Keisya memperhatikan wajah wanita paruh baya itu. Di saat dia sedang membersihkan tubuh wanita tersebut hatinya sebenarnya hancur melihat bekas luka yang ada di sekujur tubuhnya. Bekas luka itu mengingatkan penyiksaan yang dialami oleh keisha saat dirinya masih tinggal dengan seorang ibu tiri. Wanita sederhana itu mulai menangis di sisi Ibu mertuanya.
Wanita itu tidak bisa membayangkan bagaimana Ibu mertuanya bisa mendapatkan siksaan di usianya yang sudah tidak muda lagi. Hati Keisha hancur melihat nasib yang dialami oleh ibu mertuanya itu. Dia berjalan mendekati kaki sang ibu, kemudian, dia mulai memijat kaki tersebut dengan penuh kasih sayang. Dia ingin memberikan cinta dan kasihnya kepada wanita yang merupakan ibu kandung dari suaminya. Perasaannya hancur berkeping-keping menyaksikan wanita itu mendapatkan siksaan yang tidak terpikirkan oleh dirinya.
