***** Alvarez POV
Aku pernah memiliki kekasih, tapi tepatnya dia bukan dari pilihan ku sendiri melainkan pilihan dari mamaku dia juga dari Indonesia, jujur dia memang cantik laki-laki manapun pasti akan jatuh cinta padanya tapi entah ada apa dengan hatiku, aku sama sekali tidak tertarik meskipun dia sudah berulang kali merayu serta menunjukkan kasih sayang serta cinta nya untuk ku tapi itu tetap tidak mempu membuka pintu hatiku. Setiap kali dia mengajak ku bertemu bahkan hanya sekedar makan bersama aku selalu mencari alasan untuk menghindari nya, sampai suatu hari wanita itu memutuskan hubungan kami secara sepihak padahal satu Minggu lagi adalah hari pertunangan kami. Tapi lebih baik begitu dari pada kami harus saling menyakiti lebih lama lagi, sampai akhirnya aku tahu bahwa sebenarnya dia sudah memiliki kekasih jauh sebelum ia mengakhiri hubungan kami.
Fikiran ku jauh bertolak belakang, Aku justru selalu terbayang akan wajah sendu gadis mungil di sekolah dasarku dulu, dia adalah anak dari sahabat papaku sekaligus rekan bisnisnya. Aku sudah sering bertemu dengannya karena kami di besarkan dan di sekolah kan di tempat yang sama, hanya saja kami memang tidak terlalu Dekat karena usiaku terpaut 5 tahun di atasnya, gadis kecil yang aku kenal ini sangat pendiam bahkan di setiap acara dia lebih memilih untuk sendiri dibandingkan berinteraksi dengan anak-anak sebayanya atau mungkin memang karena budaya yang berbeda.
Aku selalu memperhatikan nya dari kejauhan, ada kesedihan yang mendalam di sorot matanya, aku selalu memergoki nya bermain biola di taman tapi saat ia melihat kehadiran ku, dia langsung menghentikan nya lalu dengan cepat berlalu pergi. Sampai keesokan harinya aku tidak melihatnya lagi, dan yang aku dengar dari teman-temannya bahwa dia sudah pindah sekolah, jika aku tau kemarin adalah hari terakhir kami bertemu maka aku akan langsung mengajak nya berkenalan dan menjadikan dirinya temanku, saat dia pergi aku seperti kehilangan sebelah sayap ku untuk terbang mencari cinta sejati, dan itu jauh lebih sakit dibandingkan saat aku mengetahui bahwa wanita yang di jodohkan dengan ku ternyata berkhianat.
Karena pertunangan itu di batalkan, mamaku mengalami serangan jantung karena terkejut saat mendengar wanita yang di jodohkan dengan ku berkhianat dan mengakibatkan mamaku meninggal dunia. Akhirnya Papa ku memutuskan untuk mengajak ku pulang kembali Indonesia, dan aku melanjutkan S2 ku di sana.
Sekali lagi perjalanan hidupku berubah, aku meninggalkan negara tempat aku di besarkan meninggalkan semua kenangan ku disana, dan meninggalkan semua tentang gadis mungil ku disana, entah cerita seperti apa lagi yang akan aku temui,
Sore itu, setibanya kami di Indonesia papa langsung mengajakku ke kompleks perumahan elit di ibukota, karena orang yang pertama yang akan dia temui adalah sahabat nya yang sudah lebih dulu kembali, kami di sambut dengan hangat oleh keluarga sahabat papa terlihat sekali kalau keluarga ini di penuhi dengan kebahagiaan, selagi menunggu sahabat papa aku mengelilingi setiap sudut rumah sampai mataku melihat bingkai foto seorang wanita cantik yang terpajang di atas nakas.
Aku mendekati bingkai foto itu, hanya untuk meyakinkan perasaan dan hatiku bahwa itu adalah benar-benar gadis mungil ku yang menghilang, dan aku kembali di kagetkan lagi saat aku mendengar suara merdu di halaman belakang
" mommy..... " mata ku terbelalak, saat melihat gadis mungil ku kini sudah tumbuh menjadi remaja yang kini sedang berpelukan dengan ibu sambung nya.
Untuk pertama kalinya kami berkenalan secara langsung dia adalah Shea, gadis mungil cantik yang selalu menyendiri dan pendiam tapi sepertinya dia tidak mengingat ku lagi seperti aku yang selalu mengingat nya, tapi ada yang berbeda dulu dia sangat pendiam tapi sekarang sungguh di luar dugaan ku
" ngapain Lo ngeliat gue kayak gitu " ucapan nya begitu ketus, tapi itu membuat ku gemas
" kenapa? nggak boleh " tanyaku dengan senyum mengejek
" Lo sama bokap Lo emang beneran mau cari perumahan disini? " aku merasa bahwa dia tidak menyukai sikapku, tapi justru melihat nya kesal itu sangat menyenangkan bagiku
" kenapa? " aku membuat wajahku sedatar mungkin
" cuma nanya aja " ia semakin jengkel melihat ku,
Ada perasaan yang tak dapat ku artikan saat aku kembali bertemu dengannya, aku melihat ada luka dan kekecewaan di sorot matanya hingga aku menemukan jawaban bahwa ada laki-laki yang sudah memiliki hatinya, setelah makan malam aku melihat dia duduk sendiri di halaman
" mau ngapain Lo " ia bertanya pada ku seakan-akan ingin menelan ku
" jutek amat " balasku tanpa menatap nya
" bodo " jawabnya yang semakin ketus dan memandang lurus kedepan,
" Lo kenapa pilih homeschooling? " aku bertanya hanya untuk mencair kan suasana padahal aku sudah tau jawabannya
" bukan urusan Lo " jawabnya dan aku hanya menyunggingkan kan sudut bibirku
" terus, Lo udah tau kampus mana yang akan Lo pilih? " aku bertanya tanpa merasa canggung padahal dia sudah jutek abis padaku
" belom " jawabnya singkat, dan kami kembali tenggelam pada fikiran kami masingmasing
*****
Pagi ini aku sudah melihat mobil Shea terpakir di halaman kampus, aku menyusuri koridor kelas berharap dapat melihat senyum nya walaupun hanya dari jauh, tapi bukan Shea yang aku temui malah Aleena dan para pengikutnya yang sudah berlagak seperti Miss universe, aku merasa jijik melihat makeup tebal di wajah ketiganya dan jujur aku akui Aleena memang cantik tapi sikap dan perilaku nya tidak secantik wajah nya.
" Alvarez... " aku mendengar bahwa Aleena memanggil ku lalu berjalan dengan santai seakan dia berjalan di atas pentas
" Alvarez... gue minta maaf ya soal yang kemaren... "
" Lo minta maaf sama orang yang salah " Jawab ku dengan ketus lalu cepat pergi, karena aku malas melayani wanita penuh drama seperti Aleena, dan aku tahu bahwa Aleena sedang kesal dengan sikap ku padanya.
Sayup-sayup aku mendengar suara alunan gesekan biola, entah kenapa aku mengiringi kemana arah alunan musik itu sampai akhirnya kaki ku terhenti di depan ruang aula kampus, sosok Shea sedang berdiri memainkan biola di pundaknya dengan anggun, setelah alunan itu terhenti aku melihat Shea berjongkok di sudut ruangan ia memeluk kedua kakinya menenggelamkan wajahnya samar-samar aku mendengar Isak tangis, dan itu membuat hatiku seakan terhenti.
" gue fikir ada anak Kunti disini " ucapku yang membuat Shea terlonjak kaget, dengan cepat Shea menghapus airmatanya agar tidak terlihat oleh ku
" Lo ngapain disini? " Shea sangat kesal saat melihat ku
" eh ini ruangan umum, siapa aja bisa datang ke sini " Jawab ku dengan tak kalah ketus nya
" Lo nangis? " tanya ku yang spontan langsung membuat nya gelagapan
" enggak... siapa bilang gue nangis, udah pergi sana... " Shea semakin kesal dan aku menyukai nya, itu terlihat lebih baik di bandingkan dia menangis
" ya udah gue pergi, tapi gue cuma mau ngingetin Lo kalo ruangan ini angker... nggak lucu kan tiba-tiba Lo disini ngeliat yang serem!!! " aku menakuti nya dengan lelucon itu
" Lo mau nakutin gue " Shea sudah berlagak seperti orang yang tak kenal takut
" ya.... terserah Lo mau percaya apa nggak, yang jelas gue sebagai orang yang baik udah ngingetin Lo " ucapku dengan santai, baru dua langkah aku keluar dari pintu tiba-tiba tangan lembut itu menarik lengan ku.
Sekali lagi aku melihat wajah Shea dengan jarak sedekat ini, wajah sendu yang selalu aku rindukan, dengan binar matanya yang indah tapi aku tidak ingin menyimpulkan rasa ini dengan cepat, Karena aku tau masih ada seseorang di mata dan dihatinya.
" betah banget ya pegang tangan gue? " Aku menghancurkan lamunan Shea yang menatap ku dengan begitu intens
" ma-maaf..... " wajah Shea sudah memerah karena malu, dan itu juga membuat ku semakin gemas.
Shea dengan cepat berjalan menjauhiku, aku tau dia malu karena ketahuan menatap ku dengan perasaan yang berbeda, setelah dia menghilang dari pandangan ku, aku kembali masuk keruang aula mendekati biola yang baru saja di mainkan oleh Shea, dia adalah gadis berwajah sendu yang berhasil menarik hatiku.