Chereads / Tergoda Wanita Penggoda / Chapter 2 - Ditinggal Istri

Chapter 2 - Ditinggal Istri

Seketika saja Anita dan juga pria itu tidak sengaja saling bertatap mata.

Yang ada di dalam pikiran Anita saat ini adalah bagaimana cara ia bisa menggoda si pria berbulu tipis tersebut.

'Waw ... sungguh tampan dan juga menawan. Astaga, aku tergoda oleh bulu tipis di bagian dadanya. Begitu banyak roti sobek di perutnya. Sepertinya akan sangat nyaman jika aku meremas roti sobek itu setiap malamnya. Jika aku menggodanya, apa dia akan tergoda? Ya, apa salahnya mencoba? Aku akan mecoba untuk menggodanya dulu'. Batin Anita.

"Ekhm ..." dehem Anita.

"Ssshhh ... Neng, maaf, tangannya tolong disingkirkan. Saya sakit karena dicengkram seperti itu. Mana di bagian bulu tipis lagi," ujar pria tersebut.

Sontak saja Anita pun langsung menatap tangannya yang tengah mencengkram bulu tipis si pria tersebut. Lalu Anita pun menatap wajah pria itu dan langsung tersenyum dan bahkan Anita juga memperlihatkan rentetan giginya yang putih dan juga bersih.

"Eh, mm ... maafkan saya ya, Bang. Eh, maksudnya, maafkan Anita ya, Bang. Anita ga sengaja," ucap Anita.

"Iya, tidak apa. Ya sudah, tolong dilepaskan," titahnya karena Anita tak kunjung juga melepaskan cengkramannya itu.

"Eh, hehe ... maaf, maaf," ucap Anita yang langsung saja melepaskan cengkramannya tersebut.

"Iya, saya juga minta maaf ya karena telah menabrak, Neng," ucapnya.

"He'em, tidak apa kok, Bang. Anita juga yang salah karena jalan ga hati-hati," ujar Anita.

Pria itu hanya tersenyum saja sebagai sahutan dari ucapan Anita.

"Oh iya, Bang, kalau boleh tahu, nama Abang siapa ya?" tanya Anita.

"Mm ... nama saya, Akbar," akunya. Pria itu ternyata bernama Akbar.

"Oh, Akbar. Ok, Bang Akbar. Ekhm," dehem Anita.

Anita sudah bersiap untuk menggoda Akbar. Tapi sayangnya, baru saja Anita akan mulai menggodanya, Mang Danu sudah memanggilnya.

"Neng Anita! Neng, ayo kita pulang, cepat," panggil Mang Danu.

Anita pun sontak saja langsung melirik ke arah Mang Danu.

"Ayo, Neng, cepat! Ibu menunggu," ujar Mang Danu.

Anita pun tersadar tentang ibunya yang saat ini sedang sakit di rumahnya.

"Astaga ... ibu," panik Anita.

Langsung saja Anita pun bergegas pergi tanpa memperdulikan lagi Akbar. Saat ini yang ada di dalam pikiran Anita adalah ibunya saja.

Anita dan juga Akbar pun sama-sama pergi berlawanan arah.

Ternyata Akbar juga sedang terburu-buru.

Tadi Akbar masih sibuk kerja dan juga mengurus empang miliknya. Tapi tiba-tiba saja dia mendapat telepon dari istrinya yang mengatakan bahwa istrinya itu ingin pergi dari rumah. Jelas saja Akbar langsung panik mendengar hal itu. Akbar sangat mencintai istrinya. Dia sangat tidak ingin jika harus berpisah dari istrinya tersebut. Maka dari itu, Akbar pun dengan segera langsung bergegas pulang untuk mencegah istrinya pergi.

Istri Akbar memang selalu ingin pergi dari rumah, alasannya karena ia selalu saja menuduh Akbar yang macam-macam. Dia menuduh Akbar telah bermain perempuan di belakangnya, itulah sebabnya dia ingin pergi. Ditambah lagi dia mengatakan bahwa Akbar itu bukan pria yang sempurna karena Akbar tidak bisa memberinya keturunan. Padahal belum tentu juga masalahnya itu ada di Akbar. Sudah 15 tahun mereka menikah, tapi mereka tak kunjung memiliki seorang anak juga.

'Aku harus secepatnya sampai rumah. Aku harus mencegah Siska untuk pergi dari rumah'. Batin Akbar.

Akbar pun memutuskan untuk berlari saja agar cepat sampai.

Beberapa saat kemudian, akhirnya Akbar sampai juga di rumahnya. Dengan cepat Akbar langsung membuka pintu rumah dan masuk.

"Di mana Siska? Siska! Siska! Siska, kamu di mana?" panggil Akbar. "Apa mungkin dia di dalam kamar? Aku harus cek ke sana sekarang juga," putus Akbar.

Akbar pun kemudian langsung saja masuk ke dalam kamarnya.

Betapa terkejutnya Akbar saat melihat Siska, istrinya tengah tertidur dengan begitu nyaman di pelukan pria lain yang jauh lebih muda dari dirinya. Mungkin pria itu berusia sekitar 20 tahun.

Hancur hati Akbar melihat itu semua. Apalagi dia melihat Siska dan juga pria yang merupakan selingkuhannya tertidur dengan tidak mengenakan pakaian. Tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh mereka berdua. Hanya selimut tebal saja yang menyelimuti tubuh mereka.

"Siska!" teriak Akbar.

Dengan kemarahan yang begitu menggebu-gebu dan juga emosi yang memuncak, Akbar pun kemudian langsung membuka selimut yang menutupi tubuh mereka berdua.

Terlihat jelas tubuh Siska dan selingkuhannya itu yang tanpa busana.

Merasa ada seseorang yang mengusik tidurnya, Siska dan juga selingkuhannya itu pun langsung terbangun dari tidurnya.

Mereka berdua belum sepenuhnya sadar. Jadi mereka belum menyadari kehadiran Akbar di sana.

"Siska!" bentak Akbar.

Sontak saja Siska dan selingkuhannya langsung kaget. Saat setelah melihat Akbar berada di hadapannya, Siska pun menjadi begitu takut. Apalagi selingkuhannya Siska, nyalinya langsung menciut saat melihat Akbar yang memperlihatkan kemarahannya itu.

"Mas Akbar," ucap Siska.

Sementara Siska mencoba untuk menenangkan Akbar, selingkuhannya itu langsung saja mengambil pakaiannya dan memakainya kembali.

"Siska, apa yang telah kamu lakukan? Kamu telah mengkhianatiku. Kamu telah tidur dengan pria lain," sedih Akbar.

"Maafkan aku Mas Akbar. Tapi bukankah sudah aku katakan padamu, bahwa aku ingin pergi dari rumah ini, Mas. Aku ingin pergi! Aku tidak tahan tinggal di sini bersamamu. Kamu pria yang suka selingkuh, itulah sebabnya aku juga selingkuh, Mas. Terus kamu juga ga bisa memberiku keturunan. Aku ingin pergi saja," ucap Siska yang langsung beranjak dari tempat tidur dan langsung berpakaian. Siska juga mengambil sebuah koper dan satu tas besar. Rupanya Siska telah mempersiapkan kepergiannya itu.

"Siska, kamu mau ke mana? Jangan pergi, Siska. Aku tidak pernah selingkuh, aku selalu setia padamu, Siska. Dan kalau untuk masalah keturunan, kita harus bersabar, Siska," ucap Akbar.

"Alah ... sudahlah, Mas. Intinya aku sudah tidak ingin tinggal bersamamu. Biarkan aku pergi, Mas," cicit Siska.

"Tidak, Siska! Aku tidak akan pernah membiarkanmu untuk pergi! Kamu harus tetap di sini bersamaku," pinta Akbar.

"Udah, Mas, cukup! Jangan larang-larang aku lagi," kelakar Siska. "Sayang, ayo kita pergi dari sini," ajak Siska kepada selingkuhannya tersebut.

"Tidak! Tidak, Sayang! Jangan tinggalkan aku," mohon Akbar.

Tapi Siska tetap kekeh dengan pendiriannya yang ingin pergi dan meninggalkan Akbar.

Siska pun langsung keluar dari dalam kamar bersama selingkuhannya. Tak hanya keluar kamar saja, dia bahkan keluar juga dari rumah.

"Siska! Jangan tinggalkan aku, Siska! Aku mohon! Siska, kembalilah!" teriak Akbar.

Akbar pun kemudian dengan segera keluar dan mencoba untuk mengejar Siska. Tapi percuma saja, Akbar telah terlambat. Siska telah menaiki sepeda motor bersama kekasihnya itu dan berlalu pergi.

"Siska, kamu sungguh tega padaku, Siska. Mengapa aku ditinggal pergi olehmu? Argh ..." kesal Akbar.