Bab 46
Taman Flamingo, Sore 17.15.
Asma duduk di bawah pohon rindang seraya menulis di buku harian kecil yang selalu ia bawa. Asma masih tak menghentikan air matanya yang jatuh dengan derasnya diiringi angin sepoi yang meniup halus wajahnya.
Asma Nadia kini sedang berada di titi terendah dalam hidupnya. Ia tak pernah menyangka bahwa ia akan melangkah sejauh ini sampai ia lupa cara untuk kembali.
Tersesat dalam kebimbangan yang tak pernah berujung. Masuk ke dalam jurang terjal yang tak terlihat cahaya. Gelap ... Pengap rasanya ketika bernapas dalam asap luka yang teramat pedih ini.
Waktu terus berputar hingga jarum jam pun menunjukkan pukul delapan malam. Asma masih enggan beranjak pergi dari bawah pohon rindang itu. Untunglah, masih ada seorang sahabat yang masih setia menunggu aksinya itu yang bersembunyi di balik semak-semak yang gimbal.