Dengan nafas yang tersengal dan tubuh yang dipenuhi peluh, Sasha terbangun dari tidur yang semula memberikan sebuah mimpi liar yang tidak pernah terlintas sebelumnya dalam pikiran Sasha. Berhubungan seks dengan dua orang pria. Lebih tepatnya dengan Edward dan juga Leonis.
Memikirkan hal itu, membuat Sasha mengalami kilasan adegan yang berada dalam mimpinya. Di mana dua pria itu—Edward juga Leonis, berbagi atas tubuhnya dan menyetubuhinya dengan liar dan tanpa ampun. Meski semua itu hanyalah mimpi, namun memberi dampak yang terasa begitu nyata pada tubuh Sasha. Jika bukan dikarenakan tidak adanya rasa menjejak atas kejantanan pria pada kewanitaannya, dengan keadaannya saat ini, Sasha akan beranggapan bahwa semua yang ia alami adalah nyata.
Saat ini, meski sampai mati tidak akan ia akui secara lantang, Sasha sedikit banyak menyesali bahwa semua kejadian erotis tersebut hanyalah bunga tidurnya. Dikarenakan stimulasi yang dialami lewat mimpinya, membuat tubuh Sasha terasa panas dikarenakan terbakar gairah yang meletup. Bagian kewanitaannya kini berdenyut semakin hebat dan memproduksi cairan yang lebih banyak hingga Sasha merasa tidak hanya membasahi celana dalam yang ia kenakan, namun juga merambat turun pada kedua pahanya.
Tangan Sasha bergerak ke bagian bawah tubuh. Beralasan untuk memeriksa, apakah yang ia rasa benar. Namun, alih-alih mengusapkan jari pada bagian paha, tangan Sasha merasuk masuk ke dalam pakaian dalam yang ia gunakan. Mengapai bagian yang menonjol pada kewanitaannya. Saat jari Sasha menyentuh salah satu bagian tersensitif pada tubuhnya, ia merasakan sebuah sengatan yang membuat tubuhnya tersentak.
Sasha dengan segera menarik tangannya dari balik celana dalam dan melemparkan tatapan ke penjuru ruangan. Seakan takut seseorang memata-matainya dan melihat apa yang tengah ia lakukan. Sikapnya terbilang paranoid, namun setelah pengalaman yang Sasha lalui dikarenakan Edward. Tindakan yang Sasha ambil terbilang wajar. Terlebih dengan kenyataan bahwa pemilik gedung apartemen yang ia tinggali tidak lain merupakan Edward. Sasha tidak merasa aneh jika pria itu menyadap kamera keamanan yang terpasang dalam apartemennya dan mengintai segala tindak tanduk yang ia lakukan.
Seharusnya, atas pemikiran tersebut, gairah yang Sasha rasakan menyurut. Alih-alih, Sasha merasakan kewanitaannya yang ia kira tidak bisa lagi berdenyut lebih kencang, berpacu ke tahap yang lebih tinggi. Tidak hanya itu, Sasha pun merasakan celana dalam yang ia gunakan semakin lembab dan basah, membuat bahannya melekat erat di bagian tubuh yang memproduksi cairan.
Tiap denyutan yang Sasha rasa pada bagian kewanitaannya, membuat bagian sensitif itu bergesekan pada permukaan celana dalamnya. Yang seharusnya terasa lembut, mengingat terbuat dari sutra murni, namun saat ini Sasha merasa permukaan bahan begitu kasar hingga ia dapat merasakan teksturnya pada tiap gesekan dan menyiksanya.
Tanpa sadar bagian tubuh Sasha bergerak. Menggesek bagian yang mencuat dari celana dalam yang ia kenakan pada matras tempat tidur yang bertutupkan sperai. Memberikan sensasi tambahan pada bagian tersensitifnya.
Gerakan Sasha semakin liar, saat ia merasa rangsangan yang diberikan baik oleh celana dalam atau gesekan pada permukaan tempat tidur tidaklah cukup, tanpa ragu Sasha membiarkan tangannya menyelusup kembali ke dalam pakaian dalamnya untuk mengambil alih. Tindakan yang semula Sasha hentikan dikarenakan takut akan kemungkinan Edward memata-matainya, ia lakukan.
Sasha tidaklah lagi peduli jika memang Edward kini melihatnya melalui layar monitor yang mengintai bagian dalam apartemennya. Malah, Sasha menyalahkan Edward secara penuh atas tindakkan yang tidak terduga yang saat ini. Suatu hal yang jika pada normalnya tidak mungkin Sasha lakukan.
Iya, semua salah Edward, pikir Sasha.
Semua tingkah ganjil yang terjadi saat ini, dimulai dari mimpi liar di mana ia disetubuhi oleh dua orang pria atau pun dirinya yang saat ini tanpa henti memberikan rangsangan pada bagian sensitifnya demi mencapai sebuah kepuasaan. Semua itu disebabkan oleh Edward, yang sejak makan malam yang pria itu rancang sebagai penyiksaan padanya, tidaklah lagi melakukan suatu hal amoral.
Bahkan Edward tidak lagi menemui Sasha.
Meski bukan berarti hubungan mereka terputus. Mereka tetap berkorespondensi melalui surel atau pun pesan singkat. Tidak ada satu hal pun yang menyangkut hal pribadi atau pun pesan bernada sensual yang melecehkan pada percakapan mereka. Hanya ada pembahasan mengenai naskah yang Sasha kerjakan namun sama sekali tidak mengalami kemajuan.
Sikap profesional yang penuh kepura-puraan yang Edward lakukan saat ini membuat Sasha sedikit banyak merasa kesal. Menganggap tidakkan tersebut penuh dengan kemunafikan yang begitu kental. Untuk apa saat ini Edward seperti itu jika sebelumnya pria itu tanpa henti menyetubuhinya. Jika memang Edward ingin bersikap layaknya seorang editor, seharusnya pria itu melakukannya sejak awal. Jika begitu tidak perlu bagi Sasha tersiksa atas damba akan kejantanan pria itu memenuhinya.
Dengan pikiran yang terus mengutuki Edward, jari Sasha tanpa henti memainkan bagian sensitifnya yang menonjol. Hingga akhirnya sebuah kenikmatan kecil pun Sasha raih.
Merasakan bagian bawah tubuhnya yang semakin basah, membuat Sasha merasa tidaklah puas, meski baru saja mencapai puncak kenikmatan hanya berselang beberapa detik yang lalu. Sasha pun menarik lepas celana dalam dari tubuhnya.
Sasha melihat secarik bahan berhias renda yang semula menutupi bagian kewanitaannya sangatlah kuyup, seperti baru saja dicemplung ke dalam air. Walau kenyataannya, yang Sasha ketahui dengan baik, yang benda itu jumpai hanyalah bagian kewanitaannya yang begitu terangsang dan tidak hentinya memproduksi cairan cinta.
Bahkan dengan samar Sasha dapat mencium aroma tubuhnya yang bersumber dari carikan kain yang basah itu. Hal tersebut membuat libido Sasha yang memang belum terpuaskan, naik kembali.
Dengan sembarang, Sasha melemparkan celana dalamnya. Tangannya kembali menjamah area yang berada di pangkal pahanya. Kali ini jari Sasha tidaklah lagi hanya menggoda bagian sensitif yang menonjol pada kewanitaannya. Namun mengeksplorasi liang yang dibanjiri oleh cairan cintanya yang meluap.
"Aaah!" Sebuah eluhan melesat keluar dari bibir Sasha tanpa bisa ditahan. Ketika kedua jarinya memenuhi kewanitaannya. Hanya saja, Sasha yang telah dipenuhi oleh kejantanan Edward hingga lupa diri tidaklah merasa puas dengan sensasi yang diberikan oleh kedua jarinya yang berukuran kecil.
Dengan frustrasi yang ia rasakan, mata Sasha jatuh ke arah ponsel miliknya yang ia letakkan di nakas. Setengah berharap ia dapat melakukan panggilan pada Edward dan memperlakukan pria itu bagaikan penghibur tingkat atas dengan memerintahkan pria itu segera datang ke apartemennya untuk Sasha meminjam kejantanan pria itu.
Hanya saja, segila apa pun pikiran Sasha saat ini, ia tahu tidak mungkin baginya dapat memperlakukan pewaris kerajaan bisnis keluarga Marton layaknya seorang pelaku prostitusi tanpa konsekuensi besar yang mengikuti.
Dengan harapan yang kandas dan kekecewaan yang tidak terhindari, tatapan Sasha masih mengarah pada nakas menemukan solusi lain atas masalahnya saat pandangannya bertubrukan pada kotak yang menampung alat tulis. Yang sengaja Sasha letakkan di sana bersama dengan sebuah notes, jika sewaktu-waktu sebuah ide datang dan ia segera harus menuliskannya agar tidak lupa.
Pada kotak tersebut, terdapat sebuah pensil kayu, spidol dan sebuah pena. Sasha tidak memilih satu di antaranya, tapi mengambil ketiganya. Keadaan kewanitaan yang begitu basah hingga meluap, membuat Sasha tanpa ragu langsung memasukkan ketiga alat tulis tersebut ke dalam tubuhnya.
"Aaagh!" Tanpa Sasha sadari sebuah seruan ia suarakan, saat merasakan sengatan menyenangkan ketika tubuhnya terpenuhi.
Jika dibandingkan dengan kejantanan Edward, ketiga alat tulis tersebut sama sekali bukan tandingan. Namun jauh lebih baik dibanding dengan jari-jarinya yang ramping. Terlebih dikarenakan benda yang memenuhinya merupakan alat sehari-hari yang sering Sasha gunakan, memberikan sensasi nakal yang tidak terelak dan menambahkan rangsangan yang dirasa.
Sasha mengalihkan pandangan ke bagian bawah tubuhnya. Berupaya melihat karya yang ia buat. Sasha melihat kepala tiga alat tulis yang memenuhinya mencuat keluar dan sesekali beradu satu sama lain dikarenakan cengkeraman pada bagian dalam kewanitaannya.
Atas keadaan itu, memacu gairah Sasha ke tingkat tertinggi. Seperti apa yang ia niatkan semula, Sasha menyambar bagian alat tulis yang tersisa dan dengan tangannya, mencoba memuaskan kewanitaannya yang mendamba dengan membuat gerakan maju mundur.
Sebuah seruan Sasha keluarkan. Kali ini berbeda dengan sebelumnya. Bukanlah lagi sebuah erangan atau engahan, namun sebuah nama pria yang memenuhi pikirannya tanpa diundang. "Edward!"
Bersamaan dengan nama Edward sama senandungkan, gerakan tangan Sasha yang memanipulasi alat tulis yang memenuhi dirinya, semakin cepat bahkan terbilang brutal.
"Ed-edward, ah, ja-ja-jangan!" kata Sasha melarang Edward dalam imajinasinya untuk terus menyetubuhinya. Tapi tangan Sasha tidak berhenti. Malah menambah kecepatan dan memperdalam hujaman.
"Agh! Ah, ah, Ed-ah-ward! Am, ampu—ah!" Meski mulut Sasha meneriakkan kalimat permohonan, namun tubuhnya bersikap lain. Tangan Sasha yang bebas meremas payudaranya dengan kasar. Saat jari Sasha menarik puncaknya, ia kembali menyuarakan permohonan. Hanya saja kali ini bukan nama Edward yang ia sebut.
"Le-le-onis, ah, janga-an, ugh!"
Saat ini, sama seperti mimpi yang baru saja ia alami, Sasha berfantasi akan Leonis yang ikut serta dengan Edward untuk menggarap tubuhnya dalam imaji yang ia miliki. Memainkan puncak payudaranya dengan kasar, seperti halnya yang biasa Edward lakukan. Karena Sasha sama sekali tidak mengetahui preferensi Leonis di atas tempat tidur.
Setelah beberapa saat memainkan payudaranya, tangan Sasha terangkat naik ke arah bibirnya. Seperti ingin mereplikasikan apa yang terjadi dalam mimpinya, Sasha memasukkan ketiga jarinya ke dalam mulut dan membayangkan bahwa itu adalah kejantanan Leonis.
Dengan kedua tangannya, Sasha tidak henti-hentinya memenuhi liang yang berada dalam tubuhnya. Baik pada bagian atas atau pun bawah. Mulut Sasha yang terbungkam hanya dapat mengeluarkan erangan yang teredam. Namun siapa pun yang mendengar tahu betapa larutnya Sasha saat ini.
Sasha menarik keluar jarinya dari mulut. Memandangi bagian tersebut kini basah karena ulahnya. Bibir Sasha membentuk sebuah senyuman saat melihat itu.
Dengan kewanitaan yang masih terpenuhi, Sasha membalikkan badan. Bertumpu hanya dengan lututnya. Tangan Sasha, dengan tiga jarinya yang basah, mengarah ke bagian bawah tubuhnya. Dengan perlahan memasukkan satu jarinya, lalu dua, dan kini ketiga jarinya tercengkeram kewanitaannya. Bersamaan dengan ketiga alat tulis yang sudah bersarang terlebih dahulu.
"Aaagrh! Edward ... Leonis ... Ja-ja-ngan. Aaampun," bisik Sasha dengan nada lirik memohon. Sama seperti sebelum-sebelumnya, Sasha bersikap sebaliknya. Tangannya yang semula berhenti dikarenakan memberikan waktu bagi kewanitaannya untuk membiasakan diri atas penetrasi yang berlangsung kembali bergerak dengan cepat.
"Edwaaard! Ah, ah, Leonis!"
Sasha terus merancu, meneriakkan nama baik Edward atau pun Leonis. Bersikap seakan kedua kejantanan kedua pria itu memenuhinya dan menyetubuhi Sasha dengan kasar dan brutal.
Dengan tangan yang tidak berhenti dalam mempermainkan tubuhnya, juga ditambah dengan khayalan yang ia ciptakan, membawa Sasha menuju puncak kenikmatan yang memang ia dambakan. Atas terjangan orgasme yang dirasa, lutut Sasha yang menopang tubuhnya menyerah. Tubuh Sasha pun sepenuhnya jatuh ke tempat tidur.
Perlahan, Sasha mengeluarkan jari-jarinya yang semula memenuhi dirinya. Tindakan tersebut sangatlah mudah dilakukan, mengingat betapa basahnya kewanitaan Sasha saat ini. Bahkan alat tulis yang ikut mengambil bagian dalam mengisi tubuh Sasha ikut meluncur turun.
Sebuah tawa dengan nada yang mengekspresikan kegirangan atas sebuah kegilaan terdengar memenuhi ruangan. Suara itu diciptakan oleh tidak lain adalah Sasha sendiri, yang merasakan bahwa telah melakukan sesuatu yang baginya di luar nalar.
Setelah mengambil beberapa helaan napas, Sasha duduk. Mengambil pulpen yang berlumurkan cairan kewanitaan miliknya di sebagian besar permukaannya. Sasha membuka penutupnya, dan menyambar notes yang berada di nakas. Mulai menuliskan kata yang berubah menjadi kalimat lalu paragraf dalam waktu singkat, akan sebuah ide yang baru saja ia dapat.