Shea menghapus air mata Valentine yang membasahi kedua pipinya.
" sebenarnya Yesaya bukan ayah dari anak yang gue kandung, dia hanya korban dari keserakahan dan keegoisan gue.... Gue udah jebak Yesaya kedalam skenario ini " lirih Valentine
" gue fikir, Yesaya akan merubah sikapnya setelah gue bilang kalo gue hamil anaknya, tapi ternyata dugaan gue salah... Yesaya semakin benci sama gue, setiap hari yang gue terima hanya hinaan serta cacian dari Yesaya, dia sama sekali nggak pernah perduli sama gue, bahkan selama kami menikah, nggak pernah sedikitpun Yesaya perhatian sama gue, jangan kan untuk menanyakan keadaan, tersenyum sedikit aja sama gue itu nggak pernah " Valentine menghela nafas lelah di sela tangis nya
" didalam hati, hidup, fikiran, dan jiwa Yesaya hanya ada nama Lo... nggak ada sedikitpun tempat untuk gue... sehingga buat gue nekat ngelakuin hal kotor seperti ini... gue hamil anak orang lain, tapi gue malah jebak Yesaya untuk bertanggung jawab, padahal sedikit pun Yesaya nggak pernah nyentuh gue "
Shea memejamkan sejenak matanya, mendengar sebuah kebenaran dari Valentine secara langsung, Shea tidak sengaja mendengar percakapan antara Valentine dan Clara di sebuah caffe, saat itu Shea hendak menuju toilet tapi tanpa sengaja ia melihat dua wanita yang ia kenal juga berada di caffe yang sama, Shea semakin penasaran saat mendengar nama dirinya dan Yesaya disebut dan akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
" sebuah penyesalan selalu datang di akhir, tapi nggak ada kata terlambat untuk memperbaiki diri selagi kita punya kesempatan... jangan pernah sia-siakan kesempatan yang ada walaupun itu sulit untuk di lakuin " Shea sedikit memberikan kekuatan pada Valentine, pada hal jelas-jelas saat ini hatinya juga sedang rapuh bahkan sudah terasa hancur.
" cepat atau lambat Yesaya pasti tau, kalo anak Lo kandung itu bukan anaknya... selagi Lo punya kesempatan, Lo harus jujur walaupun itu sangat menyakitkan "
" gue takut Yesaya ninggalin gue.... gue nggak bisa hidup tanpa Yesaya... " tangis Valentine kembali pecah
" gue akan bantu Lo, sebisa mungkin... tapi Lo juga harus siap menerima semua konsekuensi yang akan Lo dapet... hidup dalam kejujuran itu lebih menenangkan dibandingkan hidup dalam sebuah kebohongan " tutur Shea, Valentine menatap lekat wajah Shea, dirinya juga bisa melihat sebuah kesedihan di sorot mata Shea namun ia tidak berani untuk bertanya pada wanita itu
" She, hari ini gue ada jadwal kontrol di rumah sakit, apa Lo mau nemenin gue? " tanya Valentine dengan sedikit ragu, Shea tersenyum lalu mengangguk.
*******
" gue masih ngerasa ini kayak mimpi " Janet hanya mengaduk-aduk makanan nya, tubuhnya masih terasa lemas setelah melihat keadaan Alvarez yang memprihatinkan.
" awalnya gue juga nggak percaya, tapi inilah kebenaran nya " sahut Gilang
Baru saja akan membalas ucapan Gilang, Janet melihat dua orang wanita yang begitu familiar berjalan di koridor.
" itu kan- " Gilang mengikuti arah tunjuk Janet
" Lah..... kok mereka? " Gilang juga tak kalah terkejut
" mereka ngapain datang kesini.... dan kayaknya mereka juga akrab " ucap Janet.
" apa Lo sepemikiran sama gue? " Janet sedikit berfikir sebelum ia beranjak dari duduknya.
*******
Shea dan Valentine sudah masuk kedalam salah satu ruangan dokter kandungan, dan saat ini Valentine sedang melakukan USG untuk melihat perkembangan janin yang ada di dalam rahimnya.
Dua wanita itu sama-sama tersenyum saat melihat pergerakan bayi itu melalui layar monitor, binar kebahagiaan begitu nampak di wajah Valentine.
" sehat terus ya anak mama.... mama yakin kamu pasti kuat, sebentar lagi kita akan bertemu sayang " batin Valentine dengan terus melihat pergerakan calon anak nya di monitor.
" jenis kelamin bayi anda, perempuan Nyonya " ucap dokter kandungan yang memeriksa Valentine saat ini, baik Valentine, Shea pun juga ikut tersenyum.
" semoga anak gue, tumbuh menjadi anak yang baik dan memiliki kasih sayang yang berlimpah " ujar Valentine, sekarang dirinya dan Shea sudah keluar dari ruangan obgyin
" aamiin.... nggak akan ada seorang ibu yang mau anak nya tumbuh dengan kekurangan kasih sayang " balas Shea,
" oh ya Shea, gimana hubungan Lo sama Alvarez, gue denger katanya dia ngelamar Lo ya? " Tubuh Shea menegang saat Valentine menanyakan tentang hubungan nya.
" gue nggak nyangka ternyata Lo bisa mencairkan tu es batu " gurau Valentine, Shea hanya tersenyum getir
" gue masih inget banget, waktu Clara pertama kali ketemu sama tu cowok " Valentine terkekeh saat mengingat semua usaha yang dilakukan oleh sepupunya itu untuk mengambil hati Alvarez
" tapi sayangnya, waktu Alvarez udah mau menerima Clara, dia malah ninggalin Alvarez seminggu sebelum pertunangan dan menyebabkan mamanya Alvarez meninggal "
" kalo boleh tau, kenapa Clara ninggalin Alvarez? "
" Clara lebih memilih cowok lain, tapi pada akhirnya Clara juga diselingkuhi sama cowok itu " Valentine tersenyum masam kala kembali mengingat kebodohan Clara.
" Shea..... sekali lagi gue minta maaf ya sama Lo atas semua perilaku buruk gue dulu " dengan erat Valentine menggenggam tangan Shea.
" udahlah, kita lupain masalah yang udah terjadi... " Shea tersenyum manis.
Pandangan Shea kini tertuju pada seorang laki-laki dengan sneli yang masih membalut tubuh tegap nya serta tak lupa juga stetoskop yang laki-laki itu pegang.
" Shea, Lo liat apa? " tanya Valentine yang ikut menoleh kesana kemari mencari objek yang menarik perhatian Shea saat ini
" Val, Lo bisa pulang sendiri kan? " bukannya menjawab Shea justru memberinya pertanyaan
" iya gue mau langsung pulang, soalnya Oma Mariam pasti udah nungguin gue " jawabnya
" Lo nggak apa-apa kan pulang sendirian? "
" iya nggak apa-apa, gue udah biasa pulang sendiri kok, meskipun dengan perut besar " Valentine terkekeh.
********
" bukannya, Lukas dinas nya di Bandung ya... kok dia ada disini... " batin Shea yang saat ini mengikuti langkah Lukas dengan diam-diam
Karena setelah mengantar kan Valentine ke parkiran, Shea kembali masuk kedalam gedung rumah sakit dan untung saja saat dirinya baru akan masuk kedalam lift Shea kembali melihat Lukas tapi kali ini dia tidak sendiri melainkan bersama James
" dan James juga ada disini bukannya seharusnya ni bule ada di kantor " gumam Shea.
" gimana? apa udah ada pendonor jantung yang tepat untuk Alvarez? " tanya James
Lukas menghela nafas berat sebelum ia menjawab " belum "
Bola mata Shea membulat saat mendengar nama Alvarez di sebut
" apa? donor jantung? untuk Alvarez? " batin Shea, dirinya masih mengikuti langkah kaki kedua laki-laki itu
" meskipun ada yang cocok, tapi resiko nya tinggi karena bisa saja tubuh pasien menolak " tambah lukas.
Belum hilang keterkejutan Shea, ia kembali dikejutkan dengan dua orang laki-laki paruh baya yang sangat dirinya kenal juga yaitu Brian dan Haidar yang saat ini masih duduk depan ruang ICU.
Shea tidak menyadari bahwa, sudah mengikuti dua orang itu sampai ketempat yang akan semakin membuat nya lebih terkejut lagi.
" Papi..... Gilang..... Janet..... mereka " seketika Shea merasa kepalanya sakit
" jadi bagaimana Lukas? " tanya Brian
" kita harus segera melakukan transplatasi jantung Om, karena kalau tidak - " Lukas menggantung perkataannya saat melihat seorang wanita dengan tatapan mata yang sudah merah dan air matanya yang sudah membasahi kedua pipinya
" Shea...." gumam Lukas, Brian langsung berdiri dari duduknya saat melihat putri kesayangannya sudah mematung
Tak lama kemudian, Gilang dan Janet pun datang dengan raut wajah yang sudah memucat saat melihat Shea.
" apa yang sudah kalian semua sembunyikan dari aku? " tanya Shea, pandangan tertuju pada Lukas dan beberapa orang di sekitarnya.
" Shea.... biar Papi jelaskan ya nak " bujuk Brian sambil menghampiri putrinya
" kenapa Papi lakuin ini ke aku Pi? " tanya Shea dengan menatap sang ayah begitu tajam
" kenapa kalian semua lakuin ini ke aku? " Shea beralih menatap teman-temannya
" Shea Papi- "
" cukup Pi... ini kali keduanya Papi menyembunyikan rahasia yang menyangkut perasaan aku!!!! pertama Yesaya sekarang Alvarez!!!!! apa Papi fikir aku nggak tau, kalo papi merahasiakan kepulangan Yesaya dan hubungan nya dengan wanita lain..... dan sekarang Papi juga menyembunyikan tentang kebenaran yang menyangkut Alvarez!!!! " nada bicara Shea sudah tak lagi sama, dan ini pertama kalinya ia bicara dengan sedikit keras pada Brian
" Shea.... gue udah coba mau ngasih tau Lo, tapi Lo sendiri sama sekali nggak ngasih gue kesempatan buat ngomong... dan hari ini pun Janet juga baru tahu " ujar Gilang
" Shea..... ini semua bukan salah mereka nak... karena Alvarez sendiri yang meminta mereka untuk merahasiakan ini semua dari kamu " kali ini Haidar yang mengeluarkan suara nya dengan begitu lembut.
Saat ini Shea sudah memandang Alvarez yang terbaring lemah di atas ranjang ICU dari balik kaca, tatapannya lurus pada sosok laki-laki yang sudah memporak porandakan benteng pertahanan nya. Brian mengelus lembut pundak Shea memberikan nya sedikit ketenangan dari rasa keterkejutan nya.
" Alvarez sekarang dalam keadaan koma nak " ucap Brian yang duduk berdiri disamping Shea " maaf jika Papi ikut menyembunyikan semua nya dari kamu " Shea tak bergeming yang ia rasakan saat ini adalah marah, kecewa, hancur, sedih bercampur menjadi satu.
" kamu hanya kehilangan cinta, tapi Alvarez... dia akan kehilangan dunia nya, dan itu kamu " ujar Brian lagi, tanpa aba-aba lagi Shea langsung memeluk tubuh sang ayah dengan erat menumpahkan segala tangisnya.
" aku minta maaf udah ngomong dengan nada tinggi sama Papi " gumam Shea
" No honey.... kamu hanya menumpahkan kekecewaan kamu sama Papi " balas Brian
Sepulangnya dari rumah sakit, Shea mengurung dirinya dikamar dan itu kembali membuat Shalu khawatir. Brian sudah menceritakan semuanya pada Shalu, dan itu juga membuat dirinya terkejut.
" Shea... mommy boleh masuk? " tanya Shalu yang sedikit berteriak dari balik pintu kamar Shea
Sedangkan pemilik kamar tak menjawab, Shea hanya berdiam diri memandangi bunga mawar putih segar yang tersusun rapi dalam vas kaca di atas nakas, sekelibat bayangan Alvarez berlalu lalang di dalam otaknya.
" mas.... Shea masih belum mau membuka pintu kamarnya " ucap Shalu setelah menghampiri dirinya
" Shea butuh waktu untuk sendiri, setelah apa yang sudah dilihat hari ini " balas Brian, ia merangkul istrinya dengan penuh kasih sayang.