"Astaga," sang bos terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lihat kalian berdua, bersekutu untuk mengurasku."
"Terima kasih," ucap Kurnia di tengah senyumannya menanggapi ucapa sang pemilik perusahaan tersebut. "Terima kasih."
"Sudahlah," ujar sang bos, "jangan terlalu fromal dan kaku seperti itu terhadapku, Kurnia. Kau seperti seorang yang baru mengenalku dalam sehari dua saja. Belasan tahun, Kurnia. Kita sudah saling mengenal selama belasan tahun."
"Yaa, waktu terlalu cepat berlalu."
"Tapi," kata sang bos, "aku tidak akan membeli mobil itu. Sudah kukatakan tadi bukan? Aku sudah kebanyakan mobil."
"Aku tahu," sahut Kurnia.
"Dan aku juga tidak," ujar sang sekretaris. "Kenyataannya, baru sebulan yang lalu aku ganti mobil."
"Aah, begitu, ya?" Kurnia mengangguk-angguk.
"Ermm, bagaimana kalau kau tawarkan saja pada Hesti?"
"Hesti?" ulang Kurnia terhadap saran sang pemilik perusahaan. Ia menelan ludah, lalu tersenyum dan menggeleng. "Tidak."
"Lhoo, mengapa tidak?"