Dengan tubuh yang tegap serta langkah kaki yang tegas, Alvarez yang diiringi oleh Gilang serta James di belakang nya berjalan menuju ruang rapat. Di sana sudah ada Brian serta beberapa orang penting di perusahaan tak lupa juga Erlangga dan pasukan nya yang sudah lebih dulu hadir.
" selamat pagi semuanya "
Semua mata tertuju pada Alvarez yang baru saja tiba, Brian tersenyum bangga melihat menantu nya yang terlihat sangat begitu berwibawa.
Alvarez menangkap dua pasang mata yang sangat tidak ingin dia temui di dalam hidupnya, namun takdir Tuhan berkata lain, dirinya harus kembali berhadapan dengan mereka.
" Baiklah karena Alvarez sudah datang maka rapat sudah bisa kita mulai, sekarang " Ucap Brian selaku pemimpin rapat pagi ini.
Seorang wanita cantik yang duduk di sebelah Erlangga berdiri lalu menyodorkan selembar kertas pada Alvarez dan tersenyum pada mereka semua yang ada di ruangan itu, senyum nya merekah saat melihat Alvarez yang begitu tampan, namun di balas tatapan dingin oleh laki-laki itu.
" kayak nya tu cewek caper deh sama Alvarez " bisik James
" bener banget, dari awal kita masuk gue juga udah ngerasain itu " balas Gilang
Alvarez yang peka akan hal itu, juga sangat tidak menyukai cara Luna menatap nya, ia pun membuang pandangannya dan itu juga tidak luput dari penglihatan Brian.
Rapat itu pun dimulai, Erlangga dengan percaya diri mempromosikan kinerja kerja perusahaannya dan para pekerjanya di hadapan Brian, Alvarez dan yang lainnya agar dapat bekerja sama dengan Industri Garmen yang di pimpin oleh Alvarez.
Setelah memikirkan nya dengan matang-matang dan tak menyangkut pautkan masalah pribadinya kedalam pekerjaan, Alvarez pun menerima kerjasama dengan perusahaan yang di pimpin oleh Erlangga dan Putra nya itu, dirinya pun menandatangani surat kontrak dan perjanjian antara dua belah pihak. Dan lagi-lagi Brian begitu bangga dengan keputusan Alvarez karena menantunya itu berhasil menguasai emosional nya, sedikit banyak nya Brian juga tahu masalah pribadi yang terjadi antara Alvarez, Erlangga dan Putra nya.
Dengan langkah kaki yang cepat, Alvarez meninggalkan Ruang rapat yang diiringi oleh Gilang dan James, namun tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat melihat seorang laki-laki yang sudah menunggu nya di depan pintu lift.
" Lo sama James duluan aja, gue ada urusan " bisik Alvarez, tanpa banyak bertanya lagi Gilang dan James pun lebih dulu memasuki Lift.
Alvarez memasukkan kedua tangan nya kedalam saku celananya lalu berjalan dengan santai menghampiri laki-laki itu.
" dunia ini ternyata begitu sempit, beberapa hari lalu kita bertemu di London dan sekarang kita bertemu lagi disini " ucap Laki-laki itu dengan senyum mengejek
" jangan lupa, beberapa tahun lalu kita juga pernah bertemu " Alvarez terlihat sangat tenang, laki-laki itu mengeraskan rahangnya
" hei Brother..... ternyata anda masih mengingat kejadian dahulu " laki-laki itu kembali tersenyum
" sudahlah, lupakan lah masa lalu itu.... sekarang saya sudah tidak lagi bersama wanita itu, dan anda bisa mengambil nya kembali..... " laki-laki itu menepuk pundak Alvarez sembari tersenyum
" singkirkan tangan kotor anda dari tubuh saya... " tatapan mata Alvarez begitu tajam melihat laki-laki sombong di hadapannya
" saya tidak perlu memungut kembali, apa yang sudah saya berikan pada anda, Karena saya sudah mendapatkan yang jauh lebih berharga dan berkilau dari apa yang pernah anda ambil dari saya.... dulu anda kalah, dan hari ini pun anda kalah " laki-laki itu mengepalkan kedua tangannya mendengar kata demi kata yang di tegaskan oleh Alvarez
Alvarez tersenyum kecil, lalu berlalu berjalan meninggalkan Laki-laki itu. Dari kejauhan Brian hanya diam melihat perdebatan antara kedua pemuda itu, karena dirinya yakin saat ini Alvarez tengah berusaha keras mengontrol emosi nya.
BRAKKKKK!!!!!!!!!!!
Alvarez membanting pintu ruang kerjanya, membuat beberapa staf di kantor terlonjak kaget dengan tingkah bos dingin mereka. Alvarez menyugar rambut nya dengan kasar, dirinya kembali mengingat kesakitan yang di rasakan oleh ibunya, airmata Alvarez pun menetes saat mengingat kepergian ibunya untuk selamanya.
************
" Bosen juga lama-lama dirumah kalo nggak ada kerjaan gini " Shea duduk santai di balkon kamarnya
lalu Shea beralih mengambil benda pipih yang tergeletak di atas meja lalu menghubungi nomor seseorang
Untuk kesekian kalinya, hanya terdengar suara operator dari seberang sana dan itu berhasil membuat Shea kesal.
" ni orang kemana sih, giliran di butuhin susah banget di hubungi.... " gerutu Shea lalu kembali meletakkan benda pipih itu di atas meja, hari sudah menunjukkan jam lima sore, dan Shea hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar.
Suara deru mobil terdengar dari lantai bawah, membuat Shea bangkit dari duduknya lalu berlari menuju sumber suara, senyum bahagia Shea tercetak jelas di wajah nya saat melihat suami tampan nya pulang.
" hai sayang..... " Alvarez keluar dari mobilnya dengan tersenyum tak kalah bahagia nya dari Shea, karena saat dirinya pulang sudah di sambut oleh istri mungilnya itu.
" besok kamu udah mulai masuk kuliah kan? " Alvarez memulai pembicaraan nya dengan Shea setelah makan malam mereka, dan saat ini mereka sedang duduk di ruang tv
" iya, aku udah kangen banget sama suasana kampus "
" ingat ya, kamu nggak boleh genit-genit sama cowok lain.... " Shea memutar bola matanya malas, karena ini kesekian kali nya Alvarez mengatakan itu
" iya suamiku.... " entah mengapa kata-kata suamiku membuat Alvarez sangat bahagia
" kamu juga..... awas yah kalo genit sama cewek-cewek di luaran sana!!!!!! "
" aku mana pernah genit sama mereka, yang ada mereka yang genit sama aku " Alvarez terlihat sangat santai mengatakan itu tanpa melihat raut wajah istri nya yang mulai tak bersahabat
" kalo kamu macem-macem, aku bakalan ninggalin kamu " ancam Shea, Alvarez tertawa terbahak-bahak mendengar ancaman nya
" jangan ketawa!!!! aku beneran ni!!!!!! " Alvarez langsung memeluk Shea dan menciumi pipi Shea secara bertubi-tubi.
" Alvarez!!!!!!!!!! " bentak Shea, lalu tiba-tiba Shea langsung membekap mulutnya karena mengingat sesuatu
" kamu masih berani ya..... " Alvarez tersenyum evil melihat wajah Shea yang sudah memucat
" aku keceplosan " jantung Shea berdetak dengan cepat saat Alvarez menatap nya dengan penuh ambigu
aaakkkkhhhhhhh!!!!!!
Shea terlonjak kaget, tiba-tiba Alvarez sudah menggendong tubuhnya ala Bridal style
" kamu mau ngapain!!! turunin aku!!!!! " Shea berusaha sekuat tenaga memberontak tapi tidak berhasil
" aku mau hukum kamu " Alvarez berjalan menaiki anak tangga menuju kamar mereka
" aku mohon jangan.... please..... " Shea semakin memberontak namun tak di hiraukan oleh Alvarez.
Alvarez sudah merebahkan tubuh Shea di atas kasur, lalu mengunci kedua tangan Shea agar dirinya tak dapat memberontak lagi. Alvarez langsung melumat bibir pink favorit nya itu dengan lembut.
" dengerin aku dulu..... " Shea sudah tersengal-sengal namun tetap tak di hiraukan oleh suaminya yang mulai mesum itu.
Alvarez tak menghiraukan permintaan Shea, dirinya terus melumat bibir Shea dan kali ini penuh dengan gairah, Alvarez sudah meremas salah satu benda kenyal milik Shea dan itu berhasil membuat Shea mendesah, Alvarez tersenyum penuh kemenangan.
" jangan!!!!!!!!!!!!! " dengan cepat Shea menahan tangan Alvarez saat hendak menyelinap kepangkal paha Shea, Alvarez memasang raut wajah bingung dan menuntut jawaban dari istrinya.
" aku lagi datang bulan " ucap Shea yang menahan tawanya, Alvarez mengerutkan keningnya sebelum menjatuhkan tubuhnya ke pelukan Shea.
" Owh No... " Alvarez terlihat sangat kecewa saat tak bisa melepaskan hasrat nya, dan kali ini Shea yang tersenyum penuh kemenangan.
Alvarez menenggelamkan wajahnya pada pelukan istri nya itu, sedangkan Shea hanya tersenyum sembari mengusap lembut kepala Alvarez.
" biasanya berapa hari? "
" emmmmmm sekitar 5 sampe 7 hari "
" what????????? " Shea mengangguk dengan mantap
" shiit!!!!! jadi selama kurang lebih satu Minggu aku harus puasa???? " Shea kembali mengangguk dengan senyum jahilnya, dengan malas Alvarez beranjak dari ranjang nya
" hi where are you going? " tanya Shea
" let go of desire " jawab Alvarez tanpa menoleh, lalu masuk kedalam kamar mandi, Shea tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kesal suaminya itu.