Menitih usaha memang harus dari nol, begitu juga dengan orang yang sudah menjadi teman bisnis. Untuk, sekarang aku memang harus membicarakan hal ini sama Ayah. Entah kenapa rasanya terlalu berat menerima semua ini. kenyataan yang mengharuskan bekerja sama dengan ibunya Hendri.
Wajar saja, Ayah, belum tahu soal nama orang tua Hendri, bahkan wajahnya mereka pun sama sekali belum tahu seperti apa. Giliran sekarang ketemu malah disaat yang enggak tepat. Sebelum, masuk ke dalam rumah itu, aku meminta Ayah berbicara empat mata.
"Ayah, aku ingin berbicara berdua, bisa?" pintaku.
"Bisa dong, Nak." jeda Ayah, "Bu, saya tinggal dulu ya."
Sepanjang perjalanan, aku, berpikir untuk membicarakan hal ini biar Ayah bisa mengerti soal posisiku, tetapi kalau enggak. Aku pun tidak tahu dengan kelanjutan kisah ini.
"Hayo, mau membicarakan apa nih sama Ayah?" canda Ayah.