Hening, belum ada pembicaraan apapun, setelah Tristant duduk pada sofa, di ruangan khusus untuk tamu, milik pak Baskoro. Sejak tadi ia juga hanya merunduk, menyembunyikan rasa gelisah dari tatapan intimidasi sang pemilik yayasan.
Menarik napas dalam- dalam, sebelum akhirnya pak Baskoro hembuskan secara perlahan. Menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa, sorot mata pak Baskoro lurus menatap remaja di seberang meja sana. "Tristant..." panggilnya kemudian.
"I-iya, pak..." sahut Tristant tanpa melihat wajah si pemanggil.
"Bapak udah temui dokter yang mengklaim, kalau kamu bisa hamil..."
Dengan perasaan ragu, sedikit demi sedikit Tristant mengangkat kepalanya, hingga akhirnya ia dapat melihat dengan jelas pria paru baya memakai stelan jas hitam, duduk sangat lurus dengan dirinya, terlahang meja kecil, yang terbuat dari kayu jati.