"Sungguh," ujar Delima kepada ayah kandung dan ibu tirinya itu. "Kalaulah hanya sekadar harta benda, mungkin kesempatan untuk menjadi menusia seutuhnya akan bisa didapat oleh semua Putri Duyung yang ada."
"Mak—maksud kamu, Sayang?" tanya Seta Adiprana dengan kening mengernyit, pun begitu halnya dengan Anya Triastuti.
"Maksudku," Delima tersenyum memandangi wajah sang ayah lalu pada sang ibu tiri. "Kami bisa menyediakan itu semua. Air mata yang kami keluarkan, akan berubah menjadi berlian."
"Ya Tuhan," ucap Anya seraya menutup mulutnya. "Aku ingat sekarang, legenda air mata Putri Duyung," ujarnya seraya menatap sang suami.
"Tapi, Sayang," kata Seta, ia mengusap pipi buah nantinya itu. "Dari kemarin, Ayah tidak melihat hal itu? Maksud Ayah, kami melihat kamu menangis tapi air matamu terlihat biasa saja, sama persis dengan air mata kami."
Delima tersenyum, ia sendiri juga telah menyadari hal ini sebelumnya.