Jay dan yang lain di usir dari rumah tersebut. Jung hoo dan Hafiz menatap Jay yang terlihat benar-benar putus asa dan pria itu langsung berjalan keluar dari perkarangan rumah. Jung hoo dan Hafiz mengikuti Jay, sedangkan Humairah masih saja penasaran dengan nama Min Hyun. Siapa pria itu? Kenapa orang-orang banyak menyebut Min Hyun ke arah Jay. Padahal pria itu bernama Jay, apa Jay merahasiakan sesuatu padanya.
"Aish penasaran parah gue, tapi kalau tanya ke Oppa pasti gak di jawab. Pasti balesnya, kamu gak perlu tau, kamu hanya orang asing. Gue gak mau sakit hati lagi, jadi lebih baik diam aja deh.." ujar Humairah.
Gadis itu berlari keluar perkarangan, namun tangannya ditahan oleh seseorang. Humairah membalikkan tubuhnya dan menatap orang yang sudah menahan tangannya. Nyonya Kim, dialah yang sudah menahan tangan Humairah.
"Tolong berikan ini pada Min Hyun, dia pasti membutuhkan ini.." ujar Nyonya Kim.
"Uang?" Tanya Humairah.
"Iya, ini uang untuk biaya kuliahnya. Bibi tau dia bekerja selama tinggal di Seoul, tapi Bibi mohon beri uang ini pada Min Hyun. Dia sudah sangat lama menolak uang pemberian dari Bibi. Bujuk dia untuk menerima uang ini, tolong.." ucap Nyonya Kim sambil menangis menggenggam tangan Humairah.
Humairah berpikir keras, ibunya saja yang memberikan uang pada Jay, pria itu tidak mau menerimanya. Apalagi dia yang bukan siapa-siapa, Jay. Humairah menggigit bibir bawahnya, "aku coba ya, Bi. Kalau dia tetap tidak menerimanya, aku akan mengembalikan lagi uang ini ke Bibi.." jelas Humairah.
Nyonya Kim menganggukkan kepalanya dengan bahagia, ia memeluk Humairah dengan sangat erat. "Terimakasih sudah mau membantu, bibi. Kamu gadis yang baik," ujar Nyonya Kim yang sangat bahagia.
Humairah mengusap punggung ibu dari Jay. "Sama-sama, bibi. Kalau begitu, aku permisi dulu, assalamualaikum.." jawab Humairah.
"Wa'alaikumsalam," balas Nyonya Kim yang tersenyum kearah Humairah.
Sesuai yang diucapkan oleh Jay, dia dan keluarganya adalah seorang muslim. Jadi mengucapkan salam itu sangat wajib. Humairah keluar dari dalam perkarangan, dan di dalam kamar Min Jae terus menatap Humairah. Ia melihat Humairah itu adalah gadis yang unik dan menarik. Jarang ada gadis yang punya keberanian besar seperti Humairah.
"Aku akan mendapatkan mu, lihat saja. Kamu akan menjadi milikku, gadis cantik.." ujar Min Jae dengan senyum liciknya.
Nyonya Kim masuk ke dalam rumah, dan ternyata Tuan Kim mendengar ucapan sang istri. "Oh, kamu menitipkan uang untuk anak sialan itu? Sudah berani kamu membantah saya? Iya?!" Bentak Tuan Kim.
"Maaf, tapi itu uang milikku. Apa salahnya aku memberi anakku uang itu?" Tanya Nyonya Kim.
Tuan Kim kesal dan saat akan menampar wajah sang istri, Min Jae datang dan menahan tangan ayahnya. "Sudahlah, biarkan saja Appa. Toh uang Appa tidak akan habis karena memberikan dia uang. Kita kaya Appa, masalah saham yang hampir bangkrut itu bisa kita selesaikan. Appa tenang saja, saham kita akan baik-baik saja.." sahut Min Jae mencoba meyakinkan sang ayah yang tengah banyak pikiran.
Tuan Kim menganggukkan kepalanya, dan langsung masuk ke dalam kamar. Mencoba meredam amarahnya, Min Jae menatap sang ibu. "Eomma, jangan memancing Appa. Kalau Eomma memancing amarah Appa lagi, aku tidak akan menolong Eomma lagi, paham?" Jelas Min Jae yang langsung keluar dari rumah menuju tempat tongkrongan nya.
***
Di dalam bus,
Hafiz, Jung hoo duduk di bangku bus bagian depan. Jay dan Humairah duduk di bangku bus bagian belakang.
"Kim Min Hyun, nama asliku Kim Min Hyun.." ucap Jay menatap Humairah.
Gadis itu menatap Jay, "aku tahu, sudah sering aku mendengar nama itu. Yang membuat aku penasaran sekarang ini, kenapa nama Oppa di ganti dengan nama Jay?" Jawab Humairah dan langsung menanyakan rasa penasaran nya.
Jay menatap Humairah, "Appa yang menyuruhku untuk mengganti namaku menjadi, Jay. Dia malu memiliki anak seperti ku, karena aku dulu sempat berkelahi saat masih duduk di bangku kelas empat sekolah dasar. Aku membantu Min Jae yang dibully dan aku dihukum tidak masuk saat itu. Sejak itu teman-temanku di sekolah dasar semua menjauh.
Appa selalu memperlakukan Eomma dengan kasar setiap hari. Saat itu aku tanpa sengaja melihat Appa memukuli Eomma di dalam kamar, aku tidak tega melihat itu. Dengan berani aku masuk ke dalam kamar, sebelum masuk Min Jae menahan tanganku, karena jika ikut campur Appa akan memukul ku. Tapi, aku benar-benar tidak tega, aku masuk dan aku mendapatkan perlakuan kasar. Sejak itu sampai masuk sekolah menengah pertama, aku mendapatkan perlakuan kasar. Pada malam ulang tahun ku, aku sendiri di gudang dengan keadaan luka dan memar di tubuh.." jelas Jay yang langsung menundukkan kepalanya saat mengingat masa lalunya.
Humairah menggenggam erat tangan Jay, mencoba menguatkan pria itu. Jay merasa sedikit tenang, ia menatap Humairah lagi. "Eomma masuk ke dalam gudang dan memelukku, serta mengobati wajahku. Eomma menyuruhku untuk pergi dari rumah dan memberikanku uang. Tanpa pikir panjang aku kabur, karena sudah tak kuat dengan semua perlakuan Appa terhadap ku. Tapi Appa menemukan saat aku sudah duduk di bangku SMA. Dia datang ke panti asuhan, tempat aku tinggal dan di sana aku di sekolah oleh ibu panti. Appa datang dan mengancam ku untuk pulang, jika tidak dia akan menghancurkan panti asuhan tersebut.." jelas Jay.
"Aku akhirnya pulang, dan Appa memberikan banyak dokumen kepindahan padaku. Appa menyuruhku untuk pindah ke Seoul, dan mengganti namaku dengan Jay. Tapi, Appa ingin nama yang di dokumen pendidikan ku harus nama asliku. Appa hanya ingin, jika aku memiliki teman, aku harus perkenalkan diriku dengan nama Jay. Bahkan guru-guru yang ada di sekolah juga sudah diwanti-wanti oleh Appa. Siapapun yang menyebutkan nama asliku, mereka akan hidup menderita. Makanya saat kamu menanyakan tentang nama itu aku diam. Karena aku tidak ingin kamu kenapa-napa.." ucap Jay menatap Humairah dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
Humairah yang melihatnya langsung menggenggam erat tangan Jay, air mata Jay menetes dan gadis itu langsung menghapus air mata tersebut. "Maaf, karena Aira Oppa harus mengingat masa lalu yang menyakitkan itu. Maaf, Oppa.." ujar Humairah yang merasa bersalah, karena sudah membuat Jay harus mengingat masa lalu yang kelam tersebut.
Jay tersenyum kecil, "tidak masalah, setelah aku menceritakan semuanya aku jadi lega. Sudah bertahun-tahun aku merahasiakan masa lalu ku. Entah kenapa saat di dekatmu, aku menjadi nyaman untuk membicarakan masa lalu yang menyakitkan itu. Terimakasih sudah mau mendengarkan cerita masa lalu yang buruk itu.." jawab Jay.
Humairah menghela napasnya dengan pelan. "Oppa, jangan marah ya. Tadi Eomma Oppa memberikan ini padaku," ujar Humairah.
Jay terkejut mendengar ucapan, Humairah. Ia memeriksa isi amplop tersebut dan isinya adalah yang, "kenapa kam--,"
"Bibi memohon padaku sambil menangis. Aku tidak tega melihat bibi seperti itu.." ujar Humairah yang memotong ucapan Jay, karena ia yakin Jay akan marah.