"Akh," ringis orang itu.
Ia mengeluarkan alkohol yang ada di dalam tasnya. Ia menyiram alkohol itu ke kakinya. Setelah itu ia mengambil Betadine dan perban, lalu melilit kakinya dengan perban.
"Sial! Kenapa harus ada kucing yang merusak rencana ku. Harusnya gadis itu sudah ada di tangan ku!" Tegas orang tersebut.
Ia mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada seseorang. Pesan terkirim, pria itu langsung berdiri dan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tak jauh dari tempat ia duduk. Ia menghidupkan mobil dan menjauh dari tempat keempat orang itu menginap, dengan perasaan kesal.
***
Di penginapan,
Humairah masuk ke dalam rumah dan langsung masuk ke dalam kamar sang kakak. Mereka memesan dua kamar dan Humairah paling takut jika tidur sendiri di tempat asing baginya. Apalagi bukan hanya mereka saja di penginapan itu, masih banyak yang lain. Hafiz terkejut melihat adiknya yang tiba-tiba saja masuk. Di dalam kamar juga ada Jung hoo dan Jay yang baru saja duduk di samping, Hafiz.
"Kenapa lari-lari sih? Nanti jatuh loh, berdarah kakinya, terus langsung nangis.." tanya Hafiz.
"Gapapa kok, Abang lagi video call sama, Ayah dan Bunda?" Balas Humairah.
"Iya, nih dari tadi ditanyai ayah dan bunda.." jawab Hafiz.
Humairah langsung duduk di depan laptop sang kakak. "Aish, Ayah, Bunda, Miss You.." ujar Humairah.
'Alah, kamu mah. Tadi ayah telepon kok gak di angkat? Kemana aja kamu? Anak gadis keluar malem-malem, gak baik tau..'
"Iya kah ayah nelepon? Aku gak bawa hape, terus tadi aku cuma ke depan. Oh iya ayah, aku mau curhat.." jawab Humairah.
'Curhat apa? Buruan cerita sekarang..'
"Tadi aku liat Fauzan sama Azura. Anaknya udah gede ayah, imut lagi. Ayah dan Bunda gak ada niatan kasih Aira adek kah? Satu aja cuk--,"
'Gak, Ayah dan Bunda mau cucu..'
Humairah langsung terdiam, dan menatap Hafiz. "Bang Hafiz jomblo Bunda, Ayah, gak bisa kasih cucu sama kalian. Buat adek aja ya, satu jadi deh.." balas Humairah.
'Enggak, kamu anak bungsu. Bunda gak mau tambah lagi, bunda dan ayah maunya cucu. How did you get the handsome boy?'
"Udah, ada dua orang. Tapi temen, Abang. Satu Oppa Jay dan satu Oppa Jung hoo.." jawab Humairah.
Hafiz hanya diam sambil menatap adiknya yang asik bercerita. "Adik kamu mirip dengan Appa kamu ya.." ujar Jung hoo.
"Iya, aku lebih ke Eomma. Tapi wajah kami berdua itu campuran. Bisa dibilang mirip Appa dan bisa di bilang mirip Eomma.." jelas Hafiz.
"Ayah, tadi aku waktu di luar ada orang yang ngintip. Dia jatuhin pot bunga, terus aku panggil satpam untuk beresin pot bunga nya..." Ucap Humairah.
Hafiz, Jay, Jung hoo bahkan kedua orang tua mereka terkejut bukan main mendengar ucapan, Humairah. "Kapan dek? Kok gak bilang Abang?" Tanya Hafiz.
"Barus--,"
Hafiz memeriksa keadaan adiknya, "kamu gak luka 'kan dek? Mana yang sakit?" Tanya Hafiz yang khawatir.
"Aku tu gapapa, orangnya langsung lari pas ketahuan bang. Kayanya kaki dia luka deh, soalnya banyak darah yang berceceran di jalan.." lanjut Humairah.
'Jaga adik kamu Hafiz, dia cewek. Walau dia bisa bela diri, kamu harus tetap jagain dia..'
"Iya ayah," balas Hafiz menatap layar laptop.
'Ayah dan Bunda matiin panggilannya nya. Kalau ada apa-apa, kasih tau kami..'
"Iya ayah, bunda.." balas Hafiz.
'Assalamualaikum..'
"Wa'alaikumsalam," balas Hafiz, Humairah dan Jay.
Hafiz menatap Humairah, "jangan keluar tanpa Abang. Pokoknya saat ini kamu gak boleh keluar dengan sembarang orang. Ingat kata Abang saat kamu baru sampai di Korea? Pertemanan kamu harus Abang saring..." Jelas Hafiz.
Humairah hanya mengangguk dan menatap Jay yang terlihat khawatir. Gadis itu mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Jung hoo yang melihat, semakin cemburu. Namun ia harus menahan rasa cemburu tersebut. Hafiz memeluk adiknya dan bernapas lega, ia tidak mau adiknya terluka, mulai saat ini dia akan lebih hati-hati lagi menjaga sang adik.
***
Keesokan harinya,
Humairah merasa sakit di bagian perutnya. Wajahnya pucat dan gadis itu tengah meringkuk di kasur. Hafiz masuk ke dalam kamar dan mendekati adiknya.
"Dek, kenapa? Buruan berd--,"
"Ya Allah wajah kamu pucet banget.." ujar Hafiz.
Jay masuk ke dalam kamar dan terkejut melihat Humairah. Ia mendekati Humairah yang sangat pucat. "Kok pucat banget sih?" Tanya Jay.
"Udah jangan panik gitu, ini cuma sakit bulanan aja.." balas Humairah.
"Kamu datang bulan, jadi bungkus yang ada di kamar mandi tadi punya kamu?" Tanya Hafiz.
"Maaf ya Abang, gak kuat dengan sakitnya. Makanya lupa buang bungkusnya.." jawab Humairah.
"Gapapa, kamu kuat gak? Atau mau ngi--,"
"Pulang aja," balas Humairah.
"Ya udah, Jay jagain adik aku bentar. Aku mau bayar uang penginapan dulu, Jung hoo di tempat pembayaran 'kan?" Tanya Hafiz.
"Iya," balas Jay.
Hafiz langsung berlari keluar kamar. Jay duduk di samping kasur, "Oppa maaf ya, gak bisa anter uang ini ke Bibi. Sakit banget soalnya, terus kalau Oppa yang anterin nanti ketinggalan kereta.." permintaan maaf Humairah.
"Gapapa, Oppa bakal ambil uangnya. Nanti kalau ke Busan lagi Oppa kembali'kan, atau di transfer aja.." jawab Jay.
"Kalau Oppa gak masuk jam 12 siang, mungkin Oppa bisa balikin uang ini. Tapi ini waktu udah mepet banget," lanjut Jay.
"Maaf, Oppa.." ucap Humairah yang merasa bersalah.
"Udah gapapa," balas Jay yang mengusap rambut Humairah.
Jung hoo yang berlari saat mendapat kabar dari Hafiz, langsung terhenti saat melihat Jay tengah mengusap rambut, Humairah. Hati pria itu benar-benar terasa sangat sakit, "berangkat yuk," ucap Jung hoo sambil memaksakan diri untuk tersenyum.
Jay dan Humairah menatap Jung hoo, gadis itu mengangguk. Jung hoo masuk dan membantu Humairah untuk berdiri. Jay mengalah dan berdiri di belakang Humairah dan Jung hoo. Mereka bertiga keluar dari dalam kamar, dan langsung masuk ke dalam taksi. Mereka menuju stasiun kereta api, untuk kembali ke Seoul. Di perjalanan, Humairah terus meringkuk ke Hafiz. Pria itu mengusap tangan adiknya dan punggung Humairah. Setiap Humairah merasakan sakit bulanan, sakit yang dirasakan akan sedikit mereda saat tangan dan punggungnya dielus.
Taksi berhenti di depan stasiun, Jay dan Jung hoo mengikuti kakak beradik yang ada di depan mereka. "Masih sakit banget? Kamu tiketnya duduk sama Jay loh, gapapa?" Tanya Hafiz.
"Gapapa, bang.." balas Humairah.
Hafiz menatap Jay, "titip adik aku ya.." lanjut Hafiz.
"Aman, Fiz.." balas Jay.
Jung hoo hanya diam dan masuk ke dalam kereta api. Mereka duduk di bangku masing-masing. Entah kenapa, Jay dan Humairah seperti terus di persatuan. Jung hoo hanya bisa pasrah dengan cintanya, pada Humairah. Terlalu sulit untuk menggapai gadis cantik itu.