"Aku? Kejam?" ulang Delia. "Yang benar saja! Ini sudah menjadi tradisi kita sebagai kaum Putri Duyung, Delima."
"Apa salahnya bisa saling bertemu?" kata Delima. "Toh, sampai sekarang ayahku masih menyimpan cinta yang besar pada Ibu meskipun dia sudah memiliki istri manusianya itu."
"S—Seta sudah beristri lagi?" tanya Delisa, untuk sesaat ia merasakan sesuatu di dalam hatinya.
Cemburu.
Namun Delisa sadar, ia tidak pantas merasakan hal tersebut terlebih lagi pada Seta Adiprana yang sudah terikat sumpah dan janji dengan dirinya terkait kelahiran Delima sendiri.
Delima mengangguk. "Tapi Ibu jangan khawatir."
"Di—dia baik kepadamu, Nak?"
"Sangat, sangat baik," ucap Delima. "Bunda Anya lah yang pertama kali mengenaliku sebagai Ibu."
"Hah?" kening Delisa mengernyit.
Delima terkikik pelan. "Ingat lukisan yang aku ceritakan tadi?"
Delisa mengangguk-angguk sementara Delia menyimak dengan lebih saksama.