Saat pulang sekolah, Shea memberanikan diri untuk pergi kerumah sakit memeriksakan keadaan nya dan sekarang ia sedang menunggu di ruang tunggu pasien.
" Nona Shea Alexander " seorang suster memanggil namanya untuk segera masuk menemui Dokter.
Shea sudah berada di dalam ruangan dokter yang bernama Dokter Surya, itu yang Shea lihat dari name tag yang terpasang di Sneli kebanggaan sebagai seorang dokter, setelah melakukan sedikit pemeriksaan Dokter Surya menyarankan agar Shea melakukan tes darah agar hasil pemeriksaan nya lebih jelas
" kenapa harus tes darah dok? kayaknya saya cuma demam biasa deh " ucap Shea dengan sedikit ragu, sedangkan dokter Surya hanya tersenyum
" hanya untuk memastikan, karena saya tidak ingin melakukan kesalahan " balas Surya, Shea masih diam terpaku
" dan saya juga ingin bertemu dengan orang tua kamu, ada yang ingin saya tanyakan " ucapnya lagi
" kenapa harus bertemu dengan orang tua saya, kan dokter bisa nanya langsung sama saya, lagian yang sakit kan saya bukan orang tua saya " balas Shea
" tapi saya juga harus menanyakan ini pada orang tua kamu " ucap Surya yang tak ingin di bantah " dan dokter yang akan menangani kamu itu akan saya serahkan pada Dokter Abimana spesialis Onkologi " sambung nya
" onkologi? bukan nya itu dokter kanker ya " batin Shea
" dimana saya bisa menemui Dokter Abimana, biar saya langsung menemui nya " ucap Shea
" suster akan mengantarkan kamu keruangan nya " jawab Dokter Surya
Shea berjalan di koridor rumah sakit bersama seorang suster yang juga di ketahui namanya itu Manda
" suster udah lama kerja disini? " tanya Shea dengan sopan
" iya... " jawabnya singkat namun tersenyum ramah pada Shea
Mereka sudah tiba di depan pintu ruangan Dokter Abimana, Shea melihat suster Manda merapikan seragamnya sebelum mengetuk pintu, dan terdengar dari dalam sudah mempersilahkan untuk masuk, suster Manda langsung membuka pintu dan masuk diiringi oleh Shea yang berada di belakangnya.
Seorang dokter mudah sedang duduk di kursi kebanggaan nya matanya tertuju pada laptop wajahnya terlihat sangat tampan, rambut nya hitam pekat, berkulit putih, hidung nya pun terlihat sangat mancung, penampilan nya juga terkesan sangat berwibawa dengan Sneli yang membalut tubuh nya, dan stetoskop yang melilit leher nya.
" ini dokter nya? " batin Shea
" kayak bukan dokter "
" bahkan kayak masih muda banget "
" beda jauh sama dokter Surya, yang kayak udah seumuran sama papi "
Shea ikut menatap lekat wajah Dokter Abimana, ia nampak ragu bahwa laki-laki di hadapannya ini adalah seorang dokter spesialis Onkologi
" suster yakin ini dokter nya ? " bisik Shea
" iya Nona, ini dokter Abimana anak pemilik rumah sakit ini dia masih muda, umurnya baru 27 tahun dia single " balas suster Manda yang juga ikut berbisik
" kayaknya suster naksir dia deh " goda Shea
" suttttt semua perawat dan dokter wanita disini pada naksir sama beliau " balas suster Manda, Shea hanya menahan tawa
" maaf dokter, saya di minta dokter Surya mengantar kan pasien anda " ucap Manda dengan sedikit gugup
Dokter Abimana mengalihkan pandangannya pada suster Manda, dan berhasil membuat suster tersebut menjadi salah tingkah, Lalu beralih memandang Shea yang berada di sampingnya, sejenak dokter Abimana memperhatikan Shea dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
" terimakasih, kamu boleh keluar " ucap Abimana, suara nya terkesan dingin namun suster Manda masih memandangi wajah tampan dokter Abimana
" kamu boleh keluar " ucap Dokter Abimana lagi, yang menyadarkan suster Manda dari lamunannya, kemudian dia pun keluar.
Dokter Abimana sudah memeriksa semua data Shea yang di serahkan oleh suster Manda sebelum ia keluar,
" kita harus melakukan tes darah terlebih dahulu untuk memastikan semuanya " ucap Dokter Abimana
" iya, tadi dokter Surya juga bilang kayak gitu, tapi emang saya sakit apa ya dok....? " tanya Shea dengan ragu-ragu
" saya belum bisa menjawabnya karena, saya masih harus memastikan nya " jawab dokter Abimana
" apa keluarga kamu tau, kalau kamu sakit? "
Shea hanya menggeleng
" Kenapa? "
" karena saya fikir, saya hanya sakit biasa " Shea terlihat sangat santai dibalik wajahnya masih sangat pucat, membuat dokter Abimana terdiam karena, ucapan Shea mengingat kan ia pada seseorang.
" emang, sakit saya parah ya dok? " tanya Shea, Dokter Abimana menatap lekat kedua mata Shea sebelum menjawab
" saya ingin bertemu dengan keluarga kamu "
" percuma dok, soalnya papi saya lagi keluar negeri dan Oma Opa saya lagi di luar kota dan belum tau kapan mereka pulang " jawab Shea
" ibu kamu? " spontan pertanyaan itu membuat mata Shea menjadi panas, bahkan sudah mulai berkaca-kaca
" sudah meninggal " Shea tertunduk, tak ingin memperlihatkan wajah sedihnya
" maaf, saya nggak bermaksud "
" nggak apa-apa kok dok " Shea memaksa kan diri untuk tersenyum, dan suasana menjadi hening
" apa saya sakit parah dok? " Shea mengulangi pertanyaannya.
" nggak apa-apa dok, saya siap kok dengernya ngomgong aja " pinta Shea dengan tersenyum polos
" kamu yakin ingin mendengar nya? "
" iya saya yakin Dok " jawab Shea tanpa beban, Dokter Abimana menghela nafas panjang
" menurut diagnosa yang saya terima, kamu terkena penyakit LEUKEMIA " dengan berat hati Dokter Abimana menyampaikan nya.
Senyum yang indah dari wajah cantik Shea seketika menghilang dan entah pergi kemana senyum itu, Shea masih belum percaya dengan apa yang ia dengar saat ini
" itu baru diagnosa, untuk lebih jelas setelah melakukan tes darah kita juga akan melakukan tes pencitraan " sambung dokter Abimana, Shea kembali memaksakan diri untuk tersenyum lalu mengangguk pertanda setuju.
" besok kita akan memulai nya " Shea hanya diam saja
" lebih baik kamu ceritakan ini pada keluarga kamu secepat nya " pinta Dokter Abimana, dan lagi-lagi Shea hanya diam dan mengangguk
Shea menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan, kemudian beranjak dari kursinya
" saya permisi dok " ucap Shea sebelum keluar dari ruangan tersebut.
Dokter Abimana memandang foto seorang wanita di atas nakas.
******
Sesampainya Shea dirumahnya, ia tak menyapa satu pun penghuni di rumah nya tatapannya kosong terus melangkah kan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya, Bik Ani dan Bik Yasmin yang melihat nya pun merasa heran dengan sikap Shea yang tak biasa.
Shea membuka laptop nya, dan mencari tahu tentang penyakit Leukemia, beberapa saat kemudian setelah ia menemukan hasil dan membacanya Shea beranjak menuju kamar mandi bahkan masih dengan memakai seragam sekolah nya serta sepatu yang juga belum ia lepaskan.
Shea membasahi tubuhnya dengan air keran, berusaha menyembunyikan tangis serta rasa sakitnya sendiri, karena yang ia rasa saat ini hanyalah kesendirian, hingga malam hari Shea juga tak kunjung keluar dari kamarnya, membuat Bik Yasmin dan Bik Ani semakin hawatir, mereka sudah mencoba menghubungi Brian namun tak dapat, seperti nya Brian memang sedang menikmati honeymoon nya tanpa ada yang menggangu
" Non..... Non shea..... " panggil Bik Yasmin, namun tak ada jawaban
" aduh, non Shea kenapa ya? " tanya Bik Ani dengan cemas
" iya... dari pulang sekolah sampai malam ini nggak keluar dari kamarnya " sambung Ajeng
" memang beberapa hari ini, non Shea kayaknya lagi kurang sehat badan tapi kenapa non Shea nggak ngomong sama kita " balas bik Yasmin
" mungkin Shea kangen sama papinya, karena sejak beliau berangkat sampai hari ini belum menghubungi Shea " ucap Ajeng, membuat Bik Yasmin dan Bik Ani terdiam
Shea sudah terbaring lemah di atas kasur nya, badan nya sedikit menggigil wajah nya pun sudah sangat pucat, ia hanya mampu memeluk foto dirinya saat bersama Brian tak lupa juga foto Vee di dekatnya
" papi... aku kangen " ucap Shea dengan lirih, air matanya sudah membasahi wajahnya nya yang pucat pasi