Sasha keluar dari Porche perak Edward dengan kaki gementar. Akibat dari perbuatan Edward yang bermain-main dengan pengendali vibrator hingga Sasha berkali-kali merasakan terjangan orgasme dalam perjalanan. Sasha berusaha mengatur napas dan mencoba memadamkan rona merah yang membakar wajahnya.
Edward menghampiri Sasha, dan tanpa diduga mengangsurkan tangan untuk dijadikan penopang Sasha yang masih belum bisa berdiri tegak ataupun berjalan tanpa limbung. Dengan cemas Sasha memperhatikan sekeliling, takut jika ada orang yang menyadari bahwa dirinya hampir telanjang di balik gaun pendek yang ia kenakan.
Baru beberapa langkah Sasha ambil, ia tersentak dan berhenti. Merasakan vibrator dalam tubuhnya menjadi semakin dalam saat ia melangkah. Tapi Edward terus saja berjalan, memaksa Sasha untuk mengikutinya.
"E ... E-Edward. Berhenti!" engah Sasha meminta Edward berhenti.
Edward mulanya hanya memandang Sasha dengan raut datar, sebelum ia mencoba untuk kembali berjalan ke gedung restoran tapi dicegah Sasha dengan menarik jasnya.
"Edward, aku tidak bisa masuk ke dalam sana!" kata Sasha dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa?" tanya Edward tanpa simpati sedikit pun.
"Kau tahu, baik kau, keluargamu, ataupun keluargaku sering makan di tempat ini! Mereka mengenalku! Aku tidak ingin masuk dan makan dengan keadaan seperti ini!" Rasa frustasi yang hinggap dalam hati Sasha semakin besar tiap detiknya.
"Di tempat mana pun akan sama. Tidak ada yang tidak mengenalmu ataupun aku." Sasha tahu apa yang dikatakan Edward memang benar. Sebagai dua orang yang merupakan anggota keluarga dari kalangan berpengaruh, membuat Sasha dan Edward dikenali semua orang.
Hal wajar bagi mereka berada di sebuah majalah gosip ataupun infotaiment yang memuat kehidupan kalangan jetset. Terlebih Edward dengan sikap playboy-nya yang tersohor. Membuat Sasha sedikit heran dan lega tidak ada paparazi yang menguntit mereka hingga saat ini.
"Aku pikir kita akan makan malam di tempatmu," kata Sasha dengan permohonan terkandung di dalamnya.
Pada saat biasa Sasha pastinya lebih memilih makan malam di tempat umum di mana ada kumpulan orang yang mencegah Edward melecehkannya. Bukan di tempat penuh privasi seperti dalam salah satu properti Edward. Tapi dengan vibrator yang bersarang dalam kewanitaannya, Sasha seratus kali lebih memilih wilayah pribadi Edward meski kemungkinan besar akan dieksploitasi habis-habisan dalam segi seks.
"Di tempatku?" ulang Edward. Dengan semangat Sasha mengangguk. Membujuk secara Edward tidak langsung.
Edward memandang Sasha seakan tengah mempertimbangkan dengan serius opsi lain yang ditawarkan Sasha. Pada saat itu, dari belakang Sasha terdengar seseorang yang menyerukan namanya. "Sasha!"
Tubuh Sasha membeku mendengar suara yang ia kenal dengan baik. Dengan kaku Sasha memalingkan kepala dan melihat seorang pria remaja yang mulai menunjukan kematangan. Dengan rambut pirang dan senyumnya menawan, menjadikan pria itu salah satu dari sederet pria tampan.
"Arthur!" bisik Sasha.
Pria yang dipanggil Arthur memeluk Sasha dengan rasa gembira. Jika situasinya tidak seperti ini, Sasha mungkin akan senang dengan kehadiran Arthur. Bahkan akan menyambut serta memeluknya dengan erat. Tapi saat ini Sasha ingin pria bernama Arthur William Jeffrish IV lenyap, agar ia tidak menjadi saksi saat kakak perempuannya dilecehkan.
"Hai, Arthur," sapa Edward menyela reuni antara kakak-adik Jeffrish. Membuat Arthur sadar bahwa Sasha tidak hanya sendiri.
"Edward? Kau bersama Sasha?" tanya Arthur yang merasa heran dengan kebersamaan Edward dan Sasha. Karena setahu Arthur meski hubungan antara keluarga Jeffrish dan Marton baik serta Arthur pun bergaul akrab dengan Leonis—adik Edward, hubungan Sasha dan Edward tidak bisa dibilang akrab hingga melihat mereka berdua bersama terbilang aneh.
"Ya. Kami akan membicarakan buku Sasha."
"Buku?" ulang Arthur saat mendengar jawaban Edward. Arthur pun memandang Sasha sebelum memeluk kembali kakaknya. "Selamat Sasha."
Sasha yang sejak tadi mati-matian menahan erangan, tersentak saat Arthur memeluknya. "Se-selamat?" kata Sasha dengan bingung.
"Iya, selamat. Akhirnya kau bisa menjadi penulis."
"Oh, iya." Sasha tersenyum, mencoba menutupi kejanggalan tingkah lakunya. Namun Arthur mengetahui ada yang aneh dengan sikap Sasha sehingga bertanya, "Sasha kau baik-baik saja?"
Sasha yang tidak mempelajari seni berbohong dengan baik, hanya menatap Arthur dengan pandangan bingung. Berbeda dengan Edward yang langsung saja mengatasi keadaan canggung itu dengan cukup baik. "Mungkin Sasha sedikit disorientasi akibat terlalu banyak menulis."
"Benarkah?" tanya Arthur yang meragukan perjelasan Edward.
"Ya," jawab Sasha bercampur sedikit desahan.
Sebenarnya Arthur masih ragu, melihat sikap dan nuansa aneh yang menyelubungi Sasha serta Edward. Tapi Arthur tidak mencoba untuk memperpanjang dan menambah kecanggungan di antara mereka. "Kalau begitu, aku doakan kau sukses Sasha."
Baru saja Arthur akan meninggalkan mereka dan membuat Sasha sedikit bernapas lega, Edward mencegahnya dengan berkata, "Kau terburu-buru? Bagaimana untuk sementara waktu kau bergabung dengan kami?"
Saat itu Sasha sudah sangat ingin untuk membunuh Edward.
...
"Ayah dan Ibu pasti pada akhirnya akan mengerti keinginanmu, Sasha. Hanya saja mereka butuh waktu." Arthur meyakinkan Sasha mengenai sikap dingin orang tua mereka hanya sementara.
"Aku tahu, Archie," kata Sasha. Karena Sasha kemarahan orang tuanya hanya bersifat termorer, bukan kemarahan yang bersifat lama atau mendendam. Mereka hanya butuh waktu dan pembuktian. Namun saat ini Sasha sudah agak menyesali pilihannya.
Bukan karena menulis atau harus hidup dalam keadaan sederhana tidak dalam kemewahan seperti dulu. Lebih karena masuk ke dalam jebakan licik Edward.
"Ngomong-ngomong, Edward lama sekali perginya," sambung Arthur. Kembali memulai percakapan dengan mengomentari kepergian Edward ke kamar kecil sejak mereka diantarkan ke meja mereka.
"Entahlah." Hanya itu yang Sasha katakan. Sasha tahu kepergian Edward lebih untuk memberinya privasi saat berbicara dengan Arthur. Tapi bukan berarti Sasha mempunyai hati yang besar untuk mengakui sedikit kebaikan yang diberikan Edward.
"Tapi aku tidak menyangka kau dekat dengan Edward."
Perkataan Arthur membuat Sasha menatapnya dengan campuran antara tercengang bingung. "Aku tidak mengerti kau berbicara apa, Archie."
"Percuma kau berpura-pura, Sasha. Aku bisa menangkap dengan jelas ketegangan seksual antara kau dan dia." Sasha merenggut. Tidak menyangka bahwa Archie, adiknya yang manis akan mengomentari kehidupan seksualnya.
"Aku baru meninggalkan rumah selama beberapa bulan, dan kau sudah berubah menjadi seperti ini!"
"Aku tidak selamanya menjadi anak kecil, Sasha," bela Arthur atas tudingan yang Sasha arahkan padanya, "tapi aku benar-benar tidak menyangka bahwa kau akan berhubungan dengan Edward dan menjadi salah satu dari sekian banyak koleksinya."
"Arthur!" Sasha memperingatkan agar Arthur tidak meneruskan perkataannya.
Tapi Arthur tidak mempedulikan peringatan Sasha. "Kau tidak jatuh cinta padanya kan?"
"Tidak," jawab Sasha dengan cepat.
"Aku tidak masalah jika kau hanya berhubungan atau tidur dengannya. Tapi aku keberatan jika kau jatuh cinta pada Edward. Kau terlalu baik untuknya."
Akhirnya Sasha mengerti akan arah membicaraan Arthur. Pria itu hanya mengkhawatirkan Sasha atas hubungannya dengan Edward. Baik Sasha ataupun Arthur mengetahui dengan baik bagaimana sikap Edward terhadap perempuan. Banyak majalah yang memuat sepak terjang Edward berserta hitungan wanita yang pernah berkencan dengannya.
Sasha tidak berbohong saat mengatakan ia tidak jatuh cinta pada Edward. Tapi Sasha juga tidak bisa mengatakan ia tidak tertarik pada pria itu. Malah sekarang ia sedikit banyak mengerti kenapa banyak perempuan yang ingin berkencan dengan Edward. Pada saat itu pipi Sasha merona atas arah pemikirannya.
"Tenang, Archie kecil. Aku tidak jatuh cinta padanya," ulang Sasha sekali lagi.
Arthur puas dengan jawaban itu. Namun di sisi lain ada sebagian dirinya yang masih mengkhawatirkan Sasha. "Tapi aku masih tidak percaya kau bersama Edward. Kupikir kau sejak dulu menyukai Leonis."
Sasha kali ini benar-benar tidak bisa berbicara, saat Arthur memukul dirinya telak dengan membahas perasaannya pada Leonis yang tidak lain tidak bukan adalah adik Edward.
"Argh!" erang Sasha saat merasakan vibrator pada bagian bawah dirinya yang semula mati hidup kembali. Dipalingkan kepalanya ke belakang dan melihat Edward sudah berdiri di sana. Sebelum ia menarik kursi dan duduk di sebelah Sasha.
"Kalian sedang membicarakan apa?" tanya Edward.
Ketika itu getaran vibrator dalam tubuh Sasha semakin menjadi. Membuat tubuh Sasha tersentak-sentak. Namun mati-matian Sasha menahan erangan agar tidak keluar dari bibirnya dan mencengkram pinggiran meja hingga buku-buku jarinya memutih.
"Sasha kau kenapa!?" kata Arthur khawatir melihat tubuh Sasha yang bergetar hebat sementara seluruh wajahnya berkeringat dan merona merah.
"Tidak A—agrh!" Sasha kembali mengerang saat vibrator bergetar semakin brutal seakan tidak mengerti akan usahanya menahan mati-matian baik erangan ataupun orgasme yang semakin lama semakin menyiksa.
Pada akhirnya Sasha tidak dapat menahan lagi reaksi tubuhnya. Sasha pun terjatuh dari kursi dengan tubuh gementar sebelum ia kehilangan kesadaran. Akibat rasa malu dan marah yang mengerogoti dirinya, juga rasa nikmat yang membutakan.