"Tapi, apa benar seperti itu, Bu?" tanya Delima. "Maksudku, ayah tidak melupakan Ibu? Ayah bisa langsung mengingat Ibu jika melihatku nanti?"
Delisa tertawa halus, memeluk putrinya itu lebih erat. "Kau akan mengerti setelah kau bertemu nanti dengan ayahmu itu, Sayang."
"Kuharap memang seperti yang Ibu katakan."
"Ooh, Sayang," Delisa mengecup kening putrinya. "Kenapa kau terlihat begitu sangat menggebu-gebu kali ini?"
"Benarkah?" Delima tersenyum, menyembunyikan wajahnya di dada sang ibu.
Delisa tertawa halus seraya mengusap kepala dan punggung sang buah hati.
"Aku hanya membayangkan saja, Bu," kata Delima.
Delisa menghela napas dalam-dalam. "Andaikan saja Ibu punya kerinduan seperti kerinduan yang kau miliki itu, Delima…"
Delima tersenyum, senyum yang sulit untuk dijabarkan, seolah-olah dinaungi harapan dan kesedihan sekaligus.