"Haloooo, permisiiii!" sapa Bisma dengan ragu-ragu namun tetap saja dia akan bertanya kepada mereka karena ingin segera menyudahi rasa penasarannya.
Kedua wanita itu pun mengangguk pelan tanda kesopanan dan salah satun dari wanita itu pun membalas sapaan Bisma dengan wajah datarnya. "Ya, Mas ada apa? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
Sementara wanita yang tidak membalas sapaan Bisma terus mengamati Bisma, penasaran dengan siapa lelaki di depannya itu, sungguh kepo dengan wajah Bisma karena menurutnya wajah Bisma terlihat sangat familiar sekali. Makanya Bisma sesekali menundukkan kepalanya karena takut dikenali oleh kedua wanita itu. Dan alhasil mereka benar-benar tidak mengenali Bisma akibat kelincahan dari Bisma itu.
"Emmm saya mau bertanya kepada kalian, kebetulan saya detektif di sini. Tugas saya untuk mencari tahu tentang wanita yang bernama Bianka, apa kalian bisa bercerita tentang sedetailnya? Kalau misal tidak ada waktu bisa cerita sedikit saja tidak apa-apa. Dan maaf saya telah mengganggu waktu kalian sebentar," balas Bisma yang sudah tidak menunduk lagi, supaya kedua wanita itu tidak mencurigainya.
Sungguh Bisma dalam hal menyamar sangat pintar dari dulu. Tidak pernah ada kegagalan darinya. Sikapnya sungguh tenang makanya tidak memancing kegagalan. Sekarang dia tersenyum tipis, bersiap untuk mendengar cerita dari kedua wanita itu. Dia sangat mengenal model dan bentuk wanita yang ada di hadapannya ini. Pastinya mereka suka bergosip dan tidak mungkin akan menutupi rahasia ini.
Lagian kedua wanita itu percaya dengan Bisma kalau dia seorang detektif. Bagaimana tidak percaya? Tatanan Bisma saja seperti itu, karena mereka sangat tau betul biasanya tatanan detektif memang seperti Bisma. Jadinya sungguh Bisma beruntung bisa kebetulan menyamar seperti itu. Padahal tadinya dia hanya asal dengan penyamarannya tapi terlihat terpercaya sekali di mata orang-orang.
Akhirnya kedua wanita itu langsung saja membuka suaranya dengan bersahut-sahutan tanpa ampun dan tak ada yang akan ditutupinya lagi, menghujat Bianka dengan dahsyatnya. Sudah hoby dari keduanya yang sangat suka bergosip sedari dulu.
"Bianka? Anak pak Burhan cewek yang sok kecakepan itu ya? Dia itu pembawa sial, mas. Jangan dekati dia. Pastinya lelaki yang berada didekatnya akan mati menggenaskan, ayahnya pun sekarat sekarang di rumah sakit karena ulahnya," terang wanita yang tidak muda lagi karena memang dirinya lebih tua dari Bianka. Bahkan tangannya sekarang sudah bergerak ke sana ke mari. Itu sudah ciri khasnya dari dirinya, menjelaskan apapun itu dengan memperagakan tangannya, tidak suka berdiam diri dan menggantung saja.
"Iya memang pembawa sial si Bianka itu, bagaimana tidak sial wanita itu? Dia saja membuat suaminya meninggal seketika dalam perjalanan pulang, pokoknya dia wanita yang sangat egois dah," sahut wanita yang satunya. Dia hanya agak ketus ucapannya, tidak ikut menggerakkan tangannya seperti wanita yang satunya.
Bisma yang mendengarkan itu semua dan masih tidak bisa memahami maksud dari kedua wanita itu hanya menghembuskan nafasnya dengan kasar. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal sebentar lalu mencoba bertanya kembali. Sebenarnya Bisma sungguh jengkel dengan wanita seperti mereka, yang suka menggosipkan seseorang tanpa rasa kasihan sedikitpun. Dia juga hatinya sangat sakit mendengar Bianka diejek sedemikian rupa, tapi dia hanya bisa menahan rasa sakitnya itu mengingat keingintahuannya secara detail tentang Bianka.
Mulailah Bisma berdehem dan semakin mendekatkan dirinya sedikit agar tidak terlalu jauh dari mereka. Pikir Bisma kalau semakin jauh maka kedua wanita itu akan bercerita dengan kerasnya, kalau terdengar oleh yang lainnya bisa-bisa tidak akan leluasa lagi. Makanya Bisma sudah mengaturnya dengan sedemikian rupa.
"Maksud kalian bagaimana ini? Kenapa bisa dibilang membunuh suaminya dan ayahnya, sungguh aku tidak paham, dan ternyata dia sudah mempunyai suami ya? Bukan seorang gadis lagi? Aku kira dia seorang gadis," celoteh Bisma.
Rasanya Bisma agak tak terima dengan fakta yang ada, fakta kalau Bianka sudah tak gadis lagi. Tapi dia sudah berjanji dengan dirinya sendiri kalau apapun yang terjadi akan mendekati Bianka dan mencoba mendapatkan hatinya. Meskipun dia janda sekalipun. Ceritanya seperti ada yang salah dari kehidupan Bianka makanya semakin membuat Bisma ingin mengorek semua itu. Bagi Bisma menarik sekali tantangannya itu. Dia memang lelaki yang suka tantangan, tidak suka cinta yang datar-datar saja. Makanya sampai sekarang dia jomblo karena baginya semua wanita membosankan hanya bisa bermanja ria saja.
"Gadis sih bukan, tapi dia sudah menikah dan pernikahannya hanya dalam ponsel saja. Makanya dia menikah namun belum disentuh oleh suaminya. Dan dia sangat egois menyuruh suaminya untuk pulang padahal masih masa pandemi, alhasil karena keegoisannya suaminya itu meninggal. Jadi semacam dia janda kembang lah. Janda tapi perawan seperti itu," jelas wanita yang suka menggerakkan tangannya.
Bisma yang mendengar itu semuanya senyuman terukir di bibirnya. Hatinya terasa berbunga-bunga, ada kelegaan tersendiri dengan fakta yang ada kalau Bianka masih perawan jadi sangatlah pantas untuk diperjuangkan, meskipun misalnya dia sudah tidak perawan tetap Bisma sudah terlanjur cinta pada pandangan pertama, jadi tidak menjadi suatu permasalahan. Tapi kali ini takdir benar-benar baik menurutnya, bisa mendapatkan gadis cantik dengan pesona ceritanya tersendiri, bonusnya juga masih perawan pula. Maka dari itu bagi Bisma itu sungguh sangat menarik.
"Hey, hey, heeeey. Kamu tau dari mana kalau dia masih perawan? Siapa tau saja sudah tidak perawan si Bianka itu. Dia saja wanita tidak tau moral seperti itu, masak sih bisa menjaga keperawanannya," sahut wanita satunya yang ketus. Lagi-lagi dia selalu menyebalkan suka sekali memanaskan suasana. Alhasil Bisma yang tidak bisa menahan emosinya langsung diluapkan sedikit.
"Ehhhh, jangan suudzon seperti itu! Itu tidak baik. Tidak baik membicarakan orang kalau belum tau kebenarannya, apalagi bercerita tidak dengan sebagaimana mestinya," sentak Bisma. Dia yang tersadar sudah melakukan kesalahan dengan sontak membela Bianka seperti itu. Dia hanya cengengesan dan mencoba mencairkan suasananya. Memikirkan apa yang akan dilakukan selanjutnya supaya kedua wanita itu tidak mencurigainya dan balik marah kepadanya.
Akhirnya Bisma mengeluarkan jurus andalannya yaitu melembutkan suaranya kembali dan mengatupkan kedua tangannya, memohon maaf kepada mereka setelah itu berpamitan saja. "Hehe maaf semuanya sangat spontan. Bukan maksudku membelanya, hanya saja sedikit kasihan saja kepadanya. Rasanya aku tiba-tiba tersentuh kepadanya. Pokoknya terimakasih atas waktu dan penjelasan kalian yaaa. Kalau begitu saya permisi dulu."
Usai mengucapkan itu, Bisma langsung saja berpamitan dan pergi begitu saja, tidak mau berurusan lagi terhadap kedua wanita yang sungguh menyesalkan hatinya itu. Pikirnya memang benar untuk pergi supaya tidak terus emosi oleh ulah mereka.
"Benar-benar menyebalkan kedua wanita itu! Ingin aku tadi membunuhnya saja!" keluh Bisma yang sudah berhamburan dan pergi dengan cepat.
sedangkan kedua wanita itu hanya geleng-geleng kepala dengan keanehan lelaki itu. Mereka lalu cuek dan pergi juga, tak curiga sama sekali dengan Bisma.