Semua orang berkumpul jadi satu di ruang santai. Sangat yakin sekali nih, pasti setelah ini aku bakalan di sidang oleh kedua abangku. Sungguh, sadisnya mereka. Eh …. Tepatnya bukan di sidang tetapi hanya ditanya sedikit yang lebih mendalam.
"Semua orang menunggu penjelasan dari kamu loh, Lis," ucap Kak Arman membuka obrolan ini.
Aku menghembuskan napas keras. "Iya deh! Harusnya sih kalian sudah tahu dari Ayah."
Awalnya yang melihat aku dengan tatapan penuh penasaran kini beralih menatap ke arah Ayah. Nah kalau begini 'kan adil, jadi aku enggak merasa di introgasi seorang diri, ada temannya.
"Hei …. kalian kenapa pada lihatin, Ayah?" Ayah yang sedang program gemuk dengan camilan yang sedang ada dipangkuannya merasa terganggu ditatap oleh kedua abangku.
Ya …. aku enggak salah dong! Sebab yang mengusulkan penjahitnya dipercayakan oleh Tante Mirna adalah Ayah, bukan aku atau pun kedua abangku. Jadi, Ayah memang ikut andil tentang permasalahan ini.
