Delima duduk seorang diri di dalam kolam bunga teratai tiga warna, di sepertiga awal malam yang bertemankan bulan purnama sempurna. Namun keindahan langit malam yang disertai nyanyian serangga malam itu tak sanggup menghibur hati yang nelangsa di dalam diri sang gadis.
Ia duduk memeluk lutut dengan tanpa sehelai pakaian pun di tubuhnya. Sang gadis memang sudah tidak lagi menangis, hanya saja tatapan mata itu begitu kosong, sendu, tertuju ke permukaan air kolam yang beriak halus.
Sang ibu dan sang nenek tidak bisa berbuat banyak, dan sampai sejauh itu, Delima belum juga mau bercerita tentang apa saja yang ia alami selama menghilang dalam sehari lebih itu kepada keduanya.
Delisa dan Delia saling pandang di beranda samping kiri rumah, lalu sama menatap ke arah kolam di sudut kiri belakang rumah di mana Delima masih melamun dengan segala permasalahannya.
"Tidak adakah sesuatu yang bisa kita lakukan, Bu?" tanya Delisa pada Delia dengan suara yang begitu pelan dan masygul.