"Aah…" Darmawan mengangguk-angguk. "Ini terdengar semakin menarik saja."
"I—itu pula yang aku pikirkan, Om," ujar Callsyta. "Di—dia, dia—aah… memukul perut Keisha dengan sangat keras."
Darmawan menyeringai. "Pria itu pantas mendapatkannya."
"Itu benar," sahut Callysta. "Ta—tapi, bagaimana kalau sampai terjadi apa-apa pada Keisha, Om?"
"Berapa kali pukulan?"
"Hanya sekali."
Darmawan menyeringai. "Hanya satu kali tidak akan membunuh laki-laki idamanmu itu, Cal. Jangan berlebihan."
"Ma—af… aah…"
"Dia mati pun aku tidak peduli, kau tahu itu," ucap Darmawan. "Kau memberikan kegadisanmu pada dia, memberikan kehamilan pertamamu pada dia. Kalau aku, akan lebih dari satu kali memukuli dia. Kau paham?"
"Pa—paham, Om… aah…"
"Kecuali," ujar Darmawan, dua tangannya kini berada di pinggang Callysta, membantu menggerak-gerakkan pinggul sang gadis dengan lebih cepat lagi. "Kalau dia berani melukaimu—bergeraklah lebih cepat!"
"Ba—baik, Om!"