anggap aja permintaan maaf sudah nabrak hingga kamu jatuh tadi…" ucap Elang pada Andara.
Sebelum mendengar perkataan gadis tersebut yang bisa di prediksi Elang sebagai penolakan, Elang langsung melangkahkan kaki besarnya ke arah kantin berada.
Andara yang di tinggalkan Elang begitu saja menghembuskan nafas keras melihat tingkah laki – laki tersebut. Namun untuk saat ini Andara hanya bisa menunggu kedatangan laki – laki tersebut. Tidak sopan kalau Andara langsung pergi begitu saja dan mengabaikan perkataan kakak kelasnya itu.
Dengan setengah hati, Andara duduk di salah satu bangku yang ada di halaman sekolah. Matanya menatap sekeliling pekarangan tersebut. Kalau tidak salah, Andara pernah ke sini saat pertama kali masuk ke sekolah Astronesia saat jam pelajaran olahraga. Andara mengira kalau halaman yang luas ini yang akan menajdi tempat kegiatan olahraga tersebut, namun ternyata dirinya salah. Halaman sekolah ini terletak di belakang gedung sekolah dan jarang di pakai untuk kegiatan belajar.
Sambil menunggu kedatangan Elang yang katanya ingin membelikannya minum, Andara membuka salah satu buku yang selalu di bawanya sembari menunggu. Namun, saat mau membalik halaman yang baru selesai di bacanya, ada delapan pasang kaki yang berdiri di hadapannya.
Saat menaikkan wajahnya keatas, manik matanya menangkap sosok laki – laki yang telah membantunya tadi pagi saat menaiki tangga. Arka Putra Brawijaya, most wanted Astronesia School sekaligus ketua dari segala ketua dan para genk nya hadir dan berdiri tepat di mana Andara berada.
Andara menatap keempat pria tersebut dengan tatapan kagum dan heran. Ada apa ini sebenarnya? Batinnya dalam hati.
"Ngapain duduk sendirian di sini ?" suara maskulin yang merupakan suara dari Arka terdengar di telinga Andara. Entah kenapa membuat dada Andara kembali berdetak dengan cepat, padahal hanya mendengar suaranya saja. Seperti tadi pagi saat mereka berada di tangga.
Andara baru saja mau menjawab pertanyaan Arka barusan, namun terdengar suara laki – laki dari kejauhan berlari kerahah nya.
"Bos sudah datang..?" ucap Elang sambil menyerahkan sebotol minuman kepada Andara dan menatap ke temannya yang berdiri diam.
"Ngapain lu WA gue..?" kini suara Mandala yang berbicara.
"Jangan pura – pura bego deh lu. Kayak gak tau gue aja.." jawab Elang.
Andara diam sambil mengamati interaksi mereka. Andara sendiri tahu siapa mereka dan jabatan mereka di sekolah ini. Di mulai dari Arka Putra Brawijaya, ketua dari segala ketua di sekolah ini sekaligus donatur untuk sekolah Astronesia. Selanjutnya ada Mandala Abadi Putra yang merupakan anak dari kolega ayahnya. Ada Elang Dirgantara yang tadi menabraknya. Elang sendiri merupakan anak dari pemilik perusahaan sesuai nama belakangnya yang juga merupakan kolega dari kakaknya, Devan.Lalu ada Alexander Zio, si tampan, rupawan dan atletis. Pendiam dan pintar dalam pelajaran matematika dan satu lgi Oji Mahesa yang Andara kenal sejak masih kecil karena Oji merupakan cucu dari teman baik kakeknya dan pernah bermain bersamanya saat berusia lima tahun.
Melihat interaksi mereka yang sepeti nya sudah sangat dekat layaknya saudara membuat hati kecil Andara tersentil. Mengingat di sekolah maupun di rumah, dirinya tidak mempuyai teman baik seperti mereka layaknya saudara. Namun karena situasi dan kondisi dirinya yang tidak memungkinkan, Andara harus membatasi pergaulannya hingga merasakan kesepian.
Tanpa di sadari Andara, sedari tadi Arka selalu mengamatinya. Mata tajam Arka menelisik penampilan Andara secara keseluruhan karena ini merupakan pertemuan mereka yang kedua setelah insiden di tangga sekolah tadi pagi.
Menurut Arka, Andara yang berdiri di hadapannya ini terlihat seperti gadis blasteran. Kacamata bulat dengan rambut berwarna coklat yang di kuncir seperti ekor kuda. Cantik dan menarik, batinnya dalam hati.
"Jadi, kamu ngapain sendrian di sini?" tanya Arka lagi, membuyarkan lamunan Andara.
"Tadi Elang tidak sengaja nabrak aku pas di kelas tadi, trus dia " nunjuk Elang, " narik aku ke sini dan ninggalin aku sendirian. Katanya sih mau beli minuman..", tambahnya lagi
Arka berbalik dan menatap tajam dengan wajah datar kearah Elang yang terlihat gugup saat di pandangi Arka.
"Bukan gitu bos qu, Cuma mau memastikan sesuatu. Bener gak teman – teman?" tatap Elang ke temannya – temanya, meminta bantuan.
"Betul Arka, Elang nggak punya maskud apa – apa kok. Kita Cuma mau memastikan sesuatu. Kalau gitu kita pergi dulu ya Arka. Yuk guys, kita ke kantin. Lapar gue.." ucap Mandala sambil merangkul Elang yang bernapas lega, sedangkan yang lainnya mengikuti langkah Elang dan Mandala yang berjalan meninggalkan Arka dan Andara di keheningan pekarangan sekolah.