"Jadi, dia lah yang mengantarkanmu ke Jakarta dan mencari rumah ayahmu?" tanya Delia.
"Ya," Delima mengangguk. "Jika dia mau, dia bisa saja melakukan hal-hal tidak menyenangkan terhadapku. Tapi, tidak. Bahkan dia selalu menjaga kata-katanya terhadapku."
"Kau yakin?" kata Delia, lagi. "Apa dia tidak pernah mencoba menciummu? Kau tahu, manusia itu kadang-kadang suka bertindak menggelikan!"
"Aku tahu," ucap Delima. "Tapi tidak bagi Andham. Dia hanyalah seorang laki-laki biasa yang lembut dan mencintai keindahan alam ini. Itu saja."
"Lalu," ucap Delisa, "apakah si Andham itu tadi di sana?"
Delima mengangguk. Ia lantas mendesah berat dan panjang. "Itulah yang membuatku menjadi sedih, Bu."
"Sedih?" ulang Delisa.
"Aku sengaja meninggalkan rumah ayah pada malam hari," kata Delima. "Sengaja meninggalkan Andham di sana bersama ayah dengan harapan ayah bisa menolong Andham—mungkin, memberikan laki-laki itu pekerjaan. Sebab, dia laki-laki yang baik."