Ya, tentu saja kalian kegerahan, pikir Kurnia, kalian kelihatannya baru saja selesai bersanggama di dalam ruangan ini.
Dan sepertinya sang bos cukup memahami apa yang membuat Kurnia tersenyum-senyum di hadapannya itu.
"Jangan terlalu kau pikirkan, Kurnia," ujar sang bos seraya terkekeh.
Ia mengambil sebuah kotak kecil yang ternyata berisi cerutu impor. Lalu membakar satu cerutu, dan diisap dengan begitu menghayati.
"Kau pasti paham," kata sang bos, lagi. "Di rumah, aku selalu bertengkar dengan istriku. Dan kau sendiri juga cukup tahu perangai istriku bukan?"
"Tidak," ucap Kurnia sembari tersenyum. "Saya tidak berani menghakimi perbuatan orang lain. Yaa, katakanlah, saya juga tidak sebaik yang Anda pikirkan."
Sang bos tertawa-tawa sembari mengangguk-angguk.
"Lalu," ujar sang bos dan mengisap cerutu di sela jarinya dengan lebih dalam, dan diembuskan ke atas. "Kau benar-benar berniat menjual toko mewah milik putramu itu?"