Suara tetesan- tetesan air yang jatuh dari atas genting dan daun- daunan, masih terdengar diluar sana. Meski hujan tidak selebat tadi malam, tapi udara dingin memaksa orang ingin kembali menarik selimut, melanjutkan tidur dan bermalas- malasan, meski waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi.
Lagipula ini masih hari libur, tidak ada kewajiban bangun pagi bagi anak remaja yang sebentar lagi akan duduk di kelas dua belas ini. Pelukan hangat dari cowok yang usianya terpaut satu tahun lebih tua darinya ini, menjadi paket lengkap yang membuat Tristant semkain enggan beranjak dari tempat tidurnya.
Sebenarnya Tristant sudah tersadar dari tidurnya sejak sepuluh menit lalu. Hanya saja, dada bidang Lukman yang masih telanjang, terlalu nyaman untuk ia tinggalkan begitu saja.