"...dan ku harap kau mengerti akan hal itu." Jelas Tanya, seolah membuang muka padahal ia berusaha keras agar air matanya tak keluar dan jatuh membasahi pipinya.
"Aku tidak percaya kau melakukan ini padaku!" Kata Don, nada suaranya mulai meninggi.
Pria itu mulai marah, mungkin karena pengaruh alkohol yang masih bersarang di kepalanya. Ia menggenggam kuat kedua tangannya, Tanya dapat melihat itu dengan jelas. "Keputusanku sudah bulat, maafkan aku!" Kata Tanya, menambah amarah Don semakin menjadi. Pria itu berdiri secara tiba-tiba lalu menggebrak meja dengan kuat, tapi hal itu tak membuat Tanya gentar apalagi terkejut. Dengan santai ia masih menyeruput cokelat hangatnya seraya duduk manis, karena yang ia takutkan saat ini bukanlah amarah Don. Tapi menyakiti perasaan pria itu adalah hal yang paling ia takutkan, nafas Don memburu. Ia masih menghormati wanita itu dengan sepenuh hatinya, mengingat Tanya adalah wanita satu-satunya di hidupnya.
