Callysta mematut dirinya di depan cermin besar di dalam kamar apartemennya, tanpa sehelai benang pun yang menutupi tubuh itu. Dari celah selangkangannya, masih terlihat lelehan dari cairan putih kental.
Di dalam kamar itu, ada sosok Darmawan yang juga bertelanjang bulat, duduk di tepi pembaringan sembari memandangi Callysta yang sedang mengelus-elus perutnya itu. Batang kelelakian pria itu terlihat masih mengilap meski kondisinya tidak sedang ereksi.
Dua bulan sudah berlalu, dan jelas perut gadis itu sudah menampakkan perubahan meski tidak terlalu kentara.
"Kau senang?" tanya Darmawan.
Pria itu lalu turun dari ranjang, memeluk sang gadis dari belakang. Ia mengecup bahu sang gadis, memoles-moles buah dada yang besar itu sedemikian rupa sembari menggesek-gesekkan batang kemaluannya di belahan bokong sang gadis.
"Om bisa bilang seperti itu," ucap Callysta, sesekali ia mengerang dengan perlakuan Darmawan yang menstimulasi tubuhnya.