Lagi-lagi ada saja wanita yang bersikeras untuk mendapatkan hati Bisma. Bahkan semua orang yang mengerumuni Bisma juga ikut-ikutan untuk mendapatkan hati Bisma dengan cara memperebutkannya. Kebetulan yang mengerumuni Bisma juga semuanya wanita. Makanya di kampung itu para wanita semakin riuh sekarang akibat hadirnya Bisma yang secara tiba-tiba itu. Mereka semua saling berantem sekarang. Adu mulut dengan volume keras dan saling mendorong satu sama lain.
Hal itu membuat Bisma tersenyum senang dan itu baginya merupakan keberuntungannya agar bisa kabur dari mereka sekarang juga. Herannya kenapa tidak ada laki-laki yang menghentikan para wanita itu? Benar-benar kampung yang aneh. Begitu pikir Bisma. Dan dengan cepat Bisma menggeser badannya ke samping, terus menggeser seraya kakinya digerakkan sedikit demi sedikit. Akhirnya dia bisa terlolos dari kerumunan para wanita itu dan dia pun kabur dengan lari terbirit-birit. Motornya pun juga dituntun oleh Bisma, saking paniknya sampai tidak berfikiran untuk menaikinya.
Gendis dan wanita pembawa bunga yang menyadari Bisma telah pergi dengan menuntun motornya. Keduanya pun berteriak dengan serempak, menunjukkan jari telunjuknya ke arah Bisma yang sudah berlarian itu. "Maaas, Mas Bismaaaaa. Jangan pergiiii! Mau ke mana kamuuuuu!"
Saat tak mendapatkan Bisma kembali karena para wanita juga tak berniat untuk mengejar Bisma, keduanya pun saling menyalahkan lagi dengan terus menyentak saking kesalnya. "Semua ini gara-gara kamu mas Bisma harus pergi dari sini!" sentak Gendis dengan mengototnya sampai-sampai urat di lehernya terlihat kentara.
"Apa! Ya gara-gara kamu lah, enak saja kamu menyalahkan aku! Pokoknya gara-gara kamu yang membuat mas Bisma ketakutan. Lagian kamu itu genit sekali, apa-apa mata kamu dikedipkan seperti itu, apa habis kesetrum? Kan aku duluan tadi yang berusaha mendapatkannya dengan memberikan bunga kepadanya, tapi alhasil gagal deh karena kamu datang dan mengganggunya, huh! Jadi wajar saja lah mas Bisma ketakutan karena ulah kegenitanmu itu!" balas cewek pembawa bunga dengan memprotesnya, yang juga tak mau kalah dari Gendis. Sebut saja dia Clara.
"Ciih kayak kamu berhasil saja mengambil hati mas Bisma! Padahal bunga kamu itu tidak diterima olehnya, yang pasti karena jeleknya bungamu dan juga jeleknya wajahmu. Huh! Kamu itu tidak mengerti fashion kecantikan. Masak berkedip dibilang kesetrum, apa-apaan kamu itu! Benar-benar kuno!" Gendis pun semakin memanas. Bisa dibilang semuanya masih saling menyalahkan akibat Bisma yang kabur itu.
"Apa kamu bilang?! Memangnya kamu cantik hah! Segitunya mengejekku, ya masih cantikan aku ke mana-mana lah dari pada kamu, sudah genit berlebihan lagi dandanannya kayak tante, tante, huh menyebalkan!" ejek Clara lagi dengan mendorong tubuh Gendis sedikit agar tak terlalu dekat dengannya.
Setelah Clara puas memaki Gendis dia pun pergi begitu saja meninggalkan Gendis yang menatapinya dengan tajam. Dan gara-gara ucapan Clara itu, Gendis pun ditatapi oleh semuanya, seperti semua orang sedang membicarakannya, karena terlihat semua orang saling berbisik dan tidak ada yang membisikinya. Gendis yang merasa malu akhirnya berteriak dan membubarkan semuanya.
"Bubar! Bubaaaar! Semuanya sungguh mengesalkan! Haaaaah."
***
Sementara Bisma yang masih berada di jalanan, masih tetap saja berlari dengan ngos-ngosannya. Dia sesekali menengok dan akhirnya menghentikan langkahnya, merasa sudah aman dan tidak ada yang mengejarnya. Akhirnya mencoba bersantai dan duduk di atas motornya setelah memarkirkan motor itu di tepian jalan. Rasanya Bisma benar-benar capek. Hatinya mendengus kesal dan menepuk jidatnya saat melupakan menaiki motornya tadi.
"Ya ampuuuun. Bisa-bisanya aku terus berlari sambil menuntun motor ini. Kenapa aku begitu bodohnya siiih, sampai-sampai tidak menaiki motor saja tadi, dengan begitu aku kan tidak akan buang-buang energi tadi, haaaa. Semua ini gara-gara para wanita tadi ituuuu. Saking takutnya aku dibuat rebutan oleh mereka, sampai aku benar-benar menjadi orang linglung dan pikun, haiss. Kampung apaan itu sungguh menyeramkan! Sungguh terkutuk sekali! Malas aku untuk datang ke sana lagi rasanya, tapi bagaimana dengan untuk mendekati Bianka? Hmmm dipikirkan nanti lagi saja deh! Ternyata ketampananku membawa pengaruh juga haha."
Begitulah Bisma yang selalu membanggakan diri sendiri untuk menghibur dirinya itu. Memang Bisma orangnya sangat mudah untuk kesal, tapi juga sangat mudah mencair hatinya setelah membanggakan dirinya sendiri dengan sedemikian rupa. Hal itulah yang membuat semua orang menyukai Bisma. Sifat pendendamnya tidak berlaku lama dan hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja yang paling lama. Untungnya tadi dia tak melupakan motornya, bisa gawat apabila motor tertinggal. Kapan lagi dia akan ke situ untuk mengambilnya. Lagian itu juga bukan motornya sendiri makanya Bisma harus bisa bertanggungjawab penuh. Dia juga tidak pernah memakai wewenangnya untuk bertindak semena-mena kepada semua orang.
Merasa sudah lebih dari cukup untuk beristirahat. Bisma pun bangkit kembali, menstater motornya dan mengemudikannya. Menuju ke arah rumah sakit, di mana motor itu dipinjam. Sekalian Bisma ingin melihat perkembangan ayah Bianka dari kejauhan. Bagi Bisma lumayan untuk merefresh otak. Melihat wajah cantik Bianka yang membuatnya semakin semangat dalam menjalani kehidupan ini.
Langkah motornya semakin dipercepat. Sialnya motor yang dikemudikannya tiba-tiba mogok. Membuat Bisma mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Rasanya apes sekali hidupnya ini, bertubi-tubi diberi cobaan dengan berbagai macam rupa. Setelah para wanita kini motor yang dikendarainya yang baru beberapa langkah itu.
"Astagaaaa ini hari apaan siiiih. Kenapa sial sekali hari ini diriku. Hmmmm hais! Untungnya rumah sakit tidak jauh dari sini! Coba kalau jauh pastinya aku buang saja motor butut ini! Hoho ternyata mengejar cinta sejati cobaannya banyak juga yaaaa hmmmm," celoteh Bisma yang sekarang dia turun dari motor itu dan menuntunnya kembali.
Sambil menuntun Bisma pun bernyanyi dengan menggambarkan keadaannya saat ini. Sesekali berdecak dan mengangguk-anggukkan kepalanya. "Bianka sayaaang, pujaan hatikuuu. Ku harap kamu melihat tulusnya hatikuuu. Demi kamu sayaaang, aku relaaa berkorban, ku rela diberi cobaaaaan, hooooo. Bianka sayaaang hoo cantikkuuuuu."
Ternyata alunan lagu Bisma merdu juga. Membuat beberapa mobil yang melewatinya melempari uang ke arahnya dengan nominal yang lumayan besar, ada yang 20 ribuan, 50 ribuan bahkan 100 ribu. Menjadikan Bisma terheran-heran dibuatnya. Ia mengumpat ketika mobil-mobil yang memberinya sudah pergi jauh darinya.
"Hais! Apa-apaan iniiii! Memangnya aku pengamen apa yaaaa. Hmmmm. Apa benar-benar terlihat menggenaskan apa yaaa hidupku iniii. Astagaaa Tuhaaaan menyedihkan sekali hidupku ini. Ternyata kalau aku menuntun motor seperti ini benar-benar menyedihkan. Hmmmm, tapi lumayan juga uangnya, apa aku bakat jadi penyanyi yaaa haha. Ya sudah biarlah orang berkata apa. Nanti uangnya aku berikan kepada pak satpam saja, lumayan buat tambahan jajan anak beliau, aku juga tidak merampok kok, jadinya ini uang halal," celoteh Bisma yang sudah menghentikan nyanyiannya.