Chereads / Ex - Boss / Chapter 10 - Sexting

Chapter 10 - Sexting

"Kau belum menjawab pertanyaanku." Mr. Skinner mengirim pesan.

"Apa itu?" Tanya gadis itu, Mr. Skinner menaikan sebelah alisnya, gadis itu mungkin belum lupa akan kejadian tempo hari.

"Apa kau mau keluar bersamaku?" Cukup lama gadis itu membalas, namun Mr. Skinner dapat melihat bahwa gadis itu masih terhubung dengannya. Mungkin Vivian masih berpikir, batin Mr. Skinner.

Vivian menelan salivanya sendiri, pria itu masih mengingat kejadian di club yang sayangnya harus ia tolak karena outfitnya yang tidak enak dipandang. Ia memeluk ponselnya sendiri sambil berpikir.

Apakah pria itu hanya menjebaknya dan bermain-main padanya? Tapi, jika benar. Hal itu mungkin tidak ada untungnya bagi pria itu, mengingat Vivian hanya karyawan biasa dan bukan model ternama seperti istrinya yang memiliki karir bagus. Teringat akan istrinya, Vivian mengurungkan niat dan sadar bahwa yang sedang berbicara dengannya seperti itu adalah suami orang.

"Maafkan aku, Sir. Ku kira kau salah alamat, kau telah memiliki istri." Vivian mengirimkan pesan tersebut, entah mengapa ada keraguan saat ia mengirimkannya. Seolah ia menginginkan hal itu namun terhalang oleh kalimat yang menyatakan pria itu telah memilki seorang istri.

"Ada yang salah dengan memiliki istri?" Tanya pria itu, berhasil membuat kerutan di kening Vivian.

"Tentu saja ada, model ternama itu pasti akan melabrakku jika tahu suaminya ada bersamaku!" Cecar Vivian, namun ia tak berani menulis chat tersebut dan mengirimkannya kepada Mr. Skinner. Pria itu pasti akan tersinggung.

"Maafkan aku Mr. Skinner, tapi aku tidak bisa." Vivian akhirnya mengirim pesan yang berisi sebuah penolakan yang membuatnya mungkin akan menyesalinya, entahlah. Dalam hati ia ingin, namun ia bukanlah teman-temannya yang memiliki keberanian. Vivian masih ragu akan sikap Mr. Skinner yang selalu berubah.

Tak ada balasan..

Padahal Vivian tengah menunggu, berharap pria itu membujuknya atau setidaknya mengancamnya dengan pekerjaannya. Ia menyunggingkan senyum, fantasinya lebih liar terhadap Mr. Skinner.

Vivian meletakan laptopnya ke meja setelah menyelesaikan tugas, berniat ingin tidur tanpa mengganti pakaian kerjanya. Namun sebuah pesan berhasil membuat Vivian mengurungkan niatnya dan dengan perasaan bahagia membuka ponselnya.

Vivian dibuat bingung, Mr. Skinner mengirimkannya sebuah gambar lingerie yang memiliki tali spageti berwarna hitam, dengan caption..

"Kurasa tubuhmu akan sangat cocok jika mengenakan ini." Tukasnya, Vivian melebarkan kedua matanya. Memastikan pesan itu benar-benar dikirimkan oleh bosnya sendiri.

Apa pria itu sedang mabuk? Batin Vivian, ia harus memastikannya besok. Jika wajah pria itu nampak lesu atau memerah, berarti pesan ini ditulis dengan kondisi yang tidak sepenuhnya sadar.

Melihat gambar lingerie dan pengirimnya berhasil membuat sesuatu dalam diri Vivian berdenyut, ia menggigit bibir bawahnya membayangkan sesuatu. Otak dan pikirannya menggila malam ini, bosnya yang ia takuti setengah mati tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan yang harusnya melecehkan dirinya.

Tapi entah mengapa hal tersebut malah membuat Vivian menginginkannya..

"Hah..." Vivian merebahkan dirinya di atas kasur, membuka jas kerja yang hanya menyisakan dalaman tanktop, hari ini benar-benar gerah. Gerah karena sebuah tawaran itu atau karena gerah oleh pria yang mengirimnya, dua hal itu berhasil membuat Vivian menggila.

Mr. Skinner adalah suami orang, tapi teman-temannya selalu berkata bahwa semua itu tidak masalah karena kau hanya meminjamnya sebentar. Dan lagi, siapa yang bisa menolak pesona Mr. Skinner? Pria itu tidak seperti Sugar Daddy milik teman-temannya yang berperut buncit dan tua.

Mr. Skinner adalah pria dewasa yang sempurna..

"Mr. Skinner?" Panggil Vivian mengirimkan sebuah pesan kepada pria itu tanpa berani menjawab tawarannya.

"Yes Baby?" Melihat pesan itu semakin membuat Vivian kehilangan kewarasannya, membayangkan suara serak pria itu sambil membaca pesannya barusan membuat nafasnya tersengal.

"Apa kau yakin?" Tanya Vivian memastikan bahwa yang mengirim pesan tersebut adalah Mr. Skinner dan bukan orang lain, walau Vivian ragu ada orang lain yang berani memegang benda tersebut.

"Tentu, apa kau meragukanku?" Tanya Mr. Skinner, Vivian tak berniat membalas karena ia harus mentralkan nafasnya yang cukup berat semenjak menerima pesan dari bosnya itu. Cukup lama Mr. Skinner menunggu hingga akhirnya Vivian menerima sebuah pesan yang lebih gila lagi dari sebelumnya.

"Apa kau sudah basah?" Tanya pria itu, Vivian menggigit ujung jemarinya.

"Bagaimana kau bisa tahu?" Balas Vivian penasaran.

Pria itu menyunggingkan senyum memandang layar ponsel, "karena wanita akan kesulitan berpikir jika dalam keadaan basah." Vivian tersenyum lebar, ia tak menyalahkan jawaban pria itu. Karena saat ini dirinya memang sulit berpikir dalam keadaan seperti ini.

"Kau mau aku membantumu untuk mengeringkannya?"

Oh, astaga!

Sekali lagi, pesan Mr. Skinner benar-benar membuat kepala Vivian terasa pusing karena menahan sesuatu.

"Sir, ku kira kau terlalu jauh." Balas Vivian.

"Aku senang berpergian jauh jika itu denganmu." Katanya, sontak membuat hati Vivian menghangat. Di saat bersamaan pria itu dapat membuat hati dan tubuhnya terasa memanas, entah bagaimana mungkin Mr. Skinner dapat membuatnya basah hanya karena beberapa pesan singkat yang ia terima.

"Mengapa kau melakukan ini padaku?" Racau Vivian pada dirinya sendiri, ia sungguh tak mengerti mengapa Mr. Skinner bisa sekejam dan sepanas mungkin di waktu yang berbeda.

Dan sialnya lagi pria itu tengah menyiksa dirinya dengan kesendiriannya di dalam apartemen, mungkin jika bertemu langsung dengan Mr. Skinner, Vivian akan langsung tergoda dan ambruk di tubuh pria itu. Beruntung Mr. Skinner hanya membuat sebuah tawaran kepadanya.

Tawaran atau godaan...

"Apa aku tidak akan dipecat?" Tanya Vivian, berhasil membuat Mr. Skinner tertawa di dalam kesendiriannya di kamar. Gadis itu benar-benar terlalu khawatir jika ia akan memecatnya, tapi sungguh hal ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan. Mr. Skinner tentu akan bersikap profesional untuk memisahkan antara urusan pribadi dengan pekerjaan, karena dua hal itu berbeda.

Mr. Skinner juga bukan tipe pria yang menggunakan kekuasannya untuk mengancam seseorang demi kepentingan pribadi, dan lagi ia ingin gadis itu menyerahkan dirinya karena keinginan, bukan keterpaksaan.

"Buanglah jauh-jauh pikiran jika aku akan memecatmu, ini tidak ada kaitannya dengan pekerjaan." Ujar Mr. Skinner, Vivian mengangguk. Ternyata Mr. Skinner bukan pria bajingan yang menggunakan kekuasaannya, Vivian senang mendengar hal itu. Membuat keyakinan untuk menerima tawaran Mr. Skinner semakin besar.

Seketika terbesit ide gila di kepala Vivian, "Sir, jika aku melakukannya denganmu. Maka keuntungan apa yang ku peroleh?" Tanya Vivian, ia telah menantang serigala yang duduk diam di singgasananya dengan keadaan lapar.

"Apapun yang kau ingin." Katanya, Vivian tersenyum. Sebuah peluang besar untuk bisa seperti teman-temannya, bedanya ia tak perlu repot-repot mencari seseorang yang akan menopang hidupnya. Lagi pula, Mr. Skinner bukan tipe pria hidung belang yang memiliki perut buncit.

"Jika kau mau mengikuti permiananku di atas ranjang." Tambah pria itu.