Alvarez terus mengiringi langkah kaki Shea yang cepat dari belakang dengan santai, sesekali ia tersenyum samar kala mendengar Shea mengutuk dirinya.
" ngapain juga gue harus cemburu sama cowok muka tembok kayak dia " gerutu Shea, ia sedikit melirik pada orang-orang sekitar nya yang menatap nya
" ngapain sih pada ngeliatin gue, emang gue artis " gumam Shea
" mau sampe kapan ngambek? " ucap Alvarez yang sudah berada di sampingnya
" siapa juga yang ngambek " balas Shea
Tanpa meminta izin, Alvarez menarik lengan kanan Shea dan membawa nya ke kedai ice cream di dekat parkiran.
" bang ice cream nya dua, satu vanilla dan satu nya coklat " pinta Alvarez, kemudian ia menghampiri Shea yang sudah duduk di bangku pengunjung yang sudah di sediakan
" Syuuuttt " goda Alvarez
" apa!!!! " balas Shea dengan ketus, namun Alvarez mengedipkan sebelah matanya lalu tersenyum jahil pada Shea
Mata Shea terbelalak, saat mendapatkan kedipan mata dari laki-laki tampan di hadapannya,
" ini mas ice cream nya " ucap sang penjual sambil mengulurkan dua buah ice cream pada Alvarez
" makasih ya bang.... " balas Alvarez sambil menerima dua ice cream di tangan nya
" pacar nya kenapa mas? " tanya sang penjual,
Shea ternganga saat mendengar pertanyaan itu, jantung nya sudah berdebar kencang kenapa pedagang itu bisa menduga kalau mereka berpacaran, Alvarez hanya melirik sedikit kearah Shea sebelum ia menjawab
" biasa bang, kalo lagi cemburu pasti mukanya kejang kayak gini " jawab Alvarez dengan wajah datar, ia tidak memperdulikan Shea yang sudah berpangku tangan menatap nya dengan horor
" yah resiko punya pacar ganteng mbak... " goda sang penjual ice cream, kemudian berlalu pergi
" ha-ha-ha " Alvarez sudah tak dapat menahan tawanya lagi,
" nggak lucu!!!!! " ucap Shea dengan sedikit berteriak, Alvarez langsung mengatupkan bibirnya dan kembali menahan tawanya
Dengan cepat, Shea mengambil ice cream rasa vanilla di tangan Alvarez, wajah nya sudah merah padam karena malu, sedangkan Alvarez hanya tersenyum samar
Shea menikmati ice cream dengan nikmat, ia tak mempedulikan Alvarez yang menatap nya dengan intens.
" Lo makan ice cream kok kayak anak kecil sih... "
" kenapa? "
" tuh..... ada yang nempel di hidung Lo "
Alvarez membersihkan sisa ice cream di hidung mancung Shea dengan ibu jarinya, Shea tak bergeming saat mendapatkan perhatian sesederhana ini dari seorang Alvarez, dan itu membuat hati nya terasa sejuk.
" wah wah wah..... kayaknya kita datang di waktu yang nggak pas yah Sayang "
Shea terperanjat saat melihat dua makhluk yang sangat ingin ia jauhi, berbeda dengan Alvarez ia terlihat biasa saja bahkan bersikap acuh tak acuh.
" kok kalian bisa ada disini? " tanya Shea dengan sedikit gugup, ia bisa melihat api cemburu di mata laki-laki yang pernah memiliki tempat di hatinya
" ini kan tempat umum, jadi siapa aja bisa datang kesini... lagian gue sama Yesaya ini sepasang kekasih dan ini malam Minggu, kami akan menghabiskan malam bersama " jawab Valentine sambil menggandeng lengan Yesaya dengan mesra
" oh iya.... makasih ya atas kiriman karangan bunga nya.... awalnya gue mau pesen bunga itu juga, tapi sepertinya Yesaya lebih suka banget sama bunga matahari yang Lo kirim, dan itu akan gue pajang di atas panggung pertunangan kita nanti sebagai saksi " ucap Valentine lagi dengan sedikit sinis
Shea tak ingin meladeni setiap ucapan valentine, ia lebih memilih untuk diam sampai wanita itu lelah sendiri untuk bicara
" oh iya Rez, Clara titip salam buat Lo " kali ini Valentine berkata dengan manis pada Alvarez
Alvarez hanya mengangguk dengan raut wajah dingin nya.
" Rez... pulang yuk, gue udah capek " ajak Shea, Alvarez hanya mengangguk
Shea sedikit melirik kearah Yesaya sebelum berlalu pergi, namun laki-laki itu lebih memilih membuang muka dan bersikap acuh tak acuh padanya.
*****
kau tau, hal yang paling sulit aku lakukan saat ini adalah berpura-pura kalau aku baik-baik saja~
{ Yesaya Wijaya Almalik }
Yesaya dan Valentine masih berada di taman kota, sebenarnya ia tak ingin pergi bersama Valentine tapi karena paksaan dari Mariam akhirnya dengan terpaksa ia menuruti
" sayang... kok kamu diem aja sih " tanya Valentine dengan bergelayut manja pada Yesaya
" nggak apa-apa " jawabnya singkat
" aku pengen ice cream " raut wajah Valentine sedikit memeles dan dengan terpaksa Yesaya berjalan menuju kedai ice cream membeli yang diminta oleh Valentine.
Selagi Yesaya pergi, Valentine mengambil ponselnya di dalam tasnya lalu menghubungi seseorang.
" gue ketemu Alvarez sama Shea ditaman "
" serius Lo ? "
" kita susun rencana "
" rencana apa, Lo jangan gegabah "
" Lo nggak punya cara lain, selain ngikutin rencana gue "
" jangan gegabah Val!!!!!! "
" gue bakalan buat dia hancur, sampe dia nggak berani lagi muncul di hadapan Yesaya atau pun Alvarez "
" Lo jangan gila!!!!! "
Valentine langsung mengakhiri panggilannya tanpa menunggu jawaban dari lawan bicaranya, aura kebencian menyelimuti wajah cantiknya.
Tak lama kemudian, Yesaya pun muncul dengan membawa satu buah ice cream di tangan nya lalu memberikan nya pada Valentine tanpa mengeluarkan satu katapun, ia memandang wajah Valentine dengan penuh tanya
" telfonan sama siapa? " raut wajah Yesaya di penuhi kecurigaan
" sama mama " Valentine tersenyum Canggung
Yesaya mengangkat satu alisnya, ia merasa ada yang di sembunyikan oleh Valentine di belakangnya.
Tak lama kemudian, ponsel Yesaya berdering, Yesaya tak bergeming saat melihat nama di layar ponselnya
" aku angkat telfon dulu " ucap Yesaya sembari sedikit menjauh dari Valentine
Merasa dirinya sudah di tempat yang aman, Yesaya menggeser tombol hijau di ponselnya
" hallo "
#####
" dimana? "
#####
" ok "
Yesaya kembali menghampiri Valentine setelah memutuskan panggilannya dengan seseorang
" kita pulang sekarang, aku mau ketemu sama klien " ajak Yesaya
" what?? Ini malam Minggu Yesa..... " Valentine sedikit tak terima
" nggak ada hubungan nya sama malam minggu kalo menyangkut pekerjaan "
" tapi aku masih mau disini "
" ok kalo kamu masih mau disini, aku pulang duluan dan kamu pulang bisa naik taxi "
Yesaya tak mempedulikan raut wajah Valentine yang sudah terlihat sangat kesal, dan dengan terpaksa Valentine mengiringi langkah kaki Yesaya dengan cepat.
*****
Malam semakin larut, namun mata Shea masih enggan terpejam ia masih teringat saat pertemuan nya dengan Yesaya di taman.
Nama Yesaya masih bergema di telinga nya, sebisa mungkin ia tak ingin larut dalam kenangan nya bersama Yesaya.
Shea beranjak dari kasurnya lalu berjalan menuju lemari pakaiannya, sebuah kotak berukuran kecil ia ambil dari dalam lemari.
Samar-samar ia tersenyum melihat isi dari kotak itu, lalu ia mengambil ponselnya dari atas nakas mencari nomor seseorang untuk ia hubungi
" aku mau ketemu sama kamu "
####
" caffetaria "
####
Setelah mendapat jawaban, Shea langsung mengakhiri panggilannya. Ia kembali mengenakan sepatu snakers nya lalu mengambil Sling bag nya tak lupa juga kotak kecil yang berada di tangan nya.
Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun jalanan ibukota masih tetap ramai. Shea sudah menunggu seseorang di tempat yang sudah ia janjikan.
Tak lama kemudian, pintu utama caffe terbuka seorang laki-laki yang Shea tunggu akhirnya datang juga, dan kini mereka sudah duduk di salah satu kursi di rooftop caffetaria, hampir setengah jam diantara mereka berdua tak ada yang mengeluarkan suara, mereka masih sibuk dengan fikiran mereka masing-masing.
Yesaya sedikit melirik kearah Shea yang masih tertunduk di hadapan nya, jujur ia sangat ingin memeluk gadis yang masih sangat ia cintai itu.
" apa kita akan terus-menerus diam seperti ini... " suara lembut itu menyadarkan Shea dari lamunannya
Dengan ragu-ragu shea menatap wajah tampan laki-laki yang kini berada di hadapannya, tanpa bicara Shea mengulurkan kotak kecil yang sedari tadi ia peluk erat
" ini apa? " tanya Yesaya dengan bingung, perlahan Yesaya membukanya.
" itu adalah kenangan yang ingin aku kembali kan " lirih Shea
" maksud kamu apa? kamu mau balikin semua ini ke aku? "bentak Yesaya, lalu menghempaskan kotak yang berisikan kalung berbentuk bunga matahari, gelang beserta jepit yang pernah ia berikan untuk Shea dahulu, dan Shea hanya tersenyum kecut.
" aku ingin mengakhiri hubungan kita secara baik-baik Yes, tanpa ada dendam dan permusuhan diantara kita... aku ingin kita memulai nya lagi dari awal sebagai teman " mata Shea sudah berkaca-kaca
" mungkin, aku dan kamu memang nggak ditakdirkan untuk bersama sebagai sepasang kekasih, melainkan sebagai teman... aku harap kamu mau menerima semua ini "
" apa ini semua karena Alvarez??? " tatapan mata Yesaya sudah tak lagi ramah
" ini sama sekali nggak ada hubungan nya sama Alvarez... ini tentang kita, tentang aku dan kamu bukan dia atau pun mereka "
" jawab pertanyaan aku, apa kamu udah nggak cinta lagi sama aku? " tanya Yesaya dengan penuh penekanan
Shea menatap wajah Yesaya dengan lekat, air matanya bahkan sudah mengalir membasahi pipinya dan itu berhasil membuat Yesaya melemah, ia menghampiri Shea yang duduk berseberangan dengan dirinya
" please don't cry " Yesaya mengusap air mata Shea dengan ibujari nya
" She... aku sangat mencintai kamu, pertunangan ini bukan kehendak aku... di kisah ini aku dan kamu lah yang menjadi korban " ucap Yesaya sambil memeluk nya
" bahkan, jika kamu mau aku akan tinggalin pertunangan ini dan melawan semuanya demi kamu " ucap Yesaya lagi, setelah ia mengecup puncak kepala Shea
" please kasih aku satu kali lagi kesempatan "
Dibalik pintu kaca, ada seorang pria yang sedang memperhatikan Shea dan Yesaya, ia mengepalkan kedua tangannya menahan cemburu yang menjalar di dalam nadinya, Ia mengambil ponselnya di dalam saku celananya lalu menghubungi seseorang
" hallo pa, aku siap berangkat ke Singapura besok " setelah mengakhiri panggilan, ia pun pergi.
******
Pagi tiba, matahari sudah menyinari kamar Shea melalui celah-celah kecil yang berada di kamar Shea. Ia menyambut hari libur nya dengan bersenandung ria.
Shea merasa, tak ada lagi beban hati yang ia rasakan, Shea sudah mengenakan pakaian santai nya lalu berjalan keluar kamar untuk sarapan bersama keluarga nya
" selamat pagi semuanya " sapa Shea dengan ceria pada seluruh penghuni rumah
" hallo baby twins " Shea mengecup pipi gembul adik kembarnya di pangkuan bik Yasmin dan Ajeng.
" wah.... non Shea mukanya berseri-seri banget kayak orang lagi jatuh cinta " goda bik Ani yang sedang menyiapkan sarapan
" ah bibik bisa aja..... " balas Shea setelah meneguk segelas s**u nya sampai habis
Tak lama kemudian, Brian pun muncul dan sudah berpakaian rapih begitu pun dengan Shalu
" Loh, Papi mau kemana, rapih banget kan ini hari Minggu, mommy juga " tanya Shea dengan bingung
" papi hari ini mau berangkat ke Singapura bersama Alvarez karena ada projects di sana dan mommy mau mengantar papi ke bandara " jawab Brian dan kini duduk di kursi makan
" emang kamu nggak tau sayang, kalo Alvarez hari ini mau berangkat ke Singapura " sambung Shalu yang juga baru muncul, Brian sedikit melirik wajah putri kesayangannya
" ke Singapura? " Shea terkejut, karena semalam saat mereka bersama, Alvarez tidak mengatakan apapun
" bukannya semalam kalian jalan bareng, mommy fikir dia udah bilang sama kamu "
Shea tak bergeming, entah ada apa lagi pada hati nya, Brian dapat melihat kekecewaan dari sorot mata putri sulung nya.
" jadi papi nggak hadir nanti malam? " tanya Shea
" nggak sayang, papi sudah meminta asisten pribadi papi untuk menghadiri acara itu mangkanya papi langsung minta mommy kamu mengirim bucket bunga kesana " Brian menatap wajah Putri nya dengan lekat