Revanya terus berlari dengan Axel yang masih berada di gendongannya. Perutnya melilit, dan kakinya terasa perih, namun cewek itu tak mempedulikannya, yang terpenting sekarang adalah keselamatan adiknya, bahkan jika harus mengorbankan keselamatannya.
Perkiraan Revanya ternyata salah, sampai sekarang tidak ada barang satupun kendaraan umum bahkan taksi yang lewatinya.
Beberapa saat yang lalu Revanya sempat hendak memesan ojek online, namun tidak tersedianya sinyal membuat cewek itu harus menelan kekecewaan.
Revanya berhenti kala merasakan kakinya bersentuhan langsung dengan aspal, lalu menatap flatshoes yang ia pakai, alasnya lepas, dengan terpaksa cewek itu meninggalkan flatshoes hitam miliknya lalu kembali berlari secepat mungkin, tak peduli orang-orang akan menganggapnya gila atau semacamnya.