Setelah bertegur sapa dengan Andini, aku melanjutkan niatku untuk pergi ke toilet. Andini pun duduk di meja yang telah ia pesan melalui telepon.
Andini datang ke Kafe bertujuan untuk bertemu dengan kliennya. Ia duduk tepat di depan meja yang Kinan dan Arian tempati. Kinan pun sesekali melirik-lirik gerak-gerik Andini.
Setelah lima menit kemudian, aku kembali dari toilet dan melihat Kinan yang sedang asyik memerhatikan Andini. "Kinan, hei!" Kinan bahkan tidak sadar bahwa aku sudah kembali. "Ah ... Iya. Maaf Aska," ujar Kinan seraya tersenyum tersipu malu.
Kinan sepertinya merasa terganggu dengan keberadaan Andini. Aku pun menawarkan apa sebaiknya aku dan Kinan pindah Kafe. Kinan menjawab tidak perlu. Tapi, tingkah Kinan terlihat jelas bahwa ia tidak terlalu nyaman dengan adanya Andini.