Chereads / The Sexy Woman / Chapter 3 - Jangan Ganggu Aku!

Chapter 3 - Jangan Ganggu Aku!

'Ke-kenapa dia malah menyapa semua orang?' Illona hanya bisa membatin tanpa menanyakan langsung pada Hugo.

"Hugo? Kenapa kamu di sini?"

"Ah, Clara. Baru berangkat?" tanya Hugo ramah.

Illona yang semula sedang menunduk menghadap buku, tiba-tiba mendongak. Matanya membulat menatap kehadiran Clara di dekat Hugo. Illona yang tanpa sengaja beradu pandang dengan gadis itu, sadar bahwa Clara sedang menatapnya dengan tajam.

"Iya, aku baru berangkat. Hugo ada apa di sini?" tanya Clara ramah. Gadis itu mencoba menyembunyikan amarahnya.

"Aku sedang—"

"To-tolong pergi dari sini," ucap Illona dengan lirih dan suara yang bergetar.

"A-apa?" Hugo yang tidak mendengarnya dengan jelas menoleh ke arah Illona dan bertanya dengan raut wajah yang ceria.

"Pergi dari sini!" teriak Illona.

Tidak hanya Hugo dan siswa yang ada di kelas yang terkejut, Illona sendiri pun terkejut dan membulatkan mata. Namun, tidak lama kemudian ia kembali menunduk dan menoleh ke arah yang berlawanan dengan posisi Hugo.

Hugo diam sejenak. "Ah, baiklah. Aku juga belum mengerjakan PR. Kalau begitu, aku pergi dulu ya," ucap Hugo canggung. Dia pun segera pergi dengan senyuman.

"Dasar tidak tahu diri!" seru Clara lirih. Meski begitu Illona masih bisa mendengarnya.

Kini semua orang kembali fokus pada kegiatan mereka masing-masing. Clara juga segera pergi dan meninggalkan Illona yang tengah gemetar.

***

Semenjak hari itu, Hugo terus menyapa dan mendekati Illona. Sedangkan Clara yang dulu mengabaikannya, kini mulai mengawasi gadis yang tengah didekati laki-laki idamannya. Dia tidak suka Hugo dekat dengan Illona. Clara bahkan mencoba mendekati Illona untuk mencaritahu hubungan apa yang dimiliki keduanya.

"Hai, Illona!" sapa Clara bersama kedua sahabatnya.

Illona yang tengah merapikan buku, menoleh. "Ha-hai," jawabnya dengan melirik.

"Apa Illona mau ke kantin dengan kami?" tanya Clara dengan ramah.

Illona merasa bingung, ia yakin betul bahwa Clara tidak menyukainya. Dia juga mengingat bagaimana Clara mengatainya tidak tahu diri pada hari itu.

"Iya, ayo ikut saja!" timpal sahabat Clara.

"Ma-maaf, aku tidak ikut. Aku membawa bekal," jawab Illona menunduk tanpa menatap ketiga gadis itu.

Setelah mendengar jawaban Illona, Clara dan dua sahabatnya tertawa canggung. Mereka pun segera pamit setelah mengucapkan selamat makan untuk Illona.

Gadis yang masih memegangi buku menatap kepergian ketiganya. Saat itu dia tidak sengaja bertatapan dengan Clara yang menoleh. Pandangan tajam seperti kesal dan merendahkan membuat tubuh Illona bergidik takut. Dia masih tidak tahu kenapa Clara bersikap baik dan jahat di waktu yang bersamaan.

Tidak ingin memikirkan hal itu, kini Illona mengeluarkan bekal makannya. Dia membuka penutup kotak makan berwarna biru muda. Namun, baru saja ingin meletakkan tutup itu, tiba-tiba saja ada dua kotak susu dan beberapa roti yang mendarat di mejanya. Hal itu membuat Illona dengan cepat menoleh dari arah datangnya makanan.

"Hai!" Senyum ramah terlukis di wajah tampan Hugo.

"Hu-hugo?" gumam Illona. "Kenapa kamu di sini?" tanyanya bingung.

"Tentu saja makan siang, mau apa lagi?" Hugo segera duduk di bangku kosong samping Illona. "Nah, ini susu untukmu. Makan yang banyak ya!" ucapnya sembari tersenyum. Laki-laki itu pun segera membuka bungkusan roti yang ia bawa tanpa memedulikan Illona yang masih menatapnya.

Illona kembali melahap makanannya. Ia mencoba tidak memedulikan Hugo yang terus berbicara dengannya. Namun, karena laki-laki itu tidak kenal lelah, akhirnya sesekali Illona menjawab perkataan Hugo karena merasa tidak enak hati.

"Heh! Jadi dia tidak mau kita ajak karena ingin makan bersama Hugo?" Clara yang kembali ke kelas karena uangnya tertinggal, menatap tajam ke arah Illona dari bangku belakang.

Illona yang menyadari tatapan Clara langsung bertanya kepada Hugo. "Sebenarnya kenapa kamu terus menggangguku?"

Hugo menatap bingung. "Mengganggu? Apa selama ini aku menganggumu?"

"Iya, kamu sangat mengangguku!" Illona terdiam sejenak. "Jadi tolong pergi dan jangan pernah mendekatiku lagi!" imbuh Illona dengan nada suara yang bergetar.

Selama ini Hugo tidak pernah ditolak seperti itu. Namun, dia tahu tidak boleh memaksakan keinginannya pada seseorang. Terlebih lagi raut Illona saat itu terlihat tidak baik. Akhirnya laki-laki yang belum menghabiskan roti di tangannya mulai beranjak pergi. Sebelum itu dia sudah meminta maaf pada Illona dan berkata tidak akan menganggunya jika gadis itu tidak menginginkannya.

Semenjak hari itu, Illona tidak lagi melihat Hugo dari dekat. Ia hanya menatap laki-laki itu dari kejauhan karena tidak sengaja melihatnya. Hal itu tanpa sadar membuat Illona merasa ada sesuatu yang hilang. Namun, ia masih saja tidak mau mengakui bahwa keberadaan Hugo untuknya sudah menjadi kebiasaan yang akan terasa hambar jika laki-laki itu tidak ada di sampingnya.

"Wah, kasihan ya yang sudah kehilangan perhatian," ucap Clara yang tiba-tiba duduk di atas meja di samping Illona. Dia mulai merundung Illona semenjak Hugo tidak lagi mencarinya. Dia juga terus-terusan mengusili gadis itu hingga terkadang membuat Illona meneteskan air mata.

"Heh, dengar ya. Makanya kalau punya wajah cantik jangan suka digunakan untuk menggoda laki-laki!" seru Clara. Kini kakinya naik di kursi yang berada di samping Illona dan ia pun segera menjambak rambut gadis itu dengan kasar.

"Sa-sakit, Clara!" rintih Illona.

"Sakit? Hah! Sama, hatiku juga sakit melihat Hugo terus berada di dekatmu!"

Tidak ada yang berani menghentikan Clara. Mereka sudah mengecap gadis itu sebagai gadis gila, karena Clara berani melakukan apa pun kepada targetnya. Meski sudah pernah diadukan pada guru, tetapi gadis itu justru datang kembali membalas seseorang yang sudah mengadukannya. Hingga akhirnya, anak-anak pun memilih tutup mulut dengan tindakan Clara.

"Ingat ya, jangan pernah kamu dekati Hugo! Atau kamu akan tahu akibatnya!" Setelah mengatakan hal itu, Clara melepaskan cengkramannya dari rambut Illona. Dia pun mendorong meja di samping Illona dan menendang keras kaki gadis itu hingga membuatnya berteriak kesakitan.

Tidak ada yang menghampiri gadis yang tengah merintih. Semuanya mencoba mengabaikan Illona dan kembali ke kegiatan masing-masing.

Kini Illona membenamkan wajah di tangan yang terlipat di atas meja. Ia menahan tangis meski akhirnya air mata itu tetap mengalir.

"Tidak apa-apa, Illona. Kamu harus kuat! Sebentar lagi pulang sekolah," gumamnya menenangkan diri.

Waktu pulang sekolah adalah waktu yang selalu ditunggu-tunggu oleh Illona. Karena pada waktu itu, dia bisa lepas dari kehidupan sekolah yang menyesakkannya.

***

Kring ... kring ...

Bel pulang sekolah berbunyi. Seluruh siswa segera berhamburan keluar kelas. Namun, tidak dengan Illona. Ia masih merapikan buku dan menjadi yang terakhir keluar dari kelasnya.

Setelah selesai berkemas, Illona mulai bangkit dari duduknya.

"Aduh!" Gadis itu hampir terjatuh karena kakinya terasa nyeri akibat tendangan Clara yang cukup kuat.

"Illona!"

Suara itu membuat Illona menoleh. Ia melihat Hugo berdiri di depan pintu dengan wajah khawatir.

"Ma-maaf, aku hanya tidak sengaja melihatmu hampir jatuh!"